Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
1. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) – PAGI
BUNDA (47 tahun) membuka gorden, cahaya matahari masuk cukup menyilaukan pandangan Hanin (18 tahun), yang terbaring tak berdaya, dengan berbagai alat medis menghiasi tubuhnya (seperti NGT, Intubasi, selang infus, kabel-kabel EKG).
Tampak sebuah kamar yang terlihat seperti ruang ICU, dan Hanin terbaring tak berdaya di atas tempat tidur bernuansa bunga matahari. Bunda berjalan menghampiri Hanin.
BUNDA
Hanin hanya membalasnya dengan sekali kedipan mata. Lalu Bunda mencium kening Hanin.
BUNDA
Bunda mengelus kepala Hanin yang botak sambil tersenyum.
BUNDA
Bunda kembali mencium kening Hanin dan pergi keluar kamar. Sementara pandangan Hanin kembali tertuju ke arah jendela.
HANIN (V.O)
CUT TO FLASHBACK:
2. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - PAGI
INI BAYANGAN HANIN.
Dengan semangat Hanin melangkah menuju jendela kamar. Lalu, Hanin buka jendela dan berjalan menuju balkon rumah untuk melihat Matahari terbit.
HANIN (O.S)
Hanin berdiri di balkon sambil tersenyum bahagia memandang matahari terbit.
HANIN (O.S)
NOTE: Disini Hanin tidak botak.
BACK TO REAL:
3. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - PAGI
Hanin yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur.
HANIN (V.O)
CUT TO:
BLACKSCREEN
ESTABLISH RUMAH MEWAH HANIN PAGI
BEBERAPA HARI YANG LALU
4. INT.RUMAH HANIN – PAGI
Hanin berjalan mengendap menuruni tangga, sambil melirik kanan kiri layaknya seorang pencuri. Lalu Hanin berjalan cepat menuju pintu utama. Hanin meraih gagang pintu. Dengan antusias Hanin membukanya, tapi ternyata pintu dikunci.
HANIN
Lalu Hanin berjalan ke arah pintu samping rumah. Tapi ternyata hasilnya sama.
HANIN
Akhirnya Hanin menuju pintu dapur. Tapi tetap saja, semua pintu dikunci.
HANIN
BI MINAH (55 tahun) datang menghampiri.
BI MINAH
Hanin kesal.
HANIN
Hanin pergi meninggalkan Bi Minah.
NOTE: Keadaan Hanin masih sehat dan bisa beraktivitas normal. Masih memiliki rambut juga.
CUT TO:
5. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - PAGI
Brakkkk. Pintu dibanting keras. Tampak isi kamar yang mirip ruang ICU rumah sakit. Ada ranjang pasien, alat infus, EKG, dan tabung oksigen.
HANIN
Dengan kesal Hanin berjalan menuju tempat tidur, lalu mengacak-ngacak barang-barang. Hanin menangis. Seketika badan Hanin lemas hingga terduduk di lantai.
BUNDA (O.S)
Hanin langsung menoleh, ternyata Bunda sudah berdiri di depan pintu. Bunda berjalan mendekati Hanin. Dengan lembut Bunda hapus air mata lalu memeluk Hanin.
BUNDA
Hanin malah melepaskan dekapan Bunda, seakan-akan tak ingin tangan Bunda menyentuhnya.
HANIN
BUNDA
Hanin makin berontak.
HANIN
BUNDA
Hanin memotong perkataan Bunda.
HANIN
Kini giliran Bunda yang menangis.
BUNDA
HANIN
Tangis Bunda semakin pilu.
BUNDA
HANIN
Bunda hanya berusaha menghapus air mata yang terus berjatuhan.
HANIN
Hanin nunjuk ke alat-alat medis yang berantakan di lantai.
HANIN
Hanin mencoba meredam amarahnya, sementara Bunda hanya bisa menangis.
HANIN
Tangis Bunda semakin pilu. Hanin tidak peduli. Hanin beranjak pergi, tapi tiba-tiba kepala Hanin sakit. Sampe-sampe tubuh Hanin kehilangan keseimbangan.
HANIN
Bunda panik.
BUNDA
Bunda langsung meraih tubuh Hanin yang hampir terjatuh ke lantai, lalu Bunda sandarkan dipangkuannya.
BUNDA
Hanin tampak meringis menahan sakit.
HANIN
Hanin semakin terlihat kesakitan.
BUNDA
Hanin semakin meringis.
HANIN
Hanin menangis. Bunda semakin panik, apalagi Hanin yang terus meremas bagian kepala sambil meronta-ronta sangking sakitnya.
BUNDA
Bunda hendak pergi. Tapi Hanin menahannya.
HANIN
Hanin merengek, Bunda semakin tidak tega.
BUNDA
Di saat Bunda panik, Hanin malah fokus memperhatikan Bunda yang begitu mengkhawatirkannya.
HANIN (V.O)
Sementara Bunda masih berusaha memanggil Hans dan Dewi.
BUNDA
Hanin meneteskan air mata sambil terus memandang wajah Bunda.
HANIN (V.O)
Tidak lama, HANS (25 tahun) dan DEWI (42 tahun) tiba.
HANS
DEWI
Hans langsung memindahkan Hanin ke tempat tidur, dengan sigap Hans dan Dewi memeriksa kondisi Hanin. Kemudian menempelkan alat-alat medis. Hans memasang selang infus, dan Dewi memasang selang oksigen.
HANIN (V.O)
Dengan pandangan buram Hanin menatap Bunda yang terlihat begitu sedih. Dan perlahan tubuh Hanin lemas, pandangannya gelap, dan Hanin kehilangan kesadaran.
CUT TO:
ESTABLISH RUMAH HANIN MALAM
6. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) – MALAM
Terlihat Bunda memasuki kamar Hanin, lalu duduk di samping Hanin yang belum sadarkan diri. Masih mengenakan infusan dan oksigen.
BUNDA
Bunda mengelus rambut Hanin penuh kasih.
BUNDA
Bunda terlihat meneteskan air mata.
BUNDA
Bunda mencoba menghapus air matanya yang terus berjatuhan.
BUNDA
Bunda mencium tangan Hanin diiringi tangis. Dan di waktu bersamaan Hanin meneteskan air mata. Lalu perlahan Hanin menggerakkan satu demi satu dari kelima jarinya, kemudian Hanin menggenggam tangan Bunda yang baru saja melepaskan genggamannya. Bunda tampak bahagia.
BUNDA
Perlahan Hanin membuka mata, meski pandangannya masih buram.
BUNDA
Bunda mencium tangan, pipi, lalu kening Hanin dengan bahagia.
CUT TO: