Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Menjelang Gentari Tenggelam
Suka
Favorit
Bagikan
18. #18 Perlombaan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

158. INT. RUANG PERAWATAN. RUMAH SAKIT — PAGI

Gentari memotret tangannya yang digenggam Erika, saat infus sudah terpasang, juga beberapa alat medis. Lalu Gentari mempostingnya dengan memberikan caption.

MASIH ADA SEPERCIK HARAPAN, DI TENGAH LUASNYA KENYATAAN.

Lalu Gentari meletakkan HandPhone-nya.

Erika yang tadinya tertidur, tiba-tiba bangun.

GENTARI

Kan aku udah bilang, Ma. Kalau mau tidur jangan di sini, Mama sakit nanti badannya.

ERIKA

Nggak papa.

Dering ponsel Gentari terdengar jelas. Erika langsung mengambilnya.

ERIKA

Kak Ben. Nelpon nih dia.

Gentari langsung mengambil dan menjawab telponnya.

BEN

Assalamu'alaikum, Gentari.

GENTARI

Wa'alaikumsalam, Kak.

BEN

Semangat ya, jangan banyak ngeluh. Kamu pasti bisa sembuh.

GENTARI

Makasih Kak.

Sambungan telephon terputus.

GENTARI

Langsung dimatiin. Aneh tau, Ma. Dia nggak pernah lagi chat atau telpon aku, dan sekarang baru, itu juga cuek banget dan langsung dimatiin tanpa sempet aku ngomong apa-apa.

ERIKA

Udah, nggak usah dipikirin. Nanti Mama yang tanyain.

GENTARI

Ahk nggak usahlah, masa gitu doang jadi urusan Mama.

ERIKA

Yang penting kamu baik-baik aja.

GENTARI

Nggak-nggak.

ERIKA

Yaudah yang tenang ya.

Erika mengelus puncak kepala Gentari.

Gentari mengangguk.


Cut to

159. INT. RUANG PERAWATAN. RUMAH SAKIT — MALAM

Di ruangan itu, ada Putri, Randi, dan Erika yang berbincang-bincang. Sedangkan Gentari tertidur.

PUTRI

Liat nih, Ma. Gentari posting, tumben banget, kan?

ERIKA

Mana? Mama nggak sempet liat.

Putri menunjukkan postingan Gentari.

ERIKA

Caption yang dia buat bagus.

RANDI

Mau diposting lagi foto dia yang sekarang, nanti malah marah, dikira mau pamer penyakitnya.

PUTRI

Makanya kalau posting itu kayak gue, foto dia lagi baik-baik aja, dan nggak perlu dikasih tau ke dunia.

RANDI

Tapi kan bagus, jadi banyak yang do'ain.

PUTRI

Tapi dia nggak suka kayak gitu.

ERIKA

Mama juga nggak pernah posting dia lagi dirawat, kasian.

RANDI

Sudut pandang orang kan beda-beda.

PUTRI

Cukup lo fokus ke sudut pandang Gentari aja.

Randi menghela nafas kasar.


Cut to

160. INT. RUANG PERAWATAN — PAGI

Gentari sedang memainkan HandPhone-nya sambil berbaring. Di sana ada Putri dan Randi.

GENTARI

Itulah ken-

Gentari memperhatikan sekitar dan tidak ada Erika.

RANDI

Keliatan dari mukanya, kamu marah ya? Dan kamu nggak liat Mama di sini, kamu nggak jadi marahnya, kan? Karena apa? Pasti karena kalau kamu marah nggak ada Mama, nggak akan ada yang nenangin kamu, belain kamu, yang selalu sabar!

GENTARI

Nggak kok.

Gentari cemberut.

RANDI

Iya, pasti gitu. Soalnya kalau kamu marah ada Mama, pasti Mama berusaha nenangin. Dasar manja!

PUTRI

Udahlah ahk, Ran! Perasaan musuhan mulu lo sama Gentari.

RANDI

Kesel kadang!

Gentari semakin cemberut.


Cut to

161. INT. RUANG PERAWATAN — DINI HARI

Gentari tidak bisa tidur dan Erika menemaninya.

GENTARI

Mama liat nggak postingan aku di Instagram.

ERIKA

Iya liat.

GENTARI

Banyak banget yang komentar, kenapa ya aku nggak suka komentar yang kayak gitu. Aku jadi merasa kayak orang paling lemah di dunia ini.

ERIKA

Pikiran kamu itu yang salah, Gentari. Kan bagus banyak yang do'ain, nggak ada kok postingan yang ngatain kamu atau malah nyakitin.

GENTARI

Iya tapi semua orang pasti kasihan sama aku.

ERIKA

Itu lebih baik dari pada nggak dipeduliin. Dan, kamu memang salah satu orang yang bisa dikasihani.

Gentari cemberut.

GENTARI

Kayaknya aku cuma jago dikasihani, bukan disemangati dalam suatu pancapain kayak orang lain.

ERIKA

Nggak, pikirannya harus diubah lagi. Jangan jadi orang yang pikirannya nggak terbuka, bukan berarti nggak bisa diubah, tapi memang kamu yang harus mengubahnya.


Cut to


162. INT. KAMAR GENTARI — SIANG

Putri menemani Gentari di kamar.

GENTARI

Kak, apasih bakat aku. Aku pengen juga dipuji karena pencapain.

Putri menghela nafas pelan.

PUTRI

Nggak selamanya apa yang kita mau bisa tercapai Gentari. Ada banyak manusia yang punya impian sama, tapi nggak semuanya berhasil.

GENTARI

Jadi aku harus gimana?

PUTRI

Cintai kehidupan kamu sekarang, jalani apa yang ada di depan kamu, terima. Cinta dan syukuri. Tanamkam dalam diri kamu sendiri, bintang punya tempat dan waktunya sendiri untuk gemilang, sama kayak bulan dan bintang, nggak semua sama. Semua punya porsi waktu yang beda.

Gentari merengut.

PUTRI

Sama halnya kayak manusia. Nggak semua orang kan jadi presiden, nggak semua orang jadi artis. Hewan juga gitu, nggak semua bisa berenang kayak ikan, nggak semua bisa manjat pohon kayak monyet, nggak semua bisa terbang kayak burung. Semua punya bidang dan tempatnya masing-masing.

GENTARI

Tapi bebek bisa semuanya.

PUTRI

Iiiihhh Gentari!! (Putri menggeram)

Gentari tertawa.

PUTRI

Kalau pikiran kayak gitu yang nggak akan terbuka, terus aja kamu ngeluh dan selalu mandang ke atas untuk liat orang-orang yang sempurna dan kamu mau jadi kayak mereka! Jangan selalu mandang ke atas! Hidup kamu nggak akan pernah cukup!


Cut to

163. INT. KAMAR GENTARI — MALAM

Gentari memperhatikan postingan yang ia buat sebelum melakukan terapi.


Cut to

164. INT. KAMAR GENTARI — PAGI

Di atas ranjang Gentari. Gentari sedang bersandar di kepala ranjang, sedangkan Lia, Gita, dan Anggi duduk di atas ranjang mengelilinginya.

LIA

Nih ya gue bacain.

Lia membacakan tulisan di layar HandPhone-nya.

LIA

Perlombaan dibulan bahasa. 1. Menulis puisi, dengan tema waktu. 2. Menulis essay dengan tema Bahasa Budaya Bangsa. 3.Drama, dengan tema bahasa. 4. Musikalisasi puisi.

GENTARI

Di kelas kita siapa yang ikut, udah ada ditunjuk?

GITA

Belum ini baru dapat infonya semalam. Lo tau sendiri kelas kita gimana, belum mau mikir jadi belum ada rencana.

ANGGI

Gue pengen banget ikut drama, kita ikut drama yuk!

GENTARI

Gue juga pengen ikut. Setidaknya bisa liat sih.

LIA

Ini Tar, lombanya itu permingggu. Minggu pertama itu puisi, minggu kedua drama minggu ketiga essay, minggu keempat musikalisasi puisi.

GITA

Lomba puisinya mulai lusa. Lo nggak mau ikut, Tar?

GENTARI

Puisi apa?

GITA

Ya apa aja.

ANGGI

Eh tapi gue saranin ya, kalau Gentari mau ikut lomba puisi lebih baik langsung tulis puisinya malam ini, terus langsung kasih tau kita. Karna kalau nggak gitu, bisa aja udah ada yang nempatin. Lo tau sendiri lah di kelas kita itu punya circle perangkat kelas.

GITA

Iya bener! Gue aja nggak yakin kita bisa ikut, pasti mereka milih.

LIA

Iya memang, jadi kalau lo minat, lo tulis puisinya biar kita bilang kalau lo udah punya puisi dan siap ikut. Atau kalau mau lebih wah lagi, kasih ke Kak Ben. Lo langsung terdaftar.

Gentari mengerucutkan bibir.


Cut to

165. INT. RUANG TAMU — MALAM

Gentari dan Putri duduk di ruang tamu.

PUTRI

Yaudah ikut aja coba, menang atau kalah itu urusan belakangan.

Gentari berfikir sejenak.

PUTRI

Gentari, kamu bilang kan kamu nggak punya bakat, coba aja nulis puisi siapa tau aja ada bakat kamu di sana. Bakat itu bukan tiba-tiba ada, tiba-tiba keluar ya nggak! Semua orang harus memulai dan mengasah bakat itu, bukan tiba-tiba jadi orang hebat. Coba aja dulu.

Gentari diam untuk berfikir.


Cut to

166. INT. KAMAR GENTARI — MALAM

Gentari sedang berusaha menulis sambil tengkurap di ranjang.

Baru beberapa kata yang ia tulis, Gentari langsung menghapusnya. Ia diam sejenak, lalu mencoba menulis lagi, tapi lagi-lagi ia coret.

Hingga ia berteriak kecil frustasi sambil memegang kepalanya dan menutup wajahnya ke kasur.


Cut to




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar