282. EXT. WC SEKOLAH — SIANG
Gentari batuk parah di kloset WC sekolah, ia duduk sambil terbatuk terus dan terlihat sangat kacau.
Lalu tangannya dengan gemetaran mengambil HandPhone di sakunya.
Gentari berusaha menelpon Erika, tapi hingga beberapa kali tidak diangkat. Lalu ia menelpon Randi, hingga beberapa kali barulah dijawab.
GENTARI
Kaaakk....
RANDI
Kenapa Tar? Suara kamu kenapa gitu?
GENTARI
Aku batuk, parah Kak. Aku lagi di WC sekolah, aku nggak kuat buat keluar. Temen-temen aku lagi jam olahraga. Tolong aku Kak.
RANDI
Kakak kesana sekarang, kamu harus kuat.
GENTARI
Cepeeetttt!!
Gentari terus saja batuk.
Cut to
283. INT. SEKOLAH — SIANG
Ada banyak orang yang ikut panik saat melihat Randi berlari membopong tubuh Gentari keluar gedung sekolah.
Termasuk tiga sahabatnya yang ikut berlari bersama Randi.
Cut to
284. INT. DI DEPAN RUANG ICU. RUMAH SAKIT — SIANG
Dengan panik Randi menelpon Erika berkali-kali namun tidak ada jawaban.
RANDI
Haduh! Kemana sih Mama?!
GITA
Semua yang bersangungkutan udah Kakak hubungin belum?
RANDI
Udah, kantor, rumah, Om Erwin, semua.
Randi berdecak kesal.
ANGGI
Kakak cari aja deh, kita yang tungguin di sini. Nanti kalau ada yang penting kita kasih tau Kakak.
Randi menghela nafas kasar.
RANDI
Kayaknya Kakak tau deh Mama di mana.
LIA
Yaudah Kak kesana aja langsung, siapa tau Tante Erika memang ada di sana.
RANDI
Jangan lupa kasih tau ya kalau ada yang penting.
Gita mengangguk. Lalu Randi berlari keluar rumah sakit untuk mencari Erika.
Cut to
285. EXT. PEMAKAMAN — SIANG
Randi menuju makam Putri, dan dari jauh ia sudah melihat ada Erika di sana sedang duduk dan memegang nisan milik Putri.
RANDI
Mama....
Randi langsung berada di sampingnya.
ERIKA
Kenapa kesini?
RANDI
Kenapa Mama kesini nggak ngajak aku?
ERIKA
Mama pengen sendirian aja.
RANDI
Mau sampai kapan Mama gini terus? Aku tau Mama sedih, tapi bukan berarti Mama harus menjauhi semuanya, termasuk kita.
ERIKA
Mama cuma butuh waktu buat sendiri, Mama belum siap untuk senyum, untuk ketawa.
RANDI
Apa itu berarti Mama harus nggak mau bareng kita.
ERIKA
Kalau udah sama kalian Mama harus keliatan baik-baik aja, Mama harus selalu ceria.
RANDI
Ma, kita ini udah dewasa. Bukannya kita nggak ngerti tentang kesedihan Mama. Udah hampir dua minggu dan jalan tiga minggu Mama gini aja. Kita butuh Mama, kita ngerti kok Mama itu sedih.
Erika hanya diam.
RANDI
Jadwal terapi Gentari sebentar lagi. Apa aku yang bakal jadi temennya?
ERIKA
Mama pasti bakal temeni dia kok.
RANDI
Di mana? Keburu terlambat, Ma.
Erika menolehnya dengan heran.
RANDI
Gentari masuk rumah sakit, kondisinya memburuk. Dia batuk bahkan sampai sesak nafas. Dari tadi dia udah hubungin Mama, tapi Mama nggak jawab.
ERIKA
Hah? Ayo antar Mama sekarang! Ayo kita kesana sekarang! Ayo Randi! Jangan lama!!
Erika pergi begitu saja dengan panik dan terburu-terburu mendahului Randi.
Cut to
286. INT. RUMAH SAKIT — SIANG
Erika menangis sambil dipeluk Randi di kursi tunggu.
Cut to
287. INT. RUANG PERAWATAN GENTARI. RUMAH SAKIT — MALAM
Erika menggenggam tangan Gentari yang terbaring di brankar rumah sakit, dengan alat bantu pernafasan yang terpasang di hidungnya.
Ia masih menangis sambil sesekali mengusap pipi Gentari.
RANDI
Kita nggak tau Ma mungkin aja waktu Putri pergi kita nggak liat dia, mungkin dia nggak ingat minum obat atau makan. Mama tau sendiri kan Gentari deket banget sama Putri.
Erika menggenggam tangan Gentari.
ERIKA
Mama udah kehilangan Putri, Mama nggak mau kehilangan Gentari lagi.
Cut to
288. INT. RUANG PERAWATAN GENTARI. RUMAH SAKIT — PAGI
Gentari sudah sadar dan diberi minum oleh Erika.
GENTARI
Mau duduk Ma.
Erika langsung membantunya.
ERIKA
Gimana? Udah enakan?
Gentari mengangguk.
ERIKA
Maafin Mama ya Sayang, Mama terlalu sedih sampai nggak ingat kamu.
Erika menangis. Gentari menggenggam tangan Erika.
GENTARI
Aku juga sedih Ma, sediiiih banget kehilangan Kakak, apalagi aku deket baru-baru aja. Itu juga karna permintaan aku, karna aku pikir dulu kehidupan aku nggak akan lama lagi, dan Kakak mau nurutin aku, segala yang aku mau Kakak kasih, Kakak lakuin apa aja demi sebuah kenangan yang selalu kupintu. Ternyata kenangan yang aku pinta itu bukan buat dia, tapi buat aku.
Erika meneteskan mata.
GENTARI
Mama sendiri yang bilang kalau mungkin aja yang pergi duluan bukan aku, bisa siapapun termasuk Kak Putri, dan itu benar. Aku yang sibuk cari kenangan, cari kesan, tapi dia yang malah pergi. Ini takdir Ma, Kak Putri yang duluan di antara kita. Mama liat sendiri, aku yang sakit parah, dia yang bantu aku jadi terbaik di sisa kehidupan. Setelah aku teliti semuanya, sebenarnya itu bukan aku yang jadi fokus utama tapi dia. Dia jadi baik banget, dia nyuruh aku berhijab tapi dia juga yang berhijab. Jadi menurut aku, ini emang udah rencana Allah, aku yang punya keinginan tapi sebenarnya dia yang lagi buat kenangan.
Erika menunduk.
GENTARI
Aku juga sedih, tapi aku ingat perkataan Mama, kematian rahasia Tuhan, kita bebas merajut kenangan tapi buat siapa aja yang mungkin duluan. Di pantai, sebelum sunrise datang Mama bilang dengan tenang dan aku bisa ngeresapinnya, kematian bukan kita yang ngatur, bisa siapa aja, bisa karna apa aja.
Erika sesenggukan.
GENTARI
Kalau Mama terpuruk kayak gini karna kepergian Kak Putri, jadi aku sama Kak Randi gimana? Kita butuh Mama.... Atau mungkin sebenarnya Mama nggak mau deket aku karna Mama nyesel ya terlalu banyak ngabisin waktu sama aku kebanding Kak Putri.
ERIKA
Nggak Sayang, nggak. Kakak pergi karna kecelakaan bukan sakit. Kalau karna sakit mungkin Mama bakal marah ke diri Mama sendiri yang nggak merhatiin dia. Maafin Mama, harusnya kamu nggak di sini sekarang, Sayang.
Gentari hanya diam.
ERIKA
Mama mulai sadar, kalau memang gini kehidupan, dari kamu Mama belajar, dari Putri. Karna kamu selalu bilang kalau mungkin aja pengobatan kamu nggak berhasil, kamu masih sering sakit. Mama mulai sadar kalau kematian memang kita nggak pernah tau sebabnya apa, harusnya hal ini memang bisa disadari dari awal. Harusnya Mama nggak seterpuruk ini, Mama minta maaf Nak.
Erika langsung memeluk Gentari dengan erat dan mereka menangis bersama.
Cut to
289. EXT. PEMAKAMAN — PAGI
Gentari menyandarkan bunga pada nisan Putri, Randi juga melakukan hal yang sama.
Erika menangis.
ERIKA
Maaf Mama masih nangis, Mama masih belum bisa sabar kalau ngingat semuanya.
Randi mengelus bahu Erika.
GENTARI
Setiap seminggu sekali kalau aku nggak di rumah sakit, aku bakal kesini Kak, habis itu aku bakal liat sunset bareng Mama sama Kak Randi. Tapi kayaknya kalau camping kayak biasanya kita nggak sanggup, nggak lengkap tanpa Kakak, dan yang ada nantinya kita malah nangis berjama'ah, hehehe ....
Gentari menangis.
GENTARI
Kalau aku sih nggak papa nangis, memang dari dulu aku suka nangis, memang beda sama Mama.
Erika tersenyum.
ERIKA
Makasih ya Sayang, berkat kamu kita punya waktu banyak dengan momen manis menjelang Putri pergi.
GENTARI
Iya Ma, ternyata ini rencana Allah, aku yang sakit dan aku yang butuh itu, Kak Putri yang mau nurutin, ternyata ini rahasia, karna aku sebenarnya cuma alasan untuk menutupi tanda-tanda kepergian Kakak dan penyesalan kita.
Randi mengangguk.
RANDI
Sekarang kita tinggal bertiga, rasanya pasti bakal beda dan nggak akan lengkap pasti ada kurangnya. Tapi kita bakal belajar untuk menghargai waktu dan satu sama lain lagi.
ERIKA
Do'a kita bakal selalu ada buat kamu, yang tenang ya Nak.
Erika mengelus nisan yang bertuliskan nama Putri.
Dissolve out
299. INT. MAKAM — PAGI
2 tahun kemudian.
Gentari, Erika, dan Randi mendatangi makam Putri.
Gentari Liat Ma, penuh sama bunga dan taburannya. Padahal bukan dari kita.
Erika Banyak yang sayang Putri.
GENTARI
Gini yang aku maksud dulu Ma, walaupun kita pergi dari dunia ini kenangan dan kesan kita selalu dikenang dan kita selalu disayang. Liat Kak Putri, dia nggak kayak aku yang sakit, dia selalu punya banyak kesan dan kehangatan kemanapun dan dimanapun.
ERIKA
Tapi ingat kata Kakak kamu!
GENTARI
Ingat kok! Nggak perlu dikenal dan berkesan sejagat raya, karna bisikan do'a-do'a kecil yang tulus tetap sampai ke Allah.
GENTARI
Waktu ulang tahun dua tahun yang lalu, Kak Putri ngasih aku hadiah jadi selebgram seperti yang aku mau. Hari ini hadiahnya ku mau bilang ke Kakak kalau aku udah sembuh total dari kanker ini seperti apa yang dia mau, ini sebagai hadiah dari aku.
Erika tersenyum penuh kebahagiaan sambil merangkul Gentari. Randi mengelus bahu Erika.
RANDI
Jangan lupa bilang kalau kamu lagi berusaha nyelesaian novel.
GENTARI
Iya, di hari kelahiran Kakak tahun depan, kalau usiaku masih sampai disana, aku bakal bawak novel hasilnya karya aku sendiri. Novel tentang Kak Putri, judulnya Seperti Mentari Sebelum Tenggelam.
SELESAI.