Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Menjelang Gentari Tenggelam
Suka
Favorit
Bagikan
5. #5 Pasrah

39. INT. RUANG TAMU. RUMAH GENTARI — PAGI

Gentari, Erika, Randi dan Putri baru saja memasuki rumah sepulang dari rumah sakit.

ERIKA

Randi, Putri, kalau kalian nggak sibuk atau nggak ada sesuatu yang penting untuk dilewatkan, kalian bisa beresin barang-barang kalian, dan ikut Mama besok.

PUTRI

Kemana Ma?

ERIKA

Kita bawak Gentari berobat ke Amerika.

Gentari terdiam.

ERIKA

Ayo Gentari ke kamar dulu, istirahat, biar Mama beresin baju-baju kamu.

Erika menarik tangan Gentari, tapi Gentari berhenti.

GENTARI

Aku nggak mau berobat lagi, Ma. Nggak mau.

ERIKA

Kamu harus berobat biar sembuh, apa maksud kamu bilang nggak mau?

GENTARI

Aku udah capek, aroma rumah sakit, obat, suntikan, impus, operasi, aku udah capek Ma, mau sampai kapan gitu terus.

ERIKA

Sampai kamu sembuh.

Erika kembali menarik tangan Gentari.

GENTARI

Aku nggak akan sembuh lagi, Mama. Aku udah sampai ditahap akhir.

ERIKA

Masih ada waktu!

Gentari melepaskan tangan Erika. Lalu ia menangis.

GENTARI

Kita udah pernah juga kesana, kan? Dan hasilnya apa? Aku nggak sembuh, aku cuma sembuh sesaat. Obat dan perawatan cuma untuk meredakan Ma, bukan menyembuhkan, aku udah nggak mau lagi.

ERIKA

Mama mau kamu sembuh, mama ini adalah ibu kamu, mama yang akan atur semuanya.

GENTARI

Tapi di sini aku yang sakit, Ma. Mama memang ibu aku, Mama memang pengen aku sembuh, tapi aku yang menderita jauh lebih pengen.

Mereka yang ada di sana hanya diam dan mendengarkan.

GENTARI

Semua orang memang boleh punya harapan dan berhak untuk selalu berharap, tapi menyerah juga salah satu pilihan.

ERIKA

Jadi mau kamu apa?

GENTARI

Biarin aku mendapatkan perawatan seadannya, nggak perlu terlalu keras berjuang Ma, aku cuma butuh perawatan yang bisa ngeredain, nggak papa kalau nggak sembuh.

ERIKA

Sayang .... Mama nggak mungkin bisa gitu.

Erika menangis sambil memegang tangan Gentari.

GENTARI

Aku kuat kok, Ma. Buktinya penyakit itu bisa bertahan selama ini dan belum bisa ngalahin aku.

Erika menghapus air mata Gentari.

GENTARI

Tapi kalau Mama mau ke Amerika buat jalan-jalan bukan berobat, aku mau kok bantuin beresin pakaian. Nggak perlu lagi ke luar negeri kesana-sini dan berharap sembuh, nyatanya itu cuma harapan.

Erika tersenyum samar.

ERIKA

Mama pasti memang selalu berharap, Sayang.

GENTARI

Aku selalu sakit hati ngingat ucapan kakak kelas aku dulu.

ERIKA

Bilang apa dia?

GENTARI

Sayang ya Gentari itu, Cantik tapi digerogoti penyakit.

PUTRI

Siapa sih kurang ajar banget gitu! (Emosi)

GENTARI

Terus ada juga yang bilang, enak sih jadi Gentari, sering keluar negeri, tapi bukan buat jalan-jalan, percuma.

ERIKA

Siapa yang udah ngomong gitu? Haa? Biar Mama labrak!

Erika berbicara sambil menghapus air mata.

ERIKA

Siapa? Hari ini juga Mama datengin.

GENTARI

Aku nggak denger langsung, Anggi yang denger. Terus dia kasih tau ke yang lain.

ERIKA

Siapa orangnya?

GENTARI

Mama inget kan waktu aku cerita kalau di sekolah sepi nggak ada Lia sama Gita.

ERIKA

Iya.

GENTARI

Gita sama Lia waktu itu di skors selama seminggu, gara-gara berantem sama kakak kelas yang ngomong itu.

ERIKA

Serius?

Gentari mengangguk.

ERIKA

Berarti mereka udah dapat pelajaran yaa?

GENTARI

Mereka itu bukan sekedar temen, Ma. Mereka lebih dari saudara, kalau aku sakit mereka juga ikut sakit, kalau ada kata-kata yang nyakitin aku padahal aku nggak denger mereka dulu yang ngehajar orang itu.

Gentari tersenyum. Erika langsung merangkul Gentari dan berjalan menuju kamar.

ERIKA

Kadang-kadang orang yang nggak ada hubungan darah sama kita itu yang serasa keluarga, kadang keluarga serasa orang asing. Mama seneng mereka kamu punya temen yang kayak gitu.

Randi dan Putri saling pandang mendengar ucapan mereka.

RANDI

Mama ini kayak nyindir aja (berbicara sambil berlalu pergi)

PUTRI

Kayaknya nggak sengaja deh.


Cut to

40. INT. KAMAR GENTARI — MALAM

Gentari sedang menonton film dari HandPhone sambil berbaring sendirian di kamar dengan pencahayaan dari lampu tidur, sehingga kamar itu bernuansa remang-remang.


Cut to

41. INT. KAMAR ERIKA — MALAM

Randi dan Putri berada di kamar Erika, dengan Erika yang bersandar di kepala ranjang dan kedua anaknya duduk di depannya.

ERIKA

Kata dokter kalau itu yang dia mau apa boleh buat, dari pada dia tertekan itu bakal memperburuk keadaan. Mama siap bawa kemana aja kalau dia mau berobat, tapi dia nggak mau. Mama cuma bakal ngeusahain semampunya aja.

PUTRI

Dia tetep bakal sekolah, Ma?

ERIKA

Liat dulu keadaannya, kalau sering kambuh-kambuhan dan parah banget lebih baik nggak.

RANDI

Hari ini gimana?

ERIKA

Batuk.

PUTRI

Kasian ya dia, Ma.

ERIKA

Maaf kalau selama ini Mama terlalu fokus ke dia, bukan kalian.

RANDI

Agak kesal sih, Ma.

ERIKA

Mama ngerti. Semenjak dia didiagnosis kanker, rasanya dia itu selalu kecil yang perlu pengawasan dan perhatian lebih, dan saat itu juga Mama sendirian, Mama harus kerja untuk memenuhi semua kebutuhan, karna Mama nggak bisa ngarepin siapa-siapa apalagi papa kalian.

Putri memegang tangan Erika.

ERIKA

Biayain pengobatannya juga nggak sedikit, Mama minta maaf karena terlalu banyak ngurusin ini dan itu.

Randi dan Putri diam saja.

ERIKA

Dan Mama mau minta tolong banget sama kalian, maaf kalau ini malah jadi beban bagi kalian. Mama minta tolong sama kalian untuk bantu Mama ngurusin Gentari, Mama nggak sekuat dulu saat diagnosisnya belum tahap ini. Sekarang, setiap ngeliat dia Mama pengen nangis dan nggak kuat.

Putri mengangguk, diikuti Randi setelahnya. Erika tersenyum puas.

ERIKA

Makasih.


Cut to


42. INT. KAMAR GENTARI — PAGI

Erika membuka jendela kamar Gentari, dan Gentari sedang duduk di ranjang sambil memeluk lututnya. Erika mengecek HP Gentari yang selalu terdengar notifikasi.

ERIKA

Banyak banget chat dari temen kamu. Kok nggak dibalas?

Gentari diam. Lalu Erika duduk di depannya sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Gentari.

ERIKA

Hemm? Kenapa?

GENTARI

Aku malu sama mereka.

ERIKA

Malu kenapa?

GENTARI

Ternyata penyakit aku nggak sembuh dan semakin parah, aku malu karna udah merasa sembuh, penyakit ini kayak ngeprank dengan sedikit kebahagiaan.

ERIKA

Mereka nggak akan ngetawain kamu, Gentari.

GENTARI

Ya aku nggak tau Ma harus gimana kalau nanti mereka nemuin aku, senyum hambar, senyum pura-pura bahagia, atau nggak usah senyum biar mereka liat kalau aku beneran sakit?

Erika hanya memperhatikannya saja.

GENTARI

Hampir dua bulan aku sekolah seperti biasa, main sama temen-temen, cuma bedanya obat harus rutin, eh sekarang aku udah distadium akhir.

Erika

Jangan malu ya Sayang, penyakit bukan aib. Lagian Mama sama kakak-kakak kamu juga kaget kok.

Gentari cemberut. Erika mengelus rambut Gentari.

GENTARI

Tapi Mama marah nggak sama mereka?

ERIKA

Nggak marah sih, cuma agak kesel aja mereka nggak bisa jagain kamu.

GENTARI

Jangan kesel sama siapa-siapa, Ma. Kesel aja sama penyakit ini. Bahkan sama Mama pun aku tetap sakit, walaupun aku dijaga ketat tetap aja kambuh lagi.

Erika mengangguk.


Cut to


43. INT. KELAS — PAGI

Anggi, Lia, dan Gita bercengkrama di kelas saat jam istirahat.

LIA

Nggak enak banget duduk sendirian.

ANGGI

Apa Gentari marah ya sama kita makanya sampe nggak mau balas chat.

LIA

Nggak bisa ditebak kalau ini.

GITA

Gimana ya rasanya kayak Gentari, stadium akhir, apa bayang-bayang kematian selalu menghantui dia? Mungkin aja kan bangun pagi dan sadar kalau dia masih ada hari ini ....

ANGGI

Dan setiap sakitnya kambuh mungkin dia selalu mikir kalau itu waktunya, pasti mamanya khawatir setiap saat.

Dering ponsel Lia berbunyi, Lia langsung memeriksanya.

LIA

Gentari nelpon!

GITA

Angkat cepet!

Lia langsung menerima panggilan itu.

ANGGI

Loadspeaker.

LIA

Hallo.

GENTARI

Hallo, maaf ya gue nggak ada balas chat atau telpon kalian.

GITA

Keadaan lo gimana ... Sekarang.

GENTARI

Seger, gue baru siap mandi, hehehe .... Hari ini ulangan matematika, kan? Gimana? Untung aja kemaren gue udah bayar cash.

Mereka bertiga tersenyum.

GITA

Kita pengen ketemu lo, bisa nggak? Hari ini mungkin.

GENTARI

Bisa, datang aja. Gue selalu di rumah kok, nggak bisa kemana-mana juga soalnya.

LIA

Yaudah nanti pulang sekolah kita langsung ke rumah lo yaa ....

GENTARI

Oke, gue tunggu.

Suara bel masuk berbunyi.

GENTARI

Gue matiin ya, soalnya kalian udah masuk. Bye.

Sambungan telephone langsung terputus.

ANGGI

Udah nggak sabar lagi ke rumah dia.

GITA

Kita bawak apa nanti ....

LIA

Nanti aja dipikirin.

GITA

Oke deh.


Cut to


44. INT. KAMAR GENTARI — SIANG

Putri masuk ke kamar Gentari, saat Gentari sedang menonton film di laptop.

PUTRI

Ayo makan siang, Tar.

GENTARI

Tunggu bentar. Duluan aja deh Kakak ....

PUTRI

Ini udah Kakak beliin di luar sesuai pesenan Mama, tinggal makan aja kita, sendok, sama minum aja udah Kakak bawa ni.

Putri menunjukkan sendok dan sebotol air putih yang ia pegang di tangan kirinya.

GENTARI

Oh yaudah deh, sekarang aja.

Putri langsung naik ke atas ranjang dan membuka bungkusan kotak nasi.

PUTRI

Kamu udah minum obat, kan?

GENTARI

Oh iya belum, aku minum dulu.

Gentari langsung mengambil kotak obat dan mengambil beberapa obat yang harus diminum. Setelah itu ia mengambil air putih dan meminumnya, lalu mulai meminum satu-persatu obat.

Setelah meminum semua pil, Gentari batuk sekali. Kemudian batuk itu berlanjut.

PUTRI

Gentari ....

Gentari terus batuk sambil menutup mulutnya.

PUTRI

Iih ke kamar mandi sana. Jangan di dekat makanan.

Saat Gentari hendak turun dari kasur, ia tidak dapat menahan batuknya hingga memuntahkan sedikit darah dan hampir mengenai kotak nasi Putri.

PUTRI

Iih jorok banget sih? Kan udah Kakak bilang tadi ke kamar mandi! Ish!

Putri melempar kotak nasinya ke lantai.

PUTRI

Nggak selera lagi Kakak makan! Mungkin bukan cuma hari ini doang, tapi juga selanjutnya. Uweekk!!

Putri hendak muntah.

PUTRI

Makan aja kamu sendiri, Kakak nggak selera.

Putri langsung saja pergi dengan kesal meninggalkan Gentari di sisa-sisa batuknya. Setelah itu Gentari terduduk lemas di lantai sambil bersandar ke dinding.

Gentari memperhatikan makanan yang sudah berserakan dan bibirnya bergetar lalu menangis sambil menutup wajahnya.


Cut to



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar