Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
Suka
Favorit
Bagikan
23. Part 23

BLACKSCREEN

24 JAM KEMUDIAN

136. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - MALAM

Lagi-lagi Hanin koma, dengan berbagai alat medis yang menghiasi tubuhnya. Kita lihat di kamar Hanin begitu ramai, ada Bunda, Hans, Sandra, Dewi, Citra, Deva, Friska dan Ririn. Mereka sangat menunggu Hanin membuka mata.

Namun, tiba-tiba nafas Hanin tidak stabil, irama jantung yang tertera di layar monitor pun angka-nya semakin menurun.

Dewi baru saja selasai memeriksa kondisi Hanin, tapi mimik wajah yang Dewi perlihatkan begitu tidak enak. Hans bertanya ke Dewi, berbisik.

HANS

Gimana Hanin Tan?

Dewi diam, seakan-akan berat untuk berkata. Dewi malah mengelus bahu Hans.

DEWI

(pelan) Ikhlasin Hanin Hans!

JRENG!! Hans meneteskan air mata. Hans mencoba menguatkan hatin dan berjalan dengan langkah gontai-nya menuju tempat tidur Hanin. Hans diam tepat di kepala Hanin. Sambil tersenyum Hans memandang wajah Hanin.

Sementara Bunda, sedari tadi menangis sambil memegang tangan sebelah kanan Hanin. Dan di sebelah kiri ada Sandra yang berdiri dengan pandangan yang tak lepas memandang Hanin.

HANS

De, hari ini kamu cantik banget sayang. Kakak bangga punya adik yang tangguh dan hebat kaya kamu. Kamu udah bisa berjuang melawan penyakit kamu sampe sejauh ini.

Hans menghapus air mata di pipinya.

HANS

Tapi kalo sekarang kamu cape, kamu boleh berhenti! Kalau mau pergi, pergi aja! Kakak ikhlas De. Kakak ikhlas. Ikhlas sayang.

Semua mata langsung tertuju pada Hanin. Ketiga sahabatnya dan Deva yang tadinya berada cukup jauh dari tempat tidur Hanin pun langsung mendekat. Sementara Bunda terlihat begitu marah.

BUNDA

Maksud kamu apa Hans?! Bunda nggak suka kamu bicara seperti itu!! Hanin pasti sembuh! Hanin nggak akan ninggalin kita!!

Hans tidak berkata apa-apa. Namun, Sandra mengerti akan maksud perkataan Hans. Sandra memegang tangan kiri Hanin.

SANDRA

Kakak masih pengen ngabisin waktu lebih lama lagi sama kamu. Tapi Kakak nggak mau kalau kamu harus tersiksa kaya gini. Kakak ikhlas kok kalau kamu mau pulang De. Kakak ikhlas.

Bunda semakin tidak mengerti dengan ucapan Hans dan Sandra. Sampe-sampe Bunda membentak mereka.

BUNDA

Kalian nggak boleh ngomong kaya gitu!!!

Dengan air mata yang terus menetes Bunda membelai kepala Hanin, menciumi tangan Hanin, dan menatap wajah Hanin dengan penuh kasih sayang.

BUNDA

Kamu nggak akan kemana-mana kan sayang?! Kamu nggak akan pernah tinggalin Bunda kan?! Iya kan sayang?!! Kamu harus bangun! Buktiin ke mereka kalau kamu kuat sayang! Ayo bangun!! Bunda mohon bangun sayang!! Bangun!!!

Bunda menggoyang-goyangkan badan Hanin berharap Hanin akan bangun. Tapi Hanin sama sekali tidak bisa merespon.

HANS

Bun, ikhlas Bun! Ikhlas!

Semua menangis sambil melihat ke arah Hanin, begitu pula Bunda yang masih optimis.

Tapi tiba-tiba nafas Hanin semakin pendek, denyut jantung pun semakin melemah.

Suasana semakin genting, raut-raut muka cemas, perasaaan khawatir dan ketakutan bercampur aduk di hati mereka.

Dewi berusaha menenangkan Bunda. Setelah sedikit tenang, dengan tatapan penuh kasih sayang Bunda memandang wajah Hanin yang sudah terlihat semakin pucat, sesekali membelai wajah Hanin. Tiba-tiba kelopak mata Hanin mengeluarkan air mata, Bunda pun mencoba menghapusnya. Sambil tersenyum kecil, Bunda mencium tangan Hanin.

BUNDA

Hanin, kesayangan Bunda. Maafin sikap Bunda selama ini. Bunda sayang sama kamu. Tapi kalau Allah lebih sayang sama kamu, Bunda ikhlas sayang. Bunda ikhlas nak.

Mendengar itu perlahan-lahan nafas Hanin menghilang, denyut jantung pun semakin melemah. Dewi langsung mengecek kondisi Hanin. Perlahan irama bergelombang di monitor semakin jarang. Hans terus membisikan kalimat sahadat di telinga Hanin berulang-ulang. Sementara Bunda terus menciumi tangan Hanin sesekali menempalkan di pipinya sambil terus menangis. Gelombang di monitor EKG pun berubah menjadi horizontal, diiringi nada khas monitor.

Tttiiiiiiiiiiiiittttttttttt...

Hanin pun dinyatakan meninggal dunia.

HANS

Innalillahiwainnailaihira’jiun..

Tangis pun pecah mengiringi kepergian Hanin untuk selama-lamanya. Sandra sampe lemas dan hampir pingsan, Friska dan Ririn membantu dan mencoba menenangkan Sandra meski mereka sendiri sedih. Sementara Dewi mencoba menenangkan Bunda yang sangat terpukul. Deva menenangkan Citra yang begitu sedih. Sedangkan Hans berusaha untuk tetap tegar, ia lepaskan satu demi satu alat medis yang masih menempel di tubuh Hanin. Sementara Bunda merebahkan tubuhnya dan tidur disamping Hanin sambil memeluk dan menciumnya untuk yang terakhir kali.

CUT TO:

137. EXT.PEMAKAMAN UMUM - PAGI

Terlihat Hanin telah selesai dimakamkan. Semua orang terdekat masih terpukul dengan kepergian Hanin, apalagi Bunda.

HANIN (O.S)

Seperti halnya sebuah peran dalam skenario film, aku telah berhasil menjalani peranku sampai akhir cerita. Mengikuti alur sesuai skenario yang ditulis. Tapi, kisahku tak seperti pemeran utama di film-film, yang selalu berakhir happy ending. Karena kenyataannya, hidup manusia di dunia ini akan diakhiri oleh sebuah kematian. Entah kapan, bagaimana dan dengan cara apa, yang jelas Tuhan telah menyiapkan jalan masing-masing untuk kembali kepada-Nya. Kini, tubuhku sudah tenggelam ke dalam bumi. Dan penderitaanku telah berakhir, bersama berakhirnya skenario yang Tuhan tulis untuk hidupku.

CUT TO:

138. INT.RUMAH HANIN(KAMAR SANDRA) – PAGI

Sandra sedang memandangi sebuah monitor, yang memperlihatkan kamar Hanin yang kosong. Lalu Sandra membuka sebuah surat yang sudah ada digenggamannya.

HANIN (O.S)

Kak Sandra sayang. Jangan tinggalin Bunda lagi ya! Jangan biarin Bunda kesepian! Sekarang cuma Kakak gadis tercantik yang Bunda punya. Jagain Bunda buat Hanin ya Kak! Jangan buat Bunda terlarut dalam kesedihan atas kepergian Hanin. Terimakasih untuk kebahagiaan yang Kakak kasih, untuk waktu yang Kakak luangkan di sisa akhir hidup Hanin. Hanin sayang banget sama Kakak.

Sandra hanya bisa menangis sambil melihat kamar Hanin yang kosong lewat monitor.

CUT TO:

139. EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH HANIN – PAGI

Hans sedang duduk menangis sambil membaca sebuah surat dari Hanin.

HANIN (O.S)

Kak Hans-ku sayang. Terimakasih atas semua usaha dan kerja keras Kakak selama ini, agar Hanin bisa bertahan hidup lebih lama. Maafin Hanin udah nyusahin Kakak selama Hanin sakit. Hanin nggak mungkin bisa bales semua itu. Tapi Hanin bangga punya Kakak yang tangguh dan siap 24 jam kaya Kak Hans. Ahhhhh Hanin sayang banget sama Kak Hans. Ohhh iya, satu pesen Hanin buat Kakak. Jangan nangis-nangis lagi ya! Cemen tau Kak.

Hans mencoba tersenyum meski air matanya terus berjatuhan.

CUT TO:

140. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - PAGI

Bunda sedang duduk di atas tempat tidur Hanin. bunda menangis sambil memandangi tempat tidur Hanin yang kosong.

HANIN (O.S)

Bunda sayang. Mungkin Bunda sangat terpukul dengan kepergian Hanin. Tapi Bunda jangan terlarut dalam kesedihan ya! Hanin disini bahagia Bun, tanpa rasa sakit lagi. Bunda, terimakasih telah memberikan kasih sayang yang begitu besar untuk Hanin. Tanpa lelah Bunda merawat Hanin selama Hanin sakit. Terimakasih telah menjadi semangat terbesar untuk Hanin. Menjadi alasan yang kuat untuk Hanin bertahan sampe sejauh ini. Sekarang waktu Hanin udah habis buat nemenin Bunda. Maafin Hanin ya Bun kalau selama ini udah nyusahin.

Bunda tidak bisa menahan kesedihannya saat mengenang Hanin.

HANIN (O.S)

Bunda sayang, titip kamar Hanin ya! Kalau boleh, buka gorden dan jendela kamar Hanin setiap pagi, seperti apa yang sering Hanin lakukan. Mau kan Bun? Agar Hanin tidak merasa kegelapan. Bunda sayang, Hanin nggak pernah benar-benar pergi kok, Hanin selalu di hati Bunda. Ohh iya Bun, Hanin punya sesuatu untuk Bunda. Semoga Bunda suka. Ini adalah ungkapan perasaan yang Hanin tuangkan dalam rangkaian kata, untuk Bundaku tercinta.

Puisi untuk Bunda dibaca sambil memasukan scene-scene Hanin semasa hidup.

PUISI UNTUK BUNDA

Bunda...

Kaulah wanita terhebat yang selalu mendampingiku

Malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirim untukku

Kaulah sumber segalanya bagiku

Dan aku menyayangimu


Bunda...

Aku mengenali kasihmu dengan sendiriku

Tanpa ada yang mengajari

Tanpa pula referensi

Dan aku membutuhkanmu

 

Tawaku adalah tawamu

Tangisku adalah tangismu

Deritaku adalah deritamu

Dan kaulah belahan jiwaku

 

Saat ini aku menangis,

Dalam heningnya hati yang teriris

Isak tangisku pasti kan terdengar jelas di telingamu

Dan kau akan menyadari saat itu aku membutuhkanmu

 

Bahkan kau rela mengejar jeritanku

Tak peduli sejauh apa jarak yang harus engkau tempuh

Hanya untuk mendekap bayangku dalam pelukanmu

Seketika tangisku pun mereda

Dan aku sangat merindukanmu

 

Bunda...

Kini jarak telah memisahkan kita,

Tapi aku tetap berlari walau hanya angan batinku

Hanya untuk menandakan adanya hadirku dalam mimpimu

Dan aku tak ingin jauh darimu

 

Bunda sayang,

Kaulah warna terindah melebihi pelangi,

Yang aku miliki di dunia ini

Trimakasih atas semua warna yang kau lukis dalam hidupku

Yang telah menghiasi, menemani sampai akhir hayatku

Dan aku mencintaimu, Bunda...

Bunda hanya bisa menangis sambil memeluk surat yang Hanin tulis untuknya.

CUT TO:

141. MONTAGE

Scene-scene yang Hanin lewati, saat senang maupun sedih.

HANIN (O.S)

Mungkin, aku tidak bisa seperti matahari yang selalu menyinari sekeliling bumi. Tapi Bunda, kedua kakakku, tante Dewi, ketiga sahabatku, juga kak Deva, telah menjadi matahari, matahari yang selalu menyinari hari-hariku yang suram tanpa lelah. Terimakasih untuk cahaya yang kalian berikan dalam hidupku. Untuk kasih sayang yang tanpa batas. Untuk pengalaman yang berharga. Dan untuk cinta serta pengorbanan yang tulus.

-FREZEE-

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar