Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Menjelang Gentari Tenggelam
Suka
Favorit
Bagikan
2. #2 Kambuh

12. EXT. HALTE — SORE

Waktunya pulang telah tiba, dan Gentari duduk di kelas sendirian sambil memainkan HandPhone.

Lalu tiba-tiba Ben datang.

BEN

Gentari.


GENTARI

Bentar lagi aku dijemput.


BEN

Yaudah sebelum dijemput kita ke rooftop dulu, kan nanti Kak Randi telphon.


GENTARI

Tapi--- Uhukk!!

Gentari batuk terus-menerus.


BEN

Tar....

Gentari bersusah payah mengambil air minumnya.

BEN

Minum obat, kamu bawa obat, kan?

Gentari menutup mulutnya lalu tidak tahan dan mengerluarkan darah dari mulutnya.


BEN

Astaghfirullah, Gentari. Ya Allah. Obat kamu mana?

Gentari batuk lagi hingga mengerluarkan darah.


BEN

Minum dulu nih.

Gentari meminum air putih yang Ben berikan, lalu menelan beberapa obat dengan cepat.

Setelah meminum obat, hingga beberapa menit ia masih batuk, namun setelah reda dan hanya sesekali ia batuk.

Ben membuka baju putihnya dan menyisakan kaos hitam. Lalu ia membungkuk di hadapan Gentari.


BEN

Maaf yaa....

Ben mengelap noda darah di sekitar mulut Gentari. Lalu mengelap darah yang ada di lantai.


GENTARI

Kak nggak usah.

Ben tidak mendengarkannya dan fokus membersihkan bercak darah itu.

BEN

Kamu udah enakan? Ni air putihnya dipake buat baju kamu.

Gentari bergerak lambat sambil membersihkan bercak darah di bajunya. Ben duduk di kursi depan Gentari.

GENTARI

Aku kayaknya kambuh lagi, Kak.


BEN

Udah periksa ke dokter?


GENTARI

Nanti kalau udah ada mama.


BEN

Sama aku aja gimana?


GENTARI

Mama nggak akan ngizinin dan aku nggak akan coba minta izin.

Ben menghela nafas kasar.

GENTARI

Pasti jijik liat aku tadi kan Kak?


BEN

Enggak. Kamu tadi parah banget, udah sering gitu? Mending cepetan deh ke dokter, nggak usah nunggu mama.


GENTARI

Untuk urusan aku mama nggak pernah percaya sama siapapun. Sedangkan saudara-saudaraku juga pasti nolak.


BEN

Sahabat-sahabat kamu?


GENTARI

Aku nggak mau buat mereka khawatir. Nggak enak tau Kak dipandang iba sama mereka, kalau pas aku lagi kambuh-kambuhnya, semua orang kayak ngasihani aku banget, aku nggak suka.

Ben menggenggam tangan Gentari.

BEN

Kamu pasti sembuh kok, Sayang.


GENTARI

Lepasin tangannya, nanti diliat orang, dilaporin ke Bunda.

Ben tertawa sambil menoel pipi Gentari.

GENTARI

Bajunya kotor Kak, aku bawa pulang biar dicuci yaa....


BEN

Nggak usah, nggak papa.

HandPhone Gentari berdering. Gentari langsung memeriksanya.


GENTARI

Kak Randi udah jemput, aku pulang dulu ya Kak, makasih banyak.

Ben menangguk sembari ikut berdiri, sebelum ia pergi, Ben sempat mengelus kepala Gentari pelan.

Cut to


13. INT. KAMAR — MALAM

Gentari duduk atas ranjang sambil bersandar dan dengan satu tangan memegangi dadanya, sesekali ia meringis.

Lalu terdengar suara dari luar kamar.

PUTRI

Gentari! Itu makan kamu udah siap. Lama banget sih, udah dari tadi juga dipanggilin.

Gentari diam dan meringis kesakitan.

Lalu Putri langsung saja memasuki kamar.

PUTRI

Kenapa? Sakit?

Gentari langsung berdiri dan berjalan dengan berusaha santai.

GENTARI

Nggak kok, ini aku mau makan.


PUTRI

Dari tadi udah dipanggilin.


GENTARI

Iya....

Gentari langsung saja keluar dari kamarnya, lalu diikuti Putri yang juga keluar.


Cut to


14. INT. KAMAR BEN — MALAM

Ben sedang berbaring sambil meletakkan HandPhone-nya di telinga. Ben sedang menelpon. .

BEN

Nggak usahlah, Sayang. Kamu sakit.


Intercut


15. INT. KAMAR GENTARI — MALAM

Gentari berbaring sambil menelpon.

GENTARI

Tapi kita udah rencanain dan aku memang ikut, udah setuju. Mereka udah semangat banget.


BEN

Ya kamu bilang, keadaan kamu nggak baik, jangan gini.


GENTARI

Udah terlalu sering kayak gitu.


BEN

Tapi keadaan kamu tu nggak baik.


GENTARI

Nggak papalah, lagian aku bak jaga diri banget kok, mereka juga bakal jagain aku banget.


BEN

Huh! Besok aku juga ikut, nyamar, biar nggak ada yang tau. Bakal aku awasin terus, nggak akan sedikitpun lewat dari pandangan aku.


GENTARI

Hahahaha.... Harus berhasil ya nyamarnya.


BEN

Pasti. Udah mau tidur?


GENTARI

Belum, bentar lagi paling. Kenapa? Kakak udah mau tidur?


BEN

Hayolo! Lagi telponan sama siapa? Liat sini, aku bilang bunda. Jangan ngerampas gitu. Liat siapa yang nelpon, Kakak pacaran! (Bukan suara Ben)

Sambungan telephone terputus, Gentari memperhatikan HandPhone-nya dengan tatapan takut.


Cut to


16. INT. KAMAR BEN — MALAM

Ben dan Riana saling rebutan HandPhone-nya.

BEN

Nggak usah rebut-rebut gini lah.


RIANA

Nggak! Pokoknya aku harus tau siapa pacar Kakak! Sini HP-nya, atau aku aduin ke Bunda!


BEN

Ahk apaan sih.

Mereka masih saling rebut. Sampai akhirnya Riana membaca sebuah nama.


RIANA

Gentari? Apa Gentari yang baru aja Kakak telpon.

Riana berhenti merebut HandPhone Ben.


RIANA

Kakak pacaran sama Gentari? Dia itu kan....


BEN

Iya dia sakit, tapi dia juga wanita, kan? Dia baik hati, cantik, dan juga pantas untuk dicintai.


RIANA

Tapi....

Ben turun dari ranjang dan menarik Riana keluar dari kamarnya. Riana tidak memberontak dan hanya diam saja sampai pintu tertutup.

Setelah menutup pintu, Ben menghela nafas pelan, lalu mengecek HandPhone-nya lagi.


Cut to


17. INT. RUANG TAMU — PAGI

Gentari menonton televisi di ruang tamu sambil berbaring, masih menggunakan baju tidur.

Saat itu Randi keluar menggunakan pakaian olahraganya dan hanya meliriknya sekilas tanpa menyapa.

Tidak lama setelah itu Putri juga keluar dengan pakaian yang bagus, meliriknya juga tanpa menyapa, termasuk tidak menyapa Randi yang ia lewati, hanya saling tatap saja.

Gentari menghela nafas pelan.

GENTARI (V.O)

Apakah hanya keluargaku saja yang tidak saling akrab satu sama lain? Tidak saling bertegur dan tidak saling berbagi cerita atau tertawa bersama, dan tidak memperdebatkan hal kecil? Semua orang seperti punya kehidupannya masing-masing di rumah ini, sehingga memiliki batasan untuk satu sama lainnya, kecuali mama dan aku. Itu terjadi karena penyakit kanker paru-paru yang sudah hampir 5 tahun kuderita.


Cut to


18. INT. KAMAR MANDI — PAGI

Gentari menghentikan langkahnya saat hendak menghidupkan shower, ia berjongkok sambil memegangi dadanya dan meringis kesakitan.

Gentari

Aduh, Ya Allah. Sakit, Mama....


Cut to

19. EXT. PANTAI — PAGI

Gentari dan ketiga sahabatnya sedang berada di kamar Gentari sambil menunggu Gentari bersiap.

ANGGI

Lo yakin beneran bisa, Tar?


GENTARI

Bisa kok asalkan nggak lama.


GITA

Beneran, kan?


GENTARI

Beneran. Gue bisa, makanya gue bilang jangan lama. Gue sering kok berenang di kolam, dibolehin sama Mama.


LIA

Tapi jangan bohong lo ya....


GENTARI

Iya, serius. Tapi kita cuma pake fins aja sama alat bantu pernafasan, apa tuh namanya gue nggak tau.


GITA

Pokoknya kalau urusan perlengkapan amanlah,gue udah hubungi sepupu gue, tinggal gas aja.


LIA

Berarti kita ubah rencana nih, naik kapal dulu, kan?


GENTARI

Gue udah siap, rencana yang selanjutnya kita bahas di mobil biar nggak kelamaan.


GITA

Lo udah izin sama mama lo?


GENTARI

Udah, bangun tidur gue langsung chat.








Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar