29. INT. MUSHOLLA RUMAH SAKIT — MALAM
Ben bersandar di dinding rumah sakit sambil melamun dan terlihat murung.
Cut to
30. INT. RUANG TAMU. RUMAH GENTARI — MALAM
Randi baru saja duduk di sofa setelah baru sampai dari rumah sakit. Saat itu juga Putri baru saja masuk.
RANDI
Kemana aja lo? Gue telponin kok nggak diangkat?
PUTRI
Gue capek, males digangguin siapa-siapa jadi gue matiin HandPhone.
RANDI
Mama udah pulang.
Putri berhenti melangkah.
PUTRI
Oh ya? Terus di mana?
RANDI
Rumah sakit sama Gentari.
Putri berdecak kesal. Lalu kembali melangkah.
RANDI
Lo nggak mau liat adek lo itu?
PUTRI
Bosan.
RANDI
Adek lo itu udah stadium 4.
Langkah Putri terhenti.
PUTRI
Serius?
RANDI
Iya, tadi dia masuk rumah sakit lagi, makanya gue telponin lo.
Putri langsung berbalik badan dan berjalan cepat untuk keluar rumah.
PUTRI
Mama pasti nggak baik-baik aja. Gue ke rumah sakit, Ran.
RANDI
Hati-hati.
Cut to
31. INT. RUANG PERAWATAN GENTARI — MALAM
Erika duduk di dekat Gentari yang sedang tertidur, ia menggenggam jemari Gentari sambil memperhatikan wajahnya.
Lalu Putri datang, Erika langsung menoleh.
ERIKA
Eh, Putri.
Erika langsung memeluknya dan mencium keningnya.
ERIKA
Mama udah pulang, tadinya Mama mau ngasih surprise buat kamu sama Gentari, tapi ternyata Gentari duluan yang kasih surprise. Oleh-oleh ada kok di dalam mobil mungkin, atau bisa jadi udah dibawa ke rumah sama supir.
PUTRI
Mama udah makan?
ERIKA
Mama nggak laper.
PUTRI
Mama pasti belum mandi, kan? Lebih baik Mama pulang sekarang, terus mandi biar seger. Gentari biar aku yang jagain.
ERIKA
Beneran mau?
Putri mengangguk.
ERIKA
Yaudah kalau gitu Mama pulang ya, Mama bentar doang kok, jadi sabar ya ....
Putri mengangguk lagi.
Erika tersenyum lalu mengelus tangan Putri dan tangan Gentari, kemudian Erika pergi.
Setelah Erika pergi, Putri langsung duduk di samping brankar Gentari.
Putri memperhatikan wajah Gentari, kemudian ia tidak tahan dan menutup wajahnya lalu menangis.
Cut to
32. INT. KAMAR ERIKA — MALAM
Erika duduk di pinggir ranjang sambil melamun.
Transisi ke flashback
33. INT. KAMAR RUMAH SAKIT — PAGI
Erika sedang menangis sambil duduk di samping brankar Gentari.
Gentari tersadar dari tidurnya.
GENTARI
Mama ngapain nangis? Aku pasti sembuh Ma, setiap penyakit kan ada obatnya. Kan Mama bilang besok kita mau ke Siangapura untuk berobat, jadi aku pasti sembuh.
Erika tersenyum lembut.
Kembali ke masa kini
34. INT. KAMAR ERIKA — MALAM
Erika menutup wajahnya lalu menangis, hingga cukup lama.
Cut to
35. INT. RUANGAN PERAWATAN GENTARI — MALAM
Gentari membuka matanya mendengar tangisan Putri.
GENTARI
Kenapa nangis Kak? Aku belum pergi.
Putri menghapus air mata sambil terkekeh pelan.
GENTARI
Kenapa nangis?
PUTRI
Kalau boleh jujur Kakak nangis bukan karna kamu?
GENTARI
Jadi?
PUTRI
Karna Mama, dia pasti capek banget, dia seorang wanita dan dia orang tua tunggal.
GENTARI
Aku memang yang paling nyusahin. Semua hasil kerja keras Mama selalu buat pengobatan aku, semua tenaga Mama juga selalu terbuang karna aku.
PUTRI
Bukan gitu maksud Kakak.
GENTARI
Tapi 50%-nya, iya. Karna itu juga aku nggak mau lagi berobat.
PUTRI
Hah? Itu salah, Gentari. Mama nggak akan setuju.
GENTARI
Tapi kalau memang aku yang udah nolak pengobatan gimana?
PUTRI
Jangan bikin Mama tambah capek.
GENTARI
Aku bakal ngomong baik-baik kok. Kakak jangan kasih tau Mama dulu yaa ....
Putri hanya diam, dan saat itu seorang perawat masuk.
Cut to
36. INT. MOBIL GITA — MALAM
Lia, Gita dan Anggi duduk di dalam mobil sambil menangis.
LIA
Nyesel gue nyanggupin buat jagain dia.
ANGGI
Kayaknya mamanya marah sama kita.
GITA
Iya, pasti.
LIA
Pokoknya Gentari harus sembuh!
GITA
Tapi kanker stadium 4 itu, sulit sembuh.
ANGGI
Bisa sembuh.
GITA
Nyesel banget ikut mendukung ide dia.
ANGGI
Tapi katanya dia udah ngalamin gelaja-gejala sejak mamanya nggak ada di sini.
LIA
Dan dia lebih milih diem ke kita.
Lalu semuanya diam sambil menghapus air matanya masing-masing.
Cut to
37. INT. KAMAR PERAWATAN GENTARI — PAGI
Gentari duduk di atas brankar sambil memperhatikan Erika yang mengeluarkan segala isi di dalam sebuah tas.
ERIKA
Ayo makan, biar Mama suapin.
GENTARI
Maa, aku bisa sendiri.
ERIKA
Yaudah nih.
Gentari mengambil mangkuk yang Erika berikan.
Erika duduk sambil mengupas buah pir.
ERIKA
Maaf ya, Mama tadi meriksa HandPhone kamu. Ben, nama cowok yang semalam ada di sini.
Gentari berhenti menyuap.
ERIKA
Pacar kamu ya?
GENTARI
Maaf, Ma.
ERIKA
Gimana sikapnya? Dia ada nyakitin kamu nggak? Hati, pikiran, atau fisik?
GENTARI
Enggak kok Ma, dia baik. Bahkan kemaren aku pernah kambuh dan dia yang bersihin darah dari batuk itu. Dia juga yang sering nemenin kalau aku belum dijemput.
ERIKA
Yaiyalah, sekalian pacaran.
GENTARI
Mama marah dan nggak suka ya?
ERIKA
Mama cuma nggak mau anak Mama disakitin laki-laki, Mama nggak mau anak Mama mencintai orang yang nggak baik.
GENTARI
Jadi?
ERIKA
Nggak papa, lanjut aja selagi dia nggak nyakitin kamu.
Gentari tersenyum.
GENTARI
Oh iya, Mama serapi dan secantik ini pasti mau rapat penting.
Erika berhenti mengupas buah pir.
ERIKA
Iya, rapat susulan setelah urusan di Singapura selesai.
GENTARI
Yaudah Ma, berangkat sana. Aku bisa sendiri kok, lagian ada perawat.
ERIKA
Maaf ya Mama tinggal.
Gentari mengangguk.
Cut to
38. INT. RUANGAN ERIKA. KANTOR — PAGI
Erika menghempaskan diri ke kursinya.
ERWIN
Baru pulang dari Singapura, mukanya suntuk banget Kak? Belum puas?
Erwin masuk begitu saja.
ERIKA
Gentari baru didiagnosis stadium 4.
ERWIN
Ya Allah.
ERIKA
Heran sama kankernya, betah banget. Udah hampir sembuh pasti kambuh lagi.
ERWIN
Kasian Gentari, nggak pernah sembuh seutuhnya.
ERIKA
Iya, kambuh terus, dan sekarang stadium 4, Ya Allah, hancur banget rasanya.
ERWIN
Kakak nggak mau hubungi papanya.
ERIKA
Aku masih sanggup biayain pengobatannya kemanapun itu, aku nggak butuh dia.
ERWIN
Kita usahain sama-sama untuk kesembuhan dia.
Erika memejamkan matanya sambil mengangguk.