Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Suka
Favorit
Bagikan
16. Part 16

ESTABLISH SORE

98. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) – SORE

Terlihat mata ketiga sahabat Hanin memandangnya yang sedang terbaring lemah dengan cukup tajam. Mereka terlihat kecewa.

CITRA

Kenapa lo nyembunyiin ini dari kita?!

Hanin diam dan tidak tahu harus berkata apa.

FRISKA

Harusnya lo nggak bohongin kita kaya gini Nin!

HANIN

Maafin aku. Aku cuma nggak mau kalian ngejauhin aku gara-gara aku sakit.

Mendengar kata-kata Hanin, mereka semakin terlihat kesal.

CITRA

Lo pikir kita sahabat macem apaan Nin?! Kita nggak mungkin menjauh dan ngebiarin lo sendirian dalam keadaan kaya gini!

HANIN

Pasti karena kalian kasian kan sama aku?

CITRA

Lo tuh ngomong apaan sih Nin?!

FRISKA

Lo tetep sahabat kita. Siapa pun lo, dan bagaimanapun keadaan lo, lo tetep sahabat kita. Dan kita nggak akan pernah jauhin lo Nin. Kita sayang sama lo.

Friska meneteskan air mata. Tanpa terasa Hanin menangis, perlahan Hanin coba bangun dari tidurnya. Dan dengan reflexs mereka bertiga langsung menghampiri dan memeluk Hanin diiringi tangis haru.

RIRIN

Kita nggak mungkin biarin lo ngelewatin semua ini sendirian Nin. Nggak mungkin. Kita ini sahabat lo.

HANIN

Makasih ya. Aku sayang kalian.

Citra, Friska dan Ririn semakin erat memeluk Hanin.

CUT TO:

99. MONTAGE

Keseharian Hanin bersama orang-orang tersayang.

A. Hampir setiap hari sehabis pulang kuliah, Citra, Friska, dan Ririn selalu menyempatkan diri untuk menengok, dan menghibur Hanin dengan cerita-cerita mereka. Hanya untuk membuat Hanin tersenyum kembali. Karena Hanin mulai down dengan kondisinya.

B. Begitupun dengan Sandra. Yang kini lebih sering meluangkan banyak waktu untuk menemani Hanin. Seperti membawa Hanin ke halaman depan rumahnya untuk menghirup udara segar.

CUT TO:

ESTABLISH KOTA JAKARTA SIANG

100. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - SIANG

Hanin sedang mendengarkan Citra, Friska dan Ririn bercerita. Tiba-tiba kepala Hanin sakit. Tapi Hanin mencoba menyembunyikan, dan berusaha untuk tetap mendengarkan Friska yang sedang menceritakan kejadian lucu. Namun, sepintar-pintarnya Hanin, ia tetap tidak bisa terus menyembunyikan. Kedua tangan Hanin meremas kepalanya. Citra yang pertama melihat langsung panik.

CITRA

Nin, lo kenapa?

Friska pun berhenti bercerita, mereka bertiga langsung panik melihat Hanin yang terus meringis kesakitan.

FRISKA

Hanin, lo kenapa Nin?

CITRA

Rin, mendingan sekarang lo cepet panggil kak Hans sama nyokap-nya Hanin!

Ririn langsung bergegas pergi.

Sementara Citra dan Friska masih menemani Hanin dengan kepanikkan dan kecemasan mereka, saat melihat Hanin yang semakin meringis kesakitan bahkan sampai meronta-ronta.

HANIN

Aaaa..

FRISKA

Ya Allah Nin.

Friska makin sedih + panik.

Tidak lama Ririn kembali masuk ke kamar sambil berlari kecil.

RIRIN

Cit gimana ini? Bunda sama kak Hans lagi nggak ada di rumah.

HANIN

Bunda sakit Bun.. Bunda..

Hanin merengek.

FRISKA

Tahan ya Nin!

RIRIN

Terus kita harus gimana?

CITRA

Telpon, telpon Kak Hans!

Citra langsung mengeluarkan handphonenya, tapi mendadak diam.

RIRIN

Kenapa lo?

CITRA

Gue nggak punya nomor kak Hans.

Melihat handphone Hanin tergeletak di samping tempat tidur, Friska langsung mengambil handphone Hanin.

FRISKA

Sorry Nin, gue minjem hp lo.

Friska langsung menelpon Bunda dan Hans lewat telepon secara bergantian. Tidak lama, Friska pun sudah selesai menghubungi Bunda dan Hans.

CITRA

Gimana Fris?

FRISKA

Kak Hans langsung otw pulang. Tapi nyokapnya Hanin nggak bisa dihubungi.

Tiba-tiba Hanin teriak kesakitan.

HANIN

Aaaaaaa..

Pandangan Citra, Friska dan Ririn langsung beralih.

CITRA

Nin, gue yakin lo kuat Nin.

Citra menggenggam tangan Hanin dan Hanin menggenggam erat tangan Citra sambil terus meringis menahan sakit.

CITRA

Tahan ya! Kak Hans bentar lagi pulang.

Hanin semakin erat menggenggam tangan Citra, sambil menangis kesakitan. Keringat dingin keluar. Tiba-tiba tangan Hanin melemas, genggaman tangannya pun mulai melonggar, dan tiba-tiba Hanin pingsan. Citra, Friska dan Ririn semakin panik. Friska bahkan sampe nangis.

FRISKA

Hanin lo bangun Nin! Hanin!!

Mereka bertiga semakin kebingungan.

CUT TO:

15 MENIT KEMUDIAN

101. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - SIANG

Citra, Friska dan Ririn masih menunggu dengan penuh kecemasan, sedih, bingung, semua bercampur aduk. Tapi akhirnya Hanin kembali bisa membuka matanya. Mereka bahagia.

CITRA/FRISKA/RIRIN

Alhamdulillah..

CITRA

Syukurlah lo bangun, kita khawatir banget sama lo Nin.

Hanin masih tampak sangat lemas.

HANIN

Maafin aku ya, aku udah bikin kalian-

Citra langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir Hanin.

CITRA

Suuuuuttttttt!

Kreeeeekkkkk. Suara pintu terbuka. Hans datang, sedikit berlari Hans langsung menghampiri Hanin, panik.

HANS

De, kamu nggak apa-apa kan sayang?

Hans menggenggam tangan Hanin dan mengelus kepalanya.

HANIN

Kepala Hanin sakit Kak.

Hanin merengek manja ke Hans.

HANS

Biar Kakak periksa dulu ya De.

Hans langsung memeriksa kondisi Hanin, lalu memberikan obat.

CUT TO:

ESTABLISH RUMAH HANIN MALAM

102. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - MALAM

Tampak Deva duduk di samping tempat tidur Hanin. Deva memberi sebuah boneka Matahari untuk Hanin, yang masih lemah dan hanya bisa duduk bersandar di atas tempat tidur.

DEVA

Jadilah Matahari yang selalu bersinar, meski terkadang awan hitam mencoba menghalangi dan membuatnya redup.

Tapi Hanin terlihat tidak bahagia.

HANIN

Kak, sekarang Kakak udah tau, kalau aku nggak seperti apa yang Kakak lihat dulu. Aku siap kok nerima apapun keputusan Kakak.

DEVA

Kamu ngomong apa sih Nin?

HANIN

Kakak nggak mungkin lagi kan bisa nerima aku dengan kondisi yang seperti ini? Aku jelek Kak. Aku penyakitan.

Hanin menangis. Deva terdiam.

Hanin menantikan sebuah kata keluar dari mulut Deva. Tapi Deva malah menghapus air mata di pipi Hanin dan tersenyum.

DEVA

Semua itu bukan alasan. Cinta tidak mengenal siapa dan seperti apa orang yang dicintai. Bila sayang sudah bicara, tidak ada lagi alasan yang bisa memisahkan.

Deva menarik nafas panjang.

DEVA

Aku, sayang kamu. Dan aku nerima kamu apa adanya Nin.

Tapi Deva terlihat tidak lepas. Dan Hanin pun menyadarinya.

HANIN

Makasih Kak.

Hanin menangis bahagia. Deva pun memeluknya.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar