Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Menjelang Gentari Tenggelam
Suka
Favorit
Bagikan
28. #28 Pergi
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

270. INT. KAMAR PUTRI — MALAM

Putri meletakkan lipstick-nya di atas meja. Lalu ia tersenyum memperhatikan wajahnya di cermin yang sudah cantik dengan hijab warna putih bercorak hitam, serta bajunya yang hitam polos.


Cut to

271. INT. RUANG TAMU. RUMAH GENTARI — MALAM

Putri menghampiri Gentari, Erika dan Randi yang berada di ruang tamu.

ERIKA

Kamu perginya sama siapa?

PUTRI

Tadi rencananya sama Risti, dia malah nggak jadi, jadi sih tapi terlambat. Dari pada nungguin dia, lebih baik aku berangkat sendiri.

GENTARI

Aku nggak boleh ikut apa?

PUTRI

Pulangnya bakal malam. Aku bawa mobil sendiri aja ya Ma.

ERIKA

Yakin?

PUTRI

Yakinlah, udah sering juga kok.

ERIKA

Atau ajak aja Randi.

PUTRI

Males ahk.

RANDI

Gue juga males. Tapi nanti kalau pulangnya kemaleman dan udah sepi lo bisa telpon gue buat jemput dan nemenin.

PUTRI

Pasti pulangnya barenglah biar nggak sendirian sama temen yang lain. Dah ya, aku pamit dulu.

Putri langsung mencium tangan Erika, dan Erika mencium kedua belah pipi Putri.

Lalu Putri beralih menyalimi Gentari.

GENTARI

Ikut acara lamaran orang mulu, acara Kakak sendiri kapan?

PUTRI

Sabar ya, bentar lagi rumah ini bakal rame oleh tamu undangan, hahahaha ....

Erika tersenyum. Putri juga memberikan tangannya pada Randi.

RANDI

Rajin banget lo, tumben.

PUTRI

Kan gini yang namanya pamitan. Aku berangkat dulu ya, bye. Assalamu'alaikum.

ERIKA DAN GENTARI

Wa'alaikumussalam

Setelah beberapa langkah, Putri membalikkan badannya lagi.

PUTRI

Jangan liatin aku terus hahahaha ....

RANDI

Ih kepedean.

Putri melanjutkan langkahnya dengan senyuman.


Cut to

272. INT. MOBIL — MALAM

Putri menghidupkan musik di dalam mobil.

Putri terlalu menikmati musik hingga tidak fokus pada jalanan, hingga terdengar suara pekikan seorang gadis disertai jatuhnya motor yang tertabrak olehnya.

Putri kaget, lalu berhenti. Dengan panik ia turun dari mobil.


Cut to

271. EXT. JALANAN — MALAM

Putri menghampiri gadis yang ia tabrak tengah menangis yang berada cukup jauh darinya.

PUTRI

Aduh maaf Kakak nggak sengaja. Di mananya yang luka dan sakit. Ayo kita ke rumah sakit.

Gadis itu terus menangis.

PUTRI

Ayo-ayo Kakak bantu.

GADIS BERKUNCIR KUDA

Kak, itu siapa yang masuk ke mobil Kakak?

Putri langsung melihat, seorang lelaki yang hendak masuk.

PUTRI

Heh siapa lo! Maling!

Putri langsung berlari untuk menghampiri mobilnya.

Ia berlari dengan kencang hingga sinar lampu mobil dan klakson di belakangnya mengagetkan Putri.

Putri ditabrak dengan keras oleh sebuah mobil truk dan terseret cukup jauh.


Cut to

272. INT. RUMAH SAKIT — MALAM

Gentari terduduk di lantai, bersandar di dinding sambil menutup telinga dan menangis. Alana memeluknya walau sambil menangis.

Erika terus berteriak histeris tanpa henti di dekat jenazah Putri yang sudah terbaring lemas. Erwin senantiasa menenangkannya.

Randi menangis dengan kuat sambil duduk.

ERIKA

Putri nggak boleh pergiii!!!!! Aaaaa!!! Putriiiii!!!!

Erika menggoyang tubuh Putri.

ERWIN

Kak, udah. Tenang Kak.

ERIKA

Putriiiii!!

Gentari memejamkan mata sambil menangis dan tetap menutup kupingnya.

Suasana di ruangan itu diisi dengan isak tangis seluruh keluarga terutama Erika yang terus menjerit.

Cut to

273. INT. RUMAH GENTARI — DINI HARI

Erika terus menangis sambil duduk di dekat jenazah Putri, sambil terus mengelus wajah dan tangannya.

Gentari memeluk Erika dengan terus termenung.

Teman-teman dan tetangga masih ada di sana. Ada yang hanya duduk saja dan sebagian lagi membaca surat Yaasiin. Termasuk para kerabat dan sanak saudaranya.

Randi membaca surat Yaasiin sambil menangis. Di sampingnya duduk Prasetyo yang juga terus membaca surat Yaasiin.


Cut to

274. EXT. PEMAKAMAN — PAGI

Sebagian orang yang hadir di pemakaman itu berangsur pergi saat acara pemakaman telah selesai. Menyisakan keluarga yang masih enggan pulang.

Beberapa saudara masih sibuk menaburi bunga dan air.

Erika masih menangis sambil mengusap-usap nama Putri di nisan itu.

Gentari sibuk memegangi bunga yang bertabur di atas tanah pemakaman.

ERWIN

Ayo Kak pulang.

ERIKA

Mana mungkin aku tega ninggalin dia sendiri di sini!!

ALANA

Erika, ini udah takdir dia.

ERIKA

Aku enak-enakan di rumah, dan dia!!! Mana mungkin bisa!

ERWIN

Kaaak, sadar Kak. Ingat kalau ini udah takdirnya dia, jalannya dia, janjinya dia.

Erika semakin menangis.

ALANA

Sadar Erika, ingat Allah, ingat Tuhan, ingat takdir.

ERIKA

Putri, dia udah di sini. Dia udah punya rumah baru.

Alana menggangguk.

RANDI

Ayo Ma pulang nanti kita datang kesini lagi. Mama harus sabar, kalau Mama gini gimana aku, gimana Gentari. Dia masih sakit Ma.

ERIKA

Putri.... Randi, Mama kehilangan dia.

RANDI

Ini udah takdirnya dia, Ma. Mama sendiri yang selalu bilang ke kita, kematian rahasia Tuhan, soal nggak siap, kehilangan pasti kita rasain.

Erika menangis sambil meraba tanah pusara.

RANDI

Pulang ya Ma?

Erika akhirnya menggangguk.

ERWIN

Ayo Gentari.

Gentari menggangguk sambil berdiri, lalu mendekati batu nisan Putri dan mengecup nama yang ada di sana.

ERIKA

Kakak udah nggak di rumah, Sayang.

Gentari meneteskan air mata sambil menciumnya lagi.


Cut to

275. INT. KAMAR PUTRI — SIANG

Erika memasuki kamar Putri, lalu memandang sekeliling, dan lama memandang foto Putri. Ia menangis lagi sambil menutup wajah.

Randi dan Gentari berdiri di depan pintu.

GENTARI

Aku nggak bisa liat Mama gini.

RANDI

Kakak juga nggak bisa.

Gentari menghapus air matanya. Lalu ia berjalan menghampiri Erika dan duduk di hadapannya.

Gentari memegang tangan Erika.

GENTARI

Kita belum sholat, Ma. Sholat dulu yuk.

ERIKA

Kita tinggal berdua, makmum Randi tinggal berdua.

Erika masih menangis. Gentari meletakkan kepalanya di paha Erika sambil menangis juga.

Randi datang dan memeluk Erika.

ERIKA

Kehidupan Mama nggak lengkap tanpa Putri. Mama nggak bisa kalau cuma ada kalian berdua.

RANDI

Dia selalu ada di sini, Ma.

ERIKA

Nyatanya nggak!!!

Mereka bertiga menangis.


Cut to

276. INT. KAMAR ERIKA — MALAM

Erika membereskan ranjang tidurnya.

Gentari masuk.

GENTARI

Mama mau aku temenin tidur?

Erika menggeleng.

GENTARI

Beneran Ma?

Erika mengangguk.

GENTARI

Yaudah deh aku tidur sendiri aja.

ERIKA

Udah minum obat, kan? Makan tadi, kan?

GENTARI

Iya, makan sendiri.

Setelah itu Gentari langsung keluar kamar.

Erika berbaring di kasurnya. Termenung beberapa saat hingga akhirnya ia menangis lagi.


Cut to

277. INT. KAMAR PUTRI — MALAM

Gentari duduk di tepi ranjang sambil melihat foto Putri.

GENTARI

Liat Mama Kak, dia udah nggak ceria, nggak bahagia lagi. Mama belum ada makan bareng aku sama Kak Randi.

Gentari bangkit dan berjalan ke lemari di samping ranjang Putri. Ada sebuah buku berukuran kecil yang baru ia lihat di sana.

Gentari langsung mengambilnya, dan membuka isinya.

List lagu dihari pernikahan.

Ada beberapa lagu yang tertulis di sana.

Lalu Gentari membuka halaman selanjutnya.

List hal-hal yang harus dipenuhi nanti saat bersama jodohku.

Ada banyak list di sana.

GENTARI

Aku harap buku list ini bakal berguna nantinya, bukan tergelatak karena udah nggak ada orangnya.

Gentari runtuh dan luluh, ia jatuh sambil memeluk buku itu sambil menangis.

Cut to


278. EXT. BALKON KAMAR ERIKA — PAGI

Erika termenung sambil berdiri di balkon kamar Putri.

Randi datang.

RANDI

Ma, ayo makan bareng.

ERIKA

Mama nggak selera, nanti aja.

RANDI

Mama mau makan sendirian?

ERIKA

Iya, Mama pasti makan kok, tenang aja.

RANDI

Kita pengen makan bareng Mama.

ERIKA

Duluan aja.

RANDI

Maa....

ERIKA

Dengerin Mama, Randi!

Randi menghela nafas pelan lalu pergi meninggalkannya.

Cut to


279. EXT. BALKON KAMAR PUTRI — PAGI

Gentari memasuki kamar Putri, Erika masih berdiri di depan pagar balkon sambil memandang ke depan.

GENTARI

Ma, Mama nggak mau mandi?

ERIKA

Nanti.

GENTARI

Mama berantakan banget, nggak biasanya Mama gini. Mandi ya, Ma. Aku pengen jalan-jalan.

ERIKA

Nggak usah kemana-mana, di rumah aja. Ini waktunya istirahat.

GENTARI

Kalau gitu Mama mandi ya, habis itu kita makan bareng.

ERIKA

Kamu masih belum makan? Belum minum obat? Udah jam berapa ini?

GENTARI

Aku mau bareng Mama.

ERIKA

Jangan kebiasaan manja, Gentari! Nanti kalau nggak ada Mama gimana?! (Membentak)

Gentari ingin menangis.

GENTARI

Maa....

ERIKA

Sana makan! Minum obat! Jangan manja, semua harus bareng Mama. Mama nggak selamanya ada buat kamu!

Gentari menangis lalu pergi meninggalkan Erika.


Cut to

280. INT. KAMAR PUTRI — MALAM

Erika duduk di tepi ranjang kamar Putri sambil melihat foto kecil Putri.

Gentari lewat di depan kamarnya dan memperhatikan Erika.

GENTARI

Mama....

Erika menghela nafas pelan.

ERIKA

Mama tau apa yang Mama rasain, apa yang Mama alamin. Tolong biarin dulu Mama. Mama nggak bisa pura-pura kuat demi kalian, dan demi kamu. Tolong ya....

GENTARI

Maaa....

ERIKA

Jangan ganggu Mama dulu ya .... Kamu udah dewasa, bisa mandiri, dan tolong ngertiin kesedihan Mama untuk saat ini.

Gentari hanya bisa cemberut.


Cut to

281. EXT. BALKON KAMAR RANDI — SIANG

Randi dan Gentari sedang makan di balkon kamar Randi.

GENTARI

Mama makan, kan Kak?

RANDI

Makan, tapi dia memang mau sendirian di kamar Putri. Tapi ya nggak sebanyak biasa.

GENTARI

Kita mau dekat aja Mama nyuruh pergi.

Randi menyelesaikan makannya, begitu juga Gentari. Lalu Randi memberikan obat yang akan Gentari makan.

Gentari memakan obat-obatnya.

GENTARI

Untung penyakit aku cukup bersahabat Kak, kalau nggak mungkin kambuh mulu.

RANDI

Dia bentar lagi kalah.

GENTARI

Aku kangen Kak Putri. Harusnya kita bisa liat dia setiap hari.

RANDI

Sama. Rumah ini hampa banget rasanya.

Gentari menghapus air matanya yang jatuh lagi



Cut to



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar