Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. NIGHT, RUANG KERJA MALEIA DI RUMAH
Maleia menggoreskan pensilnya di atas kanvas secara kasar, menggambar abstrak sebagai bentuk pelampiasaan amarahnya. Telinganya tersumpal airpods dengan volume musik kencang. Pramana berkali-kali memanggil Maleia yang tidak kunjung mendapatkan jawaban. Ia mendekati Maleia menarik salah satu airpods dari telinga istrinya.
Maleia tetap cuek, ia terus mencoret kanvas
Maleia memalingkan wajah mencari pensil lain di dekatnya. Pramana yang kesal mencengkram kedua bahu Maleia, memutar tubuh istrinya agar melihat dirinya. Pramana terperangah melihat genangan air mata Maleia.
Maleia hanya mampu menatap Pramana tanpa suara. Air matanya terus turun tanpa isakan. Gestur tubuhnya meminta Pramana melonggarkan cengkeraman di kedua bahu Maleia.
Pramana berdiri tegak, melepaskan cengkeramannya dari bahu Maleia. Ia melihat kanvas di dekatnya lalu mengambil kanvas itu dan membantingnya ke lantai.
Pramana pergi meninggalkan ruangan kerja Maleia. Maleia berdiri memungut kanvas yang dibanting oleh Pramana. Ia menangis dalam kesepian tanpa dukungan dari suaminya sendiri. Ia memeluk kanvas itu seolah sedang memeluk bapaknya. Ia rindu pada satu-satunya orang yang mendukung mimpinya.
FADE OUT.