158. INT. RUANG PERAWATAN. RUMAH SAKIT — PAGI
Gentari memotret tangannya yang digenggam Erika, saat infus sudah terpasang, juga beberapa alat medis. Lalu Gentari mempostingnya dengan memberikan caption.
MASIH ADA SEPERCIK HARAPAN, DI TENGAH LUASNYA KENYATAAN.
Lalu Gentari meletakkan HandPhone-nya.
Erika yang tadinya tertidur, tiba-tiba bangun.
GENTARI
Kan aku udah bilang, Ma. Kalau mau tidur jangan di sini, Mama sakit nanti badannya.
ERIKA
Nggak papa.
Dering ponsel Gentari terdengar jelas. Erika langsung mengambilnya.
ERIKA
Kak Ben. Nelpon nih dia.
Gentari langsung mengambil dan menjawab telponnya.
BEN
Assalamu'alaikum, Gentari.
GENTARI
Wa'alaikumsalam, Kak.
BEN
Semangat ya, jangan banyak ngeluh. Kamu pasti bisa sembuh.
GENTARI
Makasih Kak.
Sambungan telephon terputus.
GENTARI
Langsung dimatiin. Aneh tau, Ma. Dia nggak pernah lagi chat atau telpon aku, dan sekarang baru, itu juga cuek banget dan langsung dimatiin tanpa sempet aku ngomong apa-apa.
ERIKA
Udah, nggak usah dipikirin. Nanti Mama yang tanyain.
GENTARI
Ahk nggak usahlah, masa gitu doang jadi urusan Mama.
ERIKA
Yang penting kamu baik-baik aja.
GENTARI
Nggak-nggak.
ERIKA
Yaudah yang tenang ya.
Erika mengelus puncak kepala Gentari.
Gentari mengangguk.
Cut to
159. INT. RUANG PERAWATAN. RUMAH SAKIT — MALAM
Di ruangan itu, ada Putri, Randi, dan Erika yang berbincang-bincang. Sedangkan Gentari tertidur.
PUTRI
Liat nih, Ma. Gentari posting, tumben banget, kan?
ERIKA
Mana? Mama nggak sempet liat.
Putri menunjukkan postingan Gentari.
ERIKA
Caption yang dia buat bagus.
RANDI
Mau diposting lagi foto dia yang sekarang, nanti malah marah, dikira mau pamer penyakitnya.
PUTRI
Makanya kalau posting itu kayak gue, foto dia lagi baik-baik aja, dan nggak perlu dikasih tau ke dunia.
RANDI
Tapi kan bagus, jadi banyak yang do'ain.
PUTRI
Tapi dia nggak suka kayak gitu.
ERIKA
Mama juga nggak pernah posting dia lagi dirawat, kasian.
RANDI
Sudut pandang orang kan beda-beda.
PUTRI
Cukup lo fokus ke sudut pandang Gentari aja.
Randi menghela nafas kasar.
Cut to
160. INT. RUANG PERAWATAN — PAGI
Gentari sedang memainkan HandPhone-nya sambil berbaring. Di sana ada Putri dan Randi.
GENTARI
Itulah ken-
Gentari memperhatikan sekitar dan tidak ada Erika.
RANDI
Keliatan dari mukanya, kamu marah ya? Dan kamu nggak liat Mama di sini, kamu nggak jadi marahnya, kan? Karena apa? Pasti karena kalau kamu marah nggak ada Mama, nggak akan ada yang nenangin kamu, belain kamu, yang selalu sabar!
GENTARI
Nggak kok.
Gentari cemberut.
RANDI
Iya, pasti gitu. Soalnya kalau kamu marah ada Mama, pasti Mama berusaha nenangin. Dasar manja!
PUTRI
Udahlah ahk, Ran! Perasaan musuhan mulu lo sama Gentari.
RANDI
Kesel kadang!
Gentari semakin cemberut.
Cut to
161. INT. RUANG PERAWATAN — DINI HARI
Gentari tidak bisa tidur dan Erika menemaninya.
GENTARI
Mama liat nggak postingan aku di Instagram.
ERIKA
Iya liat.
GENTARI
Banyak banget yang komentar, kenapa ya aku nggak suka komentar yang kayak gitu. Aku jadi merasa kayak orang paling lemah di dunia ini.
ERIKA
Pikiran kamu itu yang salah, Gentari. Kan bagus banyak yang do'ain, nggak ada kok postingan yang ngatain kamu atau malah nyakitin.
GENTARI
Iya tapi semua orang pasti kasihan sama aku.
ERIKA
Itu lebih baik dari pada nggak dipeduliin. Dan, kamu memang salah satu orang yang bisa dikasihani.
Gentari cemberut.
GENTARI
Kayaknya aku cuma jago dikasihani, bukan disemangati dalam suatu pancapain kayak orang lain.
ERIKA
Nggak, pikirannya harus diubah lagi. Jangan jadi orang yang pikirannya nggak terbuka, bukan berarti nggak bisa diubah, tapi memang kamu yang harus mengubahnya.
Cut to
162. INT. KAMAR GENTARI — SIANG
Putri menemani Gentari di kamar.
GENTARI
Kak, apasih bakat aku. Aku pengen juga dipuji karena pencapain.
Putri menghela nafas pelan.
PUTRI
Nggak selamanya apa yang kita mau bisa tercapai Gentari. Ada banyak manusia yang punya impian sama, tapi nggak semuanya berhasil.
GENTARI
Jadi aku harus gimana?
PUTRI
Cintai kehidupan kamu sekarang, jalani apa yang ada di depan kamu, terima. Cinta dan syukuri. Tanamkam dalam diri kamu sendiri, bintang punya tempat dan waktunya sendiri untuk gemilang, sama kayak bulan dan bintang, nggak semua sama. Semua punya porsi waktu yang beda.
Gentari merengut.
PUTRI
Sama halnya kayak manusia. Nggak semua orang kan jadi presiden, nggak semua orang jadi artis. Hewan juga gitu, nggak semua bisa berenang kayak ikan, nggak semua bisa manjat pohon kayak monyet, nggak semua bisa terbang kayak burung. Semua punya bidang dan tempatnya masing-masing.
GENTARI
Tapi bebek bisa semuanya.
PUTRI
Iiiihhh Gentari!! (Putri menggeram)
Gentari tertawa.
PUTRI
Kalau pikiran kayak gitu yang nggak akan terbuka, terus aja kamu ngeluh dan selalu mandang ke atas untuk liat orang-orang yang sempurna dan kamu mau jadi kayak mereka! Jangan selalu mandang ke atas! Hidup kamu nggak akan pernah cukup!
Cut to
163. INT. KAMAR GENTARI — MALAM
Gentari memperhatikan postingan yang ia buat sebelum melakukan terapi.
Cut to
164. INT. KAMAR GENTARI — PAGI
Di atas ranjang Gentari. Gentari sedang bersandar di kepala ranjang, sedangkan Lia, Gita, dan Anggi duduk di atas ranjang mengelilinginya.
LIA
Nih ya gue bacain.
Lia membacakan tulisan di layar HandPhone-nya.
LIA
Perlombaan dibulan bahasa. 1. Menulis puisi, dengan tema waktu. 2. Menulis essay dengan tema Bahasa Budaya Bangsa. 3.Drama, dengan tema bahasa. 4. Musikalisasi puisi.
GENTARI
Di kelas kita siapa yang ikut, udah ada ditunjuk?
GITA
Belum ini baru dapat infonya semalam. Lo tau sendiri kelas kita gimana, belum mau mikir jadi belum ada rencana.
ANGGI
Gue pengen banget ikut drama, kita ikut drama yuk!
GENTARI
Gue juga pengen ikut. Setidaknya bisa liat sih.
LIA
Ini Tar, lombanya itu permingggu. Minggu pertama itu puisi, minggu kedua drama minggu ketiga essay, minggu keempat musikalisasi puisi.
GITA
Lomba puisinya mulai lusa. Lo nggak mau ikut, Tar?
GENTARI
Puisi apa?
GITA
Ya apa aja.
ANGGI
Eh tapi gue saranin ya, kalau Gentari mau ikut lomba puisi lebih baik langsung tulis puisinya malam ini, terus langsung kasih tau kita. Karna kalau nggak gitu, bisa aja udah ada yang nempatin. Lo tau sendiri lah di kelas kita itu punya circle perangkat kelas.
GITA
Iya bener! Gue aja nggak yakin kita bisa ikut, pasti mereka milih.
LIA
Iya memang, jadi kalau lo minat, lo tulis puisinya biar kita bilang kalau lo udah punya puisi dan siap ikut. Atau kalau mau lebih wah lagi, kasih ke Kak Ben. Lo langsung terdaftar.
Gentari mengerucutkan bibir.
Cut to
165. INT. RUANG TAMU — MALAM
Gentari dan Putri duduk di ruang tamu.
PUTRI
Yaudah ikut aja coba, menang atau kalah itu urusan belakangan.
Gentari berfikir sejenak.
PUTRI
Gentari, kamu bilang kan kamu nggak punya bakat, coba aja nulis puisi siapa tau aja ada bakat kamu di sana. Bakat itu bukan tiba-tiba ada, tiba-tiba keluar ya nggak! Semua orang harus memulai dan mengasah bakat itu, bukan tiba-tiba jadi orang hebat. Coba aja dulu.
Gentari diam untuk berfikir.
Cut to
166. INT. KAMAR GENTARI — MALAM
Gentari sedang berusaha menulis sambil tengkurap di ranjang.
Baru beberapa kata yang ia tulis, Gentari langsung menghapusnya. Ia diam sejenak, lalu mencoba menulis lagi, tapi lagi-lagi ia coret.
Hingga ia berteriak kecil frustasi sambil memegang kepalanya dan menutup wajahnya ke kasur.
Cut to