Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Menjelang Gentari Tenggelam
Suka
Favorit
Bagikan
25. #25 Sisi Positif
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

243. INT. KORIDOR — PAGI

Gentari berdiri di depan mading sekolah masih dengan tas yang tersandang. Ia melihat isi terbaru dari mading.

Sebuah pengumuman yang berisi fotonya dan beberapa pemenang lainnya, juga hasil karya mereka.

Gentari tersenyum sambil melihatnya. Lalu ia mengambil HandPhone dan memfotokannya.


Cut to

244. INT. KAMAR — SORE

Gentari sedang tengkurap sambil menulis kalimat baru.


Cut to

245. INT. DI DEPAN PINTU — SENJA

Gentari menempelkan tulisan baru di depan pintu kamarnya.

Sebelum waktu merenggut segalanya, alangkah baiknya kita mengukir bahagia.


Cut to

246. INT. DI DEPAN PINTU KAMAR GENTARI — MALAM

Erika membaca tulisan baru di depan pintu kamar Gentari. Ia berdecak kesal dan mengambil kertas itu. Lalu masuk begitu saja ke dalam kamar Gentari.

247. INT. KAMAR GENTARI — MALAM

Erika masuk begitu saja ke kamar Gentari. Di dalam kamar, Gentari dan Putri terkejut melihat Erika.

Gentari saat itu sedang memegang kue dan mereka berselfie.

PUTRI

Mama....

ERIKA

Apa ini?

PUTRI

Kita....

ERIKA

Apa ini Putri.

GENTARI

Ma, ini cuma kue....

ERIKA

-11. Maksudnya apa?

Erika membaca tulisan di atas kue ulang tahun. Lalu ia melihat buku harian Gentari yang terbuka. Erika mengambil dan membacanya.

ERIKA

Putri, ayo ikut Mama!

GENTARI

Ma, aku juga ya....

ERIKA

Kamu diem di kamar!!


Cut to

248. INT. KAMAR ERIKA — MALAM

Putri duduk di tepi ranjang dan Erika berdiri di depannya.

PUTRI

Ya aku juga nggak mau Ma, tapi dia maksa!

ERIKA

Kamu tu jangan mau nurutin dia. Kesel tau nggak sama bacaan di depan pintunya itu. Apa coba maksudnya.

PUTRI

Coba aja dulu Mama pahami dalam sisi yang berbeda.

ERIKA

Sisi berbeda gimana haa? Untuk apa kue ulang tahun segala, dia itu bakal sembuh.

PUTRI

Ya aku juga udah bilang gitu, tapi aku kasian sama dia kalau tiba-tiba sakitnya kambuh, makanya aku turutin. Ini cuma sampe ulang tahun aku kok, Ma. Mama tau sendiri stadium 4 itu udah parah banget, jadi dia selalu berfikir mungkin kehidupannya nggak akan lama, makanya dia mau kue sampe ulang tahun aku, karna kalau sampe sana berarti pengobatannya lumayan berhasil.

ERIKA

Pake list gini segala lagi! Kamu tau kan ini udah kayak orang yang divonis bakalan mati, nggak diraguin lagi.

PUTRI

Maaa! Itu semua Gentari yang mau! Sekarang gini aja deh, Mama nggak usah mikirin Gentari, dan anggap mungkin kehidupannya nggak akan lama lagi. Ini kan perlu, Ma?

ERIKA

Putri! Kapan kita dipanggil Tuhan itu nggak ada yang tau!

PUTRI

Justru itu Ma, gimana kalau harapan Mama ternyata pupus. Apa kita nggak akan nyesel nggak mau nurutin keinginan dia. Keinginan Gentari nggak pernah aneh dan macam-macam, Ma. Coba Mama liat gimana keluarga kita sekarang, hangat banget, kan? Itu karna keinginan-keinginan dia. Bukan keinginan untuk harmonis menjelang pergi, tapi dari keinginan dia muncul keharmonisan itu, coba deh Mama perhatiin. Semenjak diagnosi Gentari, dan rencana-rencana yang semakin memperkuat kita.

Erika terdiam.

PUTRI

Dia nggak pernah minta dan bilang untuk, kita harmonis, nggak pernah dia minta itu. Tapi dari permintaan dia yang lain ngelahirin ini semua, Ma. Liat aku yang dulu nggak deket sama dia, Randi. Kita yang biasanya saling cuek sekarang gimana? Mama ada kan liat tulisan dia di IG?

ERIKA

Yang mana?

PUTRI

Dia ada nulis kalau Mama bilang merajut kenangan di antara kita bukan untuk siapapun yang khusus tapi untuk kita semua. Karna kita nggak tau waktu siapa yang bakal kerenggut duluan.

Erika diam.

PUTRI

Coba Mama banyangin kalau di antara kita bakal ada yang pergi dan semua terlewati tanpa kenangan manis apapun, apa kita nggak nyesel. Aku setuju sama Mama karena dia menganggap seolah bakalan kalah sama kanker itu, tapi coba kita liat hasil positifnya. Sekalipun dia sembuh dan kita bakal menua bersama ini semua nggak akan ngerugiin Ma. Andai di antara kita ternyata ada yang cepat diambil Tuhan, semua keharmonisan ini nggak akan terjadi kalau bukan karna Gentari, Ma.

Erika hanya bisa diam.


Cut to

249. INT. KAMAR GENTARI — MALAM

Gentari melihat layar HandPhone-nya.

GENTARI

Yaah aku kalah.

Erika dan Putri datang.

ERIKA

Gentari....

GENTARI

Maa, aku kalah di lomba yang aku ikuti itu. Cuma kepilih dibukuin.

Gentari langsung menghampiri Erika.

ERIKA

Mana Mama liat.

Gentari langsung menunjukkannya.

PUTRI

CUMA kamu bilang! Ya ampun, itu udah pencapaian tau! Gimana sih?

GENTARI

Tapi aku pengen menang.

ERIKA

Gentari, ini wajar masih awal. Ini pukulan pertama kamu, kalau dalam pertama kali perlombaan kamu menang, diperlombaan selanjutnya kamu kalah kamu bakal nggak terima karena dari awal kamu udah merasa bagus, gitu Sayang.

PUTRI

Iya, ini langkah awal kamu, dan gagal itu hal biasa biar kamu belajar lebih lagi.

Gentari cemberut.

Erika langsung membawanya duduk di kursi.

PUTRI

Ini kan kamu dapat sertifikat, coba posting, sebagai bentuk apresiasi ke diri kamu sendiri kalau karya kamu berhasil terpilih untuk dibukukan.

ERIKA

Iya, dengan begitu kamu bisa menghargai kegagalan kamu dan untuk kamu lebih belajar lagi.

GENTARI

Mama, nggak marah kan sama aku atau Kak Putri.

Erika menghela nafas pelan.

ERIKA

Agak kesel memang, tapi Kakak kamu ini dewasa banget, bisa buat Mama ngerti. Tapi Mama nggak suka deh sama kalimat kamu yang di depan pintu.

GENTARI

Sekarang aku yang bakal buat Mama ngerti! Penulis itu, penyair itu kalau buat karya terkhusus kata-kata atau puisi memang melebih-lebihkan kata, Ma. Itu memang ada majasnya, biar lebih dramatis dan mendalami lagi, biar setiap kalimat itu meresapi walaupun sebenarnya punya arti yang simple.

ERIKA

Gitu ya?

GENTARI

Iya, Mama coba deh lihat bait-bait puisi dari orang-orang tekenal itu luar biasa Ma, aku ini bukan apa-apa. Karakteristik puisi dan bait-baitnya gitu.

ERIKA

Oooh, Mama mana tau.

GENTARI

Jadi aku harus posting ini sertifikatnya?

Erika dan Putri meganggguk serempak.


Cut to

250. EXT. LAPANGAN UPACARA — PAGI

Gentari dan sahabat serta teman sekelasnya duduk di lapangan upacara setelah upacara selesai dilaksanakan.

TEMAN 1

Cie Gentari ternyata anak senja ya.

GENTARI

Hah? Anak senja? Kenapa?

TEMAN 1

Anak senja kan yang suka bikin quotes gitu.

TEMAN 2

Iy, sertifikat juga kayaknya lo sering posting, keren ya.

GENTARI

Tapi gue nggak pernah menang.

TEMAN 2

Lah terus kenapa? Hidup itu bukan kompetisi.

ANGGI

Ada orang yang hidup mungkin berada dalam titik kemenangan dan ada juga yang punya kemenangan versinya sendiri.

TEMAN 2

Gagal itu biasa, yang penting terus berjuang. Nggak menang juga nggak papa, yang penting terus ada.

TEMAN 1

Nggak semua goals setiap orang ada dalam kemenangan.

Gentari menganggk-angguk merasa paham.


Cut to

251. INT. KELAS GENTARI — SORE

Di kelas Gentari sedang jam kosong.

Ketua kelas sedang berbicara di kursi guru.

KETUA KELAS

Eh, nanti kalau ada pertandingan basket antar kelas dan ada timnya ceweknya juga kalian pada bisa, kan?

GITA

Gue bisa! Gue sama Anggi sama Lia, dan Gentari!

TEMAN SEKELAS 1

Ahk masa kalian semua.

GITA

Ya yang lain jugalah.

KETUA KELAS

Gentari pasti bisa kalau ada temen-temennya.

SEKRETARIS

Mentang-mentang Gentari udah sembuh, kalian semua yang ngisi.

ANGGI

Sejak kapan sih pemain basket itu cuma 4 orang!

TEMAN COWOK 1

Tapi kalau kalian bertiga ikut dan Gentari juga udah sembuh pasti kalian berempat ikut.

Gentari mengerutkan kening mendegarkan pembincangan mereka.


Cut to

252. INT. KAMAR PUTRI — MALAM

Putri sedang menulis sesuatu dengan penuh bahagia.


Cut to

253. INT. MOBIL — PAGI

Gentari sedang di dalam mobil hendak diantar ke sekolah.

GENTARI

Ma, aku kalah lagi, selalu aja cuma kepilih dibukuin bahkan ada yang bener-bener gagal. Ma, itu nggak papa, kan?

ERIKA

Ya nggak papa, tapi kamu menikmatinya, kan? Nggak pernah putus asa?

Gentari menggeleng.

ERIKA

Selama itu nggak buat kamu capek ya lanjutin aja, nggak harus menang kok Sayang.
Gentari Itu anak-anaknya Ma, karna nggak ada makanan aku kasih uang aja ya Ma?

Erika menggeleng. Lalu ia berhenti agar Gentari bisa turun.

Erika memperhatikan Gentari dari dalam mobil yang sedang memberikan uang pada 4 anak yang berjalan menuju sekolah.


Cut to

254. INT. KORIDOR SEKOLAH — PAGI

Gentari berjalan menuju kelasnya sendiri. Beberapa orang melewatinya tanpa menyapa, dan ada yang hanya senyum saja.

Gentari mengerutkan kening.

Tiba-tiba ada seorang lelaki yang menabraknya sambil berlari hingga Gentari terdorong.

SEORANG LELAKI

Eh, maaf ya. Buru-buru, hehehe....

Gentari mengangguk.


Cut to

255. INT. MOBIL — SORE

Gentari cemberut di dalam mobil.

RANDI

Kakak bentar doang, janji. Jangan kemana-mana, tetap di dalam. Nanti Kakak jemput.

Lalu Gentari keluar dengan kesal.

RANDI

Ingat ya jangan kemana-mana! Di sini aja!

GENTARI

Iya!

Gentari langsung berjalan memasuki toko buku.


Cut to

256. EXT. KURSI DI DEPAN TOKO BUKU — SORE

Gentari duduk sambil membuka-buka buku baru yang ia beli.

Cuaca mendung, Gentari sesekali melihat langit dengan kesal.

Lalu ia berusaha menelpon Randi namun tidak ada jawaban.

Hingga akhirnya hujan turun.

Gentari menunggu dengan malas. Tiba-tiba di jalan seorang nenek dan anak kecil berboncengan disepeda jatuh tersenggol kereta lain.

Gentari kaget dan langsung berlari mengejarnya dalam hujan.

Si anak kecil menangis kencang. Gentari membantu nenek untuk jauh dari sepeda yang juga kesakitan kakinya baru kemudian membantu anak kecil itu.

Kening anak itu berdarah.

NENEK

Tolong Nak, cucu Nenek. Nenek nggak kuat.

GENTARI

Aduh gimana ni?

Gentari langsung berusaha menghentikan mobil untuk minta tolong.

Hingga cukup lama barulah sebuah taksi berhenti dan membantu mereka.

Gentari juga ikut masuk ke dalam mobil.


Cut to

257. INT. TOKO BUKU — SORE

Randi mengelilingi toko buku untuk mencari keberadaan Gentari, ia cemas sambil menelpon Gentari berkali-kali. Tidak ada jawaban dan tidak juga menemukan Gentari.

Lalu sebelum ia keluar, dering HandPhone masuk dari Gentari.

RANDI

Gentari! Kamu di mana?!


Intercut

258. INT. KURSI TUNGGU. RUMAH SAKIT — SORE

Gentari duduk di kursi tunggu.

GENTARI

Kak, aku di rumah sakit. Aku menggigil banget.

RANDI

Kok bisa?

GENTARI

Aku nggak ada temen di sini, kepalaku pusing, aku kayak mau pingsan.

RANDI

Rumah sakit mana?

GENTARI

Tempat biasa aku berobat.

RANDI

Kakak kesana sekarang, telponnya jangan dimatiin, ngomong terus ya....

GENTARI

Hemm....


Cut to



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar