39. INT. RUANG TAMU. RUMAH GENTARI — PAGI
Gentari, Erika, Randi dan Putri baru saja memasuki rumah sepulang dari rumah sakit.
ERIKA
Randi, Putri, kalau kalian nggak sibuk atau nggak ada sesuatu yang penting untuk dilewatkan, kalian bisa beresin barang-barang kalian, dan ikut Mama besok.
PUTRI
Kemana Ma?
ERIKA
Kita bawak Gentari berobat ke Amerika.
Gentari terdiam.
ERIKA
Ayo Gentari ke kamar dulu, istirahat, biar Mama beresin baju-baju kamu.
Erika menarik tangan Gentari, tapi Gentari berhenti.
GENTARI
Aku nggak mau berobat lagi, Ma. Nggak mau.
ERIKA
Kamu harus berobat biar sembuh, apa maksud kamu bilang nggak mau?
GENTARI
Aku udah capek, aroma rumah sakit, obat, suntikan, impus, operasi, aku udah capek Ma, mau sampai kapan gitu terus.
ERIKA
Sampai kamu sembuh.
Erika kembali menarik tangan Gentari.
GENTARI
Aku nggak akan sembuh lagi, Mama. Aku udah sampai ditahap akhir.
ERIKA
Masih ada waktu!
Gentari melepaskan tangan Erika. Lalu ia menangis.
GENTARI
Kita udah pernah juga kesana, kan? Dan hasilnya apa? Aku nggak sembuh, aku cuma sembuh sesaat. Obat dan perawatan cuma untuk meredakan Ma, bukan menyembuhkan, aku udah nggak mau lagi.
ERIKA
Mama mau kamu sembuh, mama ini adalah ibu kamu, mama yang akan atur semuanya.
GENTARI
Tapi di sini aku yang sakit, Ma. Mama memang ibu aku, Mama memang pengen aku sembuh, tapi aku yang menderita jauh lebih pengen.
Mereka yang ada di sana hanya diam dan mendengarkan.
GENTARI
Semua orang memang boleh punya harapan dan berhak untuk selalu berharap, tapi menyerah juga salah satu pilihan.
ERIKA
Jadi mau kamu apa?
GENTARI
Biarin aku mendapatkan perawatan seadannya, nggak perlu terlalu keras berjuang Ma, aku cuma butuh perawatan yang bisa ngeredain, nggak papa kalau nggak sembuh.
ERIKA
Sayang .... Mama nggak mungkin bisa gitu.
Erika menangis sambil memegang tangan Gentari.
GENTARI
Aku kuat kok, Ma. Buktinya penyakit itu bisa bertahan selama ini dan belum bisa ngalahin aku.
Erika menghapus air mata Gentari.
GENTARI
Tapi kalau Mama mau ke Amerika buat jalan-jalan bukan berobat, aku mau kok bantuin beresin pakaian. Nggak perlu lagi ke luar negeri kesana-sini dan berharap sembuh, nyatanya itu cuma harapan.
Erika tersenyum samar.
ERIKA
Mama pasti memang selalu berharap, Sayang.
GENTARI
Aku selalu sakit hati ngingat ucapan kakak kelas aku dulu.
ERIKA
Bilang apa dia?
GENTARI
Sayang ya Gentari itu, Cantik tapi digerogoti penyakit.
PUTRI
Siapa sih kurang ajar banget gitu! (Emosi)
GENTARI
Terus ada juga yang bilang, enak sih jadi Gentari, sering keluar negeri, tapi bukan buat jalan-jalan, percuma.
ERIKA
Siapa yang udah ngomong gitu? Haa? Biar Mama labrak!
Erika berbicara sambil menghapus air mata.
ERIKA
Siapa? Hari ini juga Mama datengin.
GENTARI
Aku nggak denger langsung, Anggi yang denger. Terus dia kasih tau ke yang lain.
ERIKA
Siapa orangnya?
GENTARI
Mama inget kan waktu aku cerita kalau di sekolah sepi nggak ada Lia sama Gita.
ERIKA
Iya.
GENTARI
Gita sama Lia waktu itu di skors selama seminggu, gara-gara berantem sama kakak kelas yang ngomong itu.
ERIKA
Serius?
Gentari mengangguk.
ERIKA
Berarti mereka udah dapat pelajaran yaa?
GENTARI
Mereka itu bukan sekedar temen, Ma. Mereka lebih dari saudara, kalau aku sakit mereka juga ikut sakit, kalau ada kata-kata yang nyakitin aku padahal aku nggak denger mereka dulu yang ngehajar orang itu.
Gentari tersenyum. Erika langsung merangkul Gentari dan berjalan menuju kamar.
ERIKA
Kadang-kadang orang yang nggak ada hubungan darah sama kita itu yang serasa keluarga, kadang keluarga serasa orang asing. Mama seneng mereka kamu punya temen yang kayak gitu.
Randi dan Putri saling pandang mendengar ucapan mereka.
RANDI
Mama ini kayak nyindir aja (berbicara sambil berlalu pergi)
PUTRI
Kayaknya nggak sengaja deh.
Cut to
40. INT. KAMAR GENTARI — MALAM
Gentari sedang menonton film dari HandPhone sambil berbaring sendirian di kamar dengan pencahayaan dari lampu tidur, sehingga kamar itu bernuansa remang-remang.
Cut to
41. INT. KAMAR ERIKA — MALAM
Randi dan Putri berada di kamar Erika, dengan Erika yang bersandar di kepala ranjang dan kedua anaknya duduk di depannya.
ERIKA
Kata dokter kalau itu yang dia mau apa boleh buat, dari pada dia tertekan itu bakal memperburuk keadaan. Mama siap bawa kemana aja kalau dia mau berobat, tapi dia nggak mau. Mama cuma bakal ngeusahain semampunya aja.
PUTRI
Dia tetep bakal sekolah, Ma?
ERIKA
Liat dulu keadaannya, kalau sering kambuh-kambuhan dan parah banget lebih baik nggak.
RANDI
Hari ini gimana?
ERIKA
Batuk.
PUTRI
Kasian ya dia, Ma.
ERIKA
Maaf kalau selama ini Mama terlalu fokus ke dia, bukan kalian.
RANDI
Agak kesal sih, Ma.
ERIKA
Mama ngerti. Semenjak dia didiagnosis kanker, rasanya dia itu selalu kecil yang perlu pengawasan dan perhatian lebih, dan saat itu juga Mama sendirian, Mama harus kerja untuk memenuhi semua kebutuhan, karna Mama nggak bisa ngarepin siapa-siapa apalagi papa kalian.
Putri memegang tangan Erika.
ERIKA
Biayain pengobatannya juga nggak sedikit, Mama minta maaf karena terlalu banyak ngurusin ini dan itu.
Randi dan Putri diam saja.
ERIKA
Dan Mama mau minta tolong banget sama kalian, maaf kalau ini malah jadi beban bagi kalian. Mama minta tolong sama kalian untuk bantu Mama ngurusin Gentari, Mama nggak sekuat dulu saat diagnosisnya belum tahap ini. Sekarang, setiap ngeliat dia Mama pengen nangis dan nggak kuat.
Putri mengangguk, diikuti Randi setelahnya. Erika tersenyum puas.
ERIKA
Makasih.
Cut to
42. INT. KAMAR GENTARI — PAGI
Erika membuka jendela kamar Gentari, dan Gentari sedang duduk di ranjang sambil memeluk lututnya. Erika mengecek HP Gentari yang selalu terdengar notifikasi.
ERIKA
Banyak banget chat dari temen kamu. Kok nggak dibalas?
Gentari diam. Lalu Erika duduk di depannya sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Gentari.
ERIKA
Hemm? Kenapa?
GENTARI
Aku malu sama mereka.
ERIKA
Malu kenapa?
GENTARI
Ternyata penyakit aku nggak sembuh dan semakin parah, aku malu karna udah merasa sembuh, penyakit ini kayak ngeprank dengan sedikit kebahagiaan.
ERIKA
Mereka nggak akan ngetawain kamu, Gentari.
GENTARI
Ya aku nggak tau Ma harus gimana kalau nanti mereka nemuin aku, senyum hambar, senyum pura-pura bahagia, atau nggak usah senyum biar mereka liat kalau aku beneran sakit?
Erika hanya memperhatikannya saja.
GENTARI
Hampir dua bulan aku sekolah seperti biasa, main sama temen-temen, cuma bedanya obat harus rutin, eh sekarang aku udah distadium akhir.
Erika
Jangan malu ya Sayang, penyakit bukan aib. Lagian Mama sama kakak-kakak kamu juga kaget kok.
Gentari cemberut. Erika mengelus rambut Gentari.
GENTARI
Tapi Mama marah nggak sama mereka?
ERIKA
Nggak marah sih, cuma agak kesel aja mereka nggak bisa jagain kamu.
GENTARI
Jangan kesel sama siapa-siapa, Ma. Kesel aja sama penyakit ini. Bahkan sama Mama pun aku tetap sakit, walaupun aku dijaga ketat tetap aja kambuh lagi.
Erika mengangguk.
Cut to
43. INT. KELAS — PAGI
Anggi, Lia, dan Gita bercengkrama di kelas saat jam istirahat.
LIA
Nggak enak banget duduk sendirian.
ANGGI
Apa Gentari marah ya sama kita makanya sampe nggak mau balas chat.
LIA
Nggak bisa ditebak kalau ini.
GITA
Gimana ya rasanya kayak Gentari, stadium akhir, apa bayang-bayang kematian selalu menghantui dia? Mungkin aja kan bangun pagi dan sadar kalau dia masih ada hari ini ....
ANGGI
Dan setiap sakitnya kambuh mungkin dia selalu mikir kalau itu waktunya, pasti mamanya khawatir setiap saat.
Dering ponsel Lia berbunyi, Lia langsung memeriksanya.
LIA
Gentari nelpon!
GITA
Angkat cepet!
Lia langsung menerima panggilan itu.
ANGGI
Loadspeaker.
LIA
Hallo.
GENTARI
Hallo, maaf ya gue nggak ada balas chat atau telpon kalian.
GITA
Keadaan lo gimana ... Sekarang.
GENTARI
Seger, gue baru siap mandi, hehehe .... Hari ini ulangan matematika, kan? Gimana? Untung aja kemaren gue udah bayar cash.
Mereka bertiga tersenyum.
GITA
Kita pengen ketemu lo, bisa nggak? Hari ini mungkin.
GENTARI
Bisa, datang aja. Gue selalu di rumah kok, nggak bisa kemana-mana juga soalnya.
LIA
Yaudah nanti pulang sekolah kita langsung ke rumah lo yaa ....
GENTARI
Oke, gue tunggu.
Suara bel masuk berbunyi.
GENTARI
Gue matiin ya, soalnya kalian udah masuk. Bye.
Sambungan telephone langsung terputus.
ANGGI
Udah nggak sabar lagi ke rumah dia.
GITA
Kita bawak apa nanti ....
LIA
Nanti aja dipikirin.
GITA
Oke deh.
Cut to
44. INT. KAMAR GENTARI — SIANG
Putri masuk ke kamar Gentari, saat Gentari sedang menonton film di laptop.
PUTRI
Ayo makan siang, Tar.
GENTARI
Tunggu bentar. Duluan aja deh Kakak ....
PUTRI
Ini udah Kakak beliin di luar sesuai pesenan Mama, tinggal makan aja kita, sendok, sama minum aja udah Kakak bawa ni.
Putri menunjukkan sendok dan sebotol air putih yang ia pegang di tangan kirinya.
GENTARI
Oh yaudah deh, sekarang aja.
Putri langsung naik ke atas ranjang dan membuka bungkusan kotak nasi.
PUTRI
Kamu udah minum obat, kan?
GENTARI
Oh iya belum, aku minum dulu.
Gentari langsung mengambil kotak obat dan mengambil beberapa obat yang harus diminum. Setelah itu ia mengambil air putih dan meminumnya, lalu mulai meminum satu-persatu obat.
Setelah meminum semua pil, Gentari batuk sekali. Kemudian batuk itu berlanjut.
PUTRI
Gentari ....
Gentari terus batuk sambil menutup mulutnya.
PUTRI
Iih ke kamar mandi sana. Jangan di dekat makanan.
Saat Gentari hendak turun dari kasur, ia tidak dapat menahan batuknya hingga memuntahkan sedikit darah dan hampir mengenai kotak nasi Putri.
PUTRI
Iih jorok banget sih? Kan udah Kakak bilang tadi ke kamar mandi! Ish!
Putri melempar kotak nasinya ke lantai.
PUTRI
Nggak selera lagi Kakak makan! Mungkin bukan cuma hari ini doang, tapi juga selanjutnya. Uweekk!!
Putri hendak muntah.
PUTRI
Makan aja kamu sendiri, Kakak nggak selera.
Putri langsung saja pergi dengan kesal meninggalkan Gentari di sisa-sisa batuknya. Setelah itu Gentari terduduk lemas di lantai sambil bersandar ke dinding.
Gentari memperhatikan makanan yang sudah berserakan dan bibirnya bergetar lalu menangis sambil menutup wajahnya.
Cut to