Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Menjelang Gentari Tenggelam
Suka
Favorit
Bagikan
3. #3 Diagnosis

20. EXT. KAPAL — PAGI

Gentari dan ketiga sahabatnya sedang asyik berfoto di kapal sebelum mereka berenang.


Cut to

21. EXT. KAPAL — PAGI

Gentari dan ketiga sahabatnya sudah basah kuyup dan sedang duduk di kapal.

GITA

Seru banget, aaaa pengen lagi.


ANGGI

Eh, kapan-kapan kita pake ekor duyung yok.


GENTARI

Yok! Gue mau, pengen banget malah.


LIA

Kalian kok pada nggak takut sih, gue was-was mulu, aaaa ngeri.


ANGGI

Seseru itu lo bilang takut, astaghfirullah.


LIA

Gue emang kurang berani. Gentari seneng banget kayaknya tadi, udah kayak putri duyung beneran.


GENTARI

Gue suka banget. Ini aja kurang rasanya.


GITA

Eh tapi ini udah kelewat dari waktu yang kita tentuin. Lo baik-baik aja, kan?


GENTARI

Iya gue baik-baik aja, liat sendiri deh.


ANGGI

Kalau habis berenang gini bawaannya laper aja.


GITA

Yok balik, cari makan, gue pengen banget es kelapa muda.


GENTARI

Gue pengen jus.


LIA

Yaudah yuk!


Cut to


22. EXT. WARUNG — SIANG

Gentari dan ketiga sahabatnya memesan air kelapa setelah berenang setengah jam di laut. Gentari berdiri di paling belakang mereka

Lalu ada seorang lelaki berkaca mata dan memakai masker menyentuh tangannya.


GENTARI

Eh! (Terkejut)

Lelaki itu membuka kaca matanya sedikit, Gentari langsung tahu siapa lelaki itu yang ternyata adalah Ben. Gentari langsung melepaskan tangannya.


GITA

Kenapa, Tar?


GENTARI

Nggak papa, kaget aja tadi, gue kira kepijak kepiting, rupanya kayu.


GITA

Ooh.

Gentari curi-curi pandang saja agar tidak terlalu ketahuan.


GENTARI

Kita duduk di sini aja yaa, dingin soalnya.


GITA

Iya, gue juga mikir gitu tadi.


ANGGI

Gue duduk duluan, gue udah dapet, bye.

Lalu satu-persatu mendapatkan es kelapanya, yang terakhir adalah Gentari.


GENTARI

Makasih ya Mas.

Gentari berbalik badan, baru dua langkah ia berjalan, kakinya terhenti.

Tiga sahabatnya yang sibuk berbincang terdiam seketika saat melihat Anggi yang memperhatikan Gentari.


ANGGI

Tar....

Gentari memegangi kepalanya. Lia langsung berdiri.


LIA

Gentari....

Gentari pingsan seketika. Mereka semua berteriak memanggil namanya termasuk Ben.


Cut to


23. INT. RUMAH SAKIT — SIANG

Gita, Lia, Anggi, dan Ben duduk di kursi tunggu ruangan ICU, menantikan kabar dari dokter.

Lia dan Anggi tidak berhenti menangis. Sedangkan Gita berusaha menguatkan. Ben bersandar di dinding rumah sakit sambil meletakkan tangannya di dalam kantong celana.


LIA

Padahal gue pikir dia udah bener-bener sembuh.


GITA

Semoga aja dia baik-baik aja.

Ben menghela nafas kasar.


Cut to


24. EXT. TAMAN RUMAH SAKIT — SIANG

Randi duduk di kursi taman sambil meletakkan HandPhone-nya di telinga menantikan seseorang mengangkat telponnya. Hingga beberapa detik telpon itu diterima.

RANDI

Hallo, Ma....


Intercut


25. INT. MOBIL — SIANG

Erika menerima panggilan dari Randi di dalam mobil.

ERIKA

Hallo, Kak.


RANDI

Maaa....


ERIKA

Kebetulan banget kamu nelpon, padahal baru aja Mama mau nelpon kamu. Mama pulangnya lebih cepat, alhamdulillah, tadinya Mama nggak mau ngasih tau tapi Mama nggak tahan ternyata, hahaha....

Randi diam.


ERIKA

Tapi jangan kasih tau Gentari sama Putri yaaa. Biar mereka kaget. Randi....


RANDI

Gentari, Ma.

Erika terdiam saat mendengar nama itu disertai suara Randi yang lembut.


ERIKA

Kenapa Gentari?


RANDI

Maaf, Ma. Dia masuk ruangan ICU.

Tangan Erika melemas.


RANDI

Udah hampir satu jam belum sadar.


ERIKA

Nanti kalau Mama udah ada di sana, dia pasti sadar.

Sambungan telephone langsung Erika matikan. Lalu ia hanya diam dan termenung.


Cut to


26. INT. RUMAH SAKIT — SIANG

Dokter keluar dari ruangan ICU, tiga sahabat Gentari langsung menghampirinya, begitu juga Ben.

GITA

Gimana keadaan Gentari, Dok?


BEN

Dia udah sadar, Dok?


DOKTER

Dia belum sadar dan kalian harus sabar, bentar lagi, In Sya Allah.


LIA

Penyakit kankernya gimana, Dok?


DOKTER

Yang pasti, kalau dia ada di ruangan ICU, artinya dia nggak baik-baik aja. Udah dulu ya saya permisi. Maaf ya, juga belum ada yang bisa masuk.

Dokter langsung pergi.

Anggi terduduk sambil menangis.


ANGGI

Coba aja kita nggak setuju ide dia buat berenang di laut.


LIA

Coba aja gue nggak bersikeras ngeyakinin bakal jagain dia ke pantai.


GITA

Jangan gitu de. Sekarang waktunya kita berdo'a. Jangan main salah-salahan.


LIA

Nanti apa kata mamanya kalau tau. Gue takut.

Lia terduduk di kursi sambil mengusap wajahnya.


Cut to


27. INT. RUMAH SAKIT — MALAM

Mereka semua termasuk Randi masih setia menunggu Gentari yang masih berada di ruangan ICU.

LIA

Kak Randi, maafin kita yaa nggak bisa jaga Gentari.


RANDI

Apa gunanya minta maaf sekarang, dia udah di ruangan ICU, nggak akan merubah apapun.

Lia terdiam.

Tidak lama setelah itu terdengar suara sepatu seseorang yang berlari kencang ke arah mereka.

Erika datang.

ERIKA

Gimana adik kamu, Ran?


RANDI

Belum tau, Ma. Kata dokter dia belum bisa keluar dari ICU.


ERIKA

Ya Allah.

Erika langsung duduk di samping Randi dan menutup wajahnya. Randi merangkul mamanya.

ERIKA
Mama nggak siap dengar pernyataan selanjutnya.

Lalu dokter Arif keluar dari ruangan ICU. Erika langsung menghampirinya.


ERIKA

Gimana Gentari?


DOKTER ARIF

Itu, dia udah keluar dari ruangan ICU.

Lalu beberapa perawat mendorong brankar keluar dari ruangan ICU. Mereka semua langsung mengerubunginya, dan melihat Gentari yang sudah membuka matanya.


Cut to



28. INT. RUMAH SAKIT — MALAM

Dokter baru saja memeriksa keadaan Gentari setelah ia sadar.

DOKTER

Apa yang kamu rasain sekarang?

Gentari hanya diam saja.


Dokter

Gentari, sekarang apa yang kamu rasain?


GENTARI

Dada saya nyeri.


DOKTER

Belakangan ini apa kamu sering batuk nggak berhenti, bahkan sampai batuk berdarah? Sesak nafas? Dada kamu sesak?


GENTARI

Semunya Dok.


ERIKA

Kamu nggak ada bilang ke Mama soal ini, Gentari.

Dokter menepuk puncak kepala Gentari sambil menghela nafas pelan.

DOKTER

Nanti saya bicarain sama mama kamu, sekarang lagi sibuk, jadi urus aja dulu Gentari. Saya permisi dulu ya, Gentari.


GENTARI

Stadium 4 kan, Dok? Belakangan ini banyak yang aku rasain, jadi aku search di google, katanya itu stadium 4.


Erika

Gentari, jangan percayain google. Kita punya dokter, belum tentu itu bener.


GENTARI

Bener kan Dok?

Dokter Arif mengangguk.


GENTARI

Tuh kan.


DOKTER ARIF

Nanti saya bicarain sama mama kamu tentang pengobatan kamu selanjutnya, saya permisi dulu.

Kemudian dokter Arif pergi.


ERIKA

Kenapa nggak bilang kalau belakangan kamu sakit? Sejak kapan?


GENTARI

Sejak Mama nggak sama aku.


Erika

Kan Mama udah bilang Sayang, kamu harus bilang ke Mama.


GENTARI

Kalau gitu kapan aku bisa bebas, aku juga pengen bebas kemana aja tanpa khawatir, tanpa Mama.


RANDI

Kamu kalau mau kemana-mana tanpa Mama, nanti kalau udah mati aja, bebas mau kemana aja!


ERIKA

Randi! Omongan kamu!

Randi langsung saja pergi dari ruangan itu.


ERIKA

Kamu nggak bisa gitu, Sayang. Kamu beda dan nggak sama, liat kamu sekarang saat jauh dari pengawasan Mama. Mana temen kamu yang katanya janji bakal jagain kamu?

Lia dan Anggi menunduk.

GENTARI

Aku juga mau bebas! Aku juga mau tanpa pengawasan! Kenapa aku harus beda!

Gentari berteriak.


ERIKA

Kalau penyakit kamu ini bisa didonor, Mama siap gantian sama kamu. Mama juga nggak mau kamu kayak gini.

Erika menangis. Tiba-tiba Gentari menangis.


GENTARI

Aku beda dari yang lain, aku nggak bisa bebas ngapa-ngapain, aku nggak kayak Mama, aku nggak kayak Kak Putri, aku juga nggak kayak Kak Randi, nggak kayak temen-temen. Kapan aku bisa kayak mereka, sekarang aku udah stadium 4 ....

Erika tidak tahan melihatnya menangis, ia memilih berbalik badan dan hendak pergi.

Tapi tiba-tiba, Gentari terbatuk sampai membuat langkah Erika terhenti. Batuknya terus menerus bahkan sampai batuk darah.

GENTARI

Mamaa .... Sakit.

Erika semakin menangis sambil berlari menghampirinya dan meneluk Gentari. Mereka berdua menangis saat berpelukan, membuat semua orang ikut menangis.










Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar