Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
BLACKSCREEN
24 JAM KEMUDIAN
136. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - MALAM
Lagi-lagi Hanin koma, dengan berbagai alat medis yang menghiasi tubuhnya. Kita lihat di kamar Hanin begitu ramai, ada Bunda, Hans, Sandra, Dewi, Citra, Deva, Friska dan Ririn. Mereka sangat menunggu Hanin membuka mata.
Namun, tiba-tiba nafas Hanin tidak stabil, irama jantung yang tertera di layar monitor pun angka-nya semakin menurun.
Dewi baru saja selasai memeriksa kondisi Hanin, tapi mimik wajah yang Dewi perlihatkan begitu tidak enak. Hans bertanya ke Dewi, berbisik.
HANS
Dewi diam, seakan-akan berat untuk berkata. Dewi malah mengelus bahu Hans.
DEWI
JRENG!! Hans meneteskan air mata. Hans mencoba menguatkan hatin dan berjalan dengan langkah gontai-nya menuju tempat tidur Hanin. Hans diam tepat di kepala Hanin. Sambil tersenyum Hans memandang wajah Hanin.
Sementara Bunda, sedari tadi menangis sambil memegang tangan sebelah kanan Hanin. Dan di sebelah kiri ada Sandra yang berdiri dengan pandangan yang tak lepas memandang Hanin.
HANS
Hans menghapus air mata di pipinya.
HANS
Semua mata langsung tertuju pada Hanin. Ketiga sahabatnya dan Deva yang tadinya berada cukup jauh dari tempat tidur Hanin pun langsung mendekat. Sementara Bunda terlihat begitu marah.
BUNDA
Hans tidak berkata apa-apa. Namun, Sandra mengerti akan maksud perkataan Hans. Sandra memegang tangan kiri Hanin.
SANDRA
Bunda semakin tidak mengerti dengan ucapan Hans dan Sandra. Sampe-sampe Bunda membentak mereka.
BUNDA
Dengan air mata yang terus menetes Bunda membelai kepala Hanin, menciumi tangan Hanin, dan menatap wajah Hanin dengan penuh kasih sayang.
BUNDA
Bunda menggoyang-goyangkan badan Hanin berharap Hanin akan bangun. Tapi Hanin sama sekali tidak bisa merespon.
HANS
Semua menangis sambil melihat ke arah Hanin, begitu pula Bunda yang masih optimis.
Tapi tiba-tiba nafas Hanin semakin pendek, denyut jantung pun semakin melemah.
Suasana semakin genting, raut-raut muka cemas, perasaaan khawatir dan ketakutan bercampur aduk di hati mereka.
Dewi berusaha menenangkan Bunda. Setelah sedikit tenang, dengan tatapan penuh kasih sayang Bunda memandang wajah Hanin yang sudah terlihat semakin pucat, sesekali membelai wajah Hanin. Tiba-tiba kelopak mata Hanin mengeluarkan air mata, Bunda pun mencoba menghapusnya. Sambil tersenyum kecil, Bunda mencium tangan Hanin.
BUNDA
Mendengar itu perlahan-lahan nafas Hanin menghilang, denyut jantung pun semakin melemah. Dewi langsung mengecek kondisi Hanin. Perlahan irama bergelombang di monitor semakin jarang. Hans terus membisikan kalimat sahadat di telinga Hanin berulang-ulang. Sementara Bunda terus menciumi tangan Hanin sesekali menempalkan di pipinya sambil terus menangis. Gelombang di monitor EKG pun berubah menjadi horizontal, diiringi nada khas monitor.
Tttiiiiiiiiiiiiittttttttttt...
Hanin pun dinyatakan meninggal dunia.
HANS
Tangis pun pecah mengiringi kepergian Hanin untuk selama-lamanya. Sandra sampe lemas dan hampir pingsan, Friska dan Ririn membantu dan mencoba menenangkan Sandra meski mereka sendiri sedih. Sementara Dewi mencoba menenangkan Bunda yang sangat terpukul. Deva menenangkan Citra yang begitu sedih. Sedangkan Hans berusaha untuk tetap tegar, ia lepaskan satu demi satu alat medis yang masih menempel di tubuh Hanin. Sementara Bunda merebahkan tubuhnya dan tidur disamping Hanin sambil memeluk dan menciumnya untuk yang terakhir kali.
CUT TO:
137. EXT.PEMAKAMAN UMUM - PAGI
Terlihat Hanin telah selesai dimakamkan. Semua orang terdekat masih terpukul dengan kepergian Hanin, apalagi Bunda.
HANIN (O.S)
CUT TO:
138. INT.RUMAH HANIN(KAMAR SANDRA) – PAGI
Sandra sedang memandangi sebuah monitor, yang memperlihatkan kamar Hanin yang kosong. Lalu Sandra membuka sebuah surat yang sudah ada digenggamannya.
HANIN (O.S)
Sandra hanya bisa menangis sambil melihat kamar Hanin yang kosong lewat monitor.
CUT TO:
139. EXT.HALAMAN BELAKANG RUMAH HANIN – PAGI
Hans sedang duduk menangis sambil membaca sebuah surat dari Hanin.
HANIN (O.S)
Hans mencoba tersenyum meski air matanya terus berjatuhan.
CUT TO:
140. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - PAGI
Bunda sedang duduk di atas tempat tidur Hanin. bunda menangis sambil memandangi tempat tidur Hanin yang kosong.
HANIN (O.S)
Bunda tidak bisa menahan kesedihannya saat mengenang Hanin.
HANIN (O.S)
Puisi untuk Bunda dibaca sambil memasukan scene-scene Hanin semasa hidup.
PUISI UNTUK BUNDA
Bunda...
Kaulah wanita terhebat yang selalu mendampingiku
Malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirim untukku
Kaulah sumber segalanya bagiku
Dan aku menyayangimu
Bunda...
Aku mengenali kasihmu dengan sendiriku
Tanpa ada yang mengajari
Tanpa pula referensi
Dan aku membutuhkanmu
Tawaku adalah tawamu
Tangisku adalah tangismu
Deritaku adalah deritamu
Dan kaulah belahan jiwaku
Saat ini aku menangis,
Dalam heningnya hati yang teriris
Isak tangisku pasti kan terdengar jelas di telingamu
Dan kau akan menyadari saat itu aku membutuhkanmu
Bahkan kau rela mengejar jeritanku
Tak peduli sejauh apa jarak yang harus engkau tempuh
Hanya untuk mendekap bayangku dalam pelukanmu
Seketika tangisku pun mereda
Dan aku sangat merindukanmu
Bunda...
Kini jarak telah memisahkan kita,
Tapi aku tetap berlari walau hanya angan batinku
Hanya untuk menandakan adanya hadirku dalam mimpimu
Dan aku tak ingin jauh darimu
Bunda sayang,
Kaulah warna terindah melebihi pelangi,
Yang aku miliki di dunia ini
Trimakasih atas semua warna yang kau lukis dalam hidupku
Yang telah menghiasi, menemani sampai akhir hayatku
Dan aku mencintaimu, Bunda...
Bunda hanya bisa menangis sambil memeluk surat yang Hanin tulis untuknya.
CUT TO:
141. MONTAGE
Scene-scene yang Hanin lewati, saat senang maupun sedih.
HANIN (O.S)
-FREZEE-