Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
131. INT. RUANG KLINIK PSIKOLOGI – SIANG
Tidak terasa sudah satu bulan penuh, Hana menjalani perawatan dokter dan pendampingan dari psikolog. Pada akhirnya Hana menuruti kemauan ibunya untuk terus melakukan sesi temu dengan psikolog. Disana Hana membuka dirinya untuk bercerita tentang segala hal yang dipendamnya selama ini. Dia bercerita tentang bagaimana rasa benci terhadap ayah kandungnya, teman-temannya di Jepang, dan dirinya sendiri terus menjalar pada ingatannya. Ia tahu bahwa kebenciannya adalah hal yang sia-sia dan ditumpuk begitu saja dibenaknya sampai sengaja dilupakannya mentah-mentah. Hingga tanpa sadar hal itu membuatnya tidak lagi merasakan apa itu rasa sedih dan luka yang menyakitkan. Segalanya hambar bagi dirinya. Hana bercerita dengan menutup matanya sembari berbaring di kursi sofa. Sedangkan psikolog duduk di sampingnya sambil sesekali menulis beberapa kata di bukunya. Hana membuka matanya kembali. Entah kenapa dia merasa sedikit lega karena psikolog tersebut mendengarkannya tanpa harus memberikan berbagai prasangka padanya.
HANA
(bingung)
PSIKOLOG
(tenang)
Pertanyaan itu membuat Hana berpikir cukup lama. Lantas ia menengok ke arah psikolog tadi dengan agak ragu.
HANA
(bersuara pelan)
PSIKOLOG
(tenang)
HANA
(berterusterang)
Psikolog itu berhenti menulis dan menutup bukunya. Lalu ia kembali melihat Hana lagi.
PSIKOLOG
(bersikap tenang sambil sesekali tersenyum)
Hana menganggukkan kepalanya.
HANA
(sambil menganggukkan kepala)
PSIKOLOG
(sambil tersenyum tipis)
HANA
(memiliki kemauan kuat)
PSIKOLOG
(tenang)
HANA
(yakin)
CUT TO:
132. EXT. RUANG TUNGGU DI KLINIK PSIKOLOGI – SIANG
HARU
(on phone)
133. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – SIANG
FLASHBACK
Haru selalu mengantarkan Hana untuk janji temu dengan psikolog. Semenjak kejadian di belakang sekolah itu, Hana menjadi lebih banyak diam. Seperti memikirkan sesuatu dalam waktu yang lama. Entah apa yang dipikirkannya. Kini giliran Haru yang selalu mengekor pada Hana dan mengajaknya mengobrol setiap pulang sekolah. Haru merasa jika adik tirinya sudah lupa bagaimana caranya tersenyum. Terkadang jika ditinggalkannya sebentar, Haru memergokinya sedang menangis sendirian. Maka dari itu Nobuko meminta Hana untuk menemui psikolog. Beliau menginginkan Hana yang ceria kembali lagi seperti sedia kala.
Pihak sekolah juga mengijinkan Hana beristirahat sampai pulih kembali. Satu bulan telah berlalu. Sedikit demi sedikit Hana mau untuk berbicara lagi dengan anggota keluarganya. Kesedihan yang ia rasakan juga kian berkurang. Luka lebam di tubuhnya juga sudah agak menghilang. Sesekali Hana dan Kusniyah menjenguknya. Eldo, Ridwan dan Iwan pun menjenguknya juga. Mereka banyak mengobrol ngalur-ngidul dengan Hana. Namun mereka hanya terdiam saat Hana menanyakan dimana Zeno. Semenjak kejadian itu, Zeno tidak lagi mengunjungi rumahnya.
DISSOLVE TO:
134. EXT. RUANG TUNGGU DI KLINIK PSIKOLOGI – SIANG
HARU
(on phone)
Haru bergegas menghampiri Hana sembari masih menempelkan ponsel di telinga kanannya. Hana keluar ruangan bersama dengan psikolog tadi. Haru menganggukkan kepala kepadanya sambil tersenyum.
HARU
(menganggukkan kepala)
Haru mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celana.
PSIKOLOG
(tersenyum)
HARU
(tersenyum)
Haru menggamit tangan Hana dan berjalan beriringan bersamanya. Haru berjalan sembari sesekali menengok ke arah adik tirinya sambil tersenyum. Ada perasaan cemas yang begitu mendalam pada diri Haru. Ia begitu mengkhawatirkan keadaan Hana.
HARU
(V.O.)
Aku hanya bisa berharap jalan yang dilalui Hana sekarang adalah jalan terbaik demi kesembuhan dirinya. Awalnya memang tidak mudah mengajak Hana ke psikolog, tetapi seiring berjalannya waktu Hana memiliki kemauan sendiri untuk berobat. Hal itu merupakan suatu kemajuan pada diri Hana. Aku tahu kalau Hana tidak akan menyerah untuk bangkit kembali menghadapi dunia. Sisi dari Hana itulah yang membuatku semakin menyayanginya dan tidak ingin jauh darinya lagi.
135. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – SIANG
Sesampainya di rumah, Hana agak terkejut dengan kehadiran Zeno di ruang tamu.
136. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – SIANG
FLASHBACK
Sudah satu bulan semenjak kejadian itu, Zeno tidak pernah menjenguk Hana. Setiap Hana menanyakan kabar Zeno kepada Haru, namun kakak tirinya itu malah mengalihkan pembicaraan. Seperti ada sesuatu yang ditutup-tutupi darinya. Bahkan Adiguna dan Nobuko melarangnya untuk menelepon maupun pergi ke rumah Zeno.
DISSOLVE TO:
137. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – SIANG
Kini pria itu berdiri dihadapannya. Hal itu membuat Hana begitu rindu padanya. Tanpa sadar Hana menghambur ke pelukan Zeno sembari menangis sesenggukkan. Haru tidak menyangka kalau keluarganya bisa menerima Zeno masuk ke dalam rumah ini. Dia pun ikut duduk setelah Hana mempersilakan Zeno untuk duduk di dekatnya.
ZENO
(pelan)
HANA
(senang)
Saat Hana selesai berbicara, gadis itu melihat wajah sendu Zeno. Tak lama kemudian cowok itu menangis sesenggukkan. Hana yang bingung hanya menepuk-nepuk pelan bahu Zeno. Haru pun sudah menebak arah pembicaraan mana yang akan dibahas oleh Zeno. Bahasan apa lagi kalau bukan tentang keterkaitan antara adiknya dengan kejadian pembulian itu. Haru ingin mencegah Zeno untuk berbicara, namun ia tidak kuasa menghentikan cowok yang sedang menangis di depan adik tirinya. Pastinya Zeno juga merasa memiliki beban berat di pundaknya. Haru pun mencoba membiarkan Zeno untuk berbicara dengan Hana.
ZENO
(sedih)
Hana mengusap air mata yang terus saja mengalir di pipi Zeno. Cowok itu juga melihat Hana yang ikut menangis dengannya. Zeno pun mengambil sapu tangan dan mengusap air mata Hana. Kemudian Zeno mengeluarkan amplop berwarna merah muda dan diberikannya amplop itu kepada Hana. Haru yang sedari tadi melihat keduanya, membuatnya begitu memanas. Keduanya terlihat tampak begitu dekat. Bahkan sekarang Zeno memberikan Hana sepucuk surat yang entah apa isinya.
HARU
(V.O.)
Mungkinkah itu surat cinta?
Haru semakin ketar-ketir. Membayangkannya saja ia tidak mampu. Dia beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur untuk menghindari perasaan aneh yang dialaminya. Sementara Hana membuka dan membaca surat dari dalam amplop tersebut.
INSERT:
Dear Hana,
Agak aneh rasanya menulis surat seperti ini. Aku lebih terbiasa mengetik keyboard komputer atau hape. Ini baru pertama kalinya aku menulis surat. Aku benar-benar merasa menyesal karena pernah mengkhianati persahabatan kita. Kenapa aku baru sadar sekarang kalau kamu terlalu baik untuk menjadi teman dekatku, Han. Aku yang tidak baik untuk menjadi temanmu. Aku selalu merasa iri dengan pesonamu yang dapat membuat orang-orang di sekitarmu bisa merasa nyaman didekatmu. Entah kenapa aku tidak merasakan pesonamu itu sebelumnya. Aku merasa iri hati, tidak aman dan rasa takut untuk tersaingi denganmu. Pikirku dulu kenapa aku bisa kalah dengan seorang gadis berambut nenek yang hanya memiliki citra siswa baru pindahan dari Jepang. Aku merasa semakin tidak terima saat melihatmu semakin dekat dengan Haru. Aku sudah menyadarinya sejak lama kalau sebenarnya tidak sekalipun kalian menganggap saudara satu sama lain. Hubunganmu dan Haru berbeda dengan hubunganku dengan kak Zeno. Apakah sekarang kamu sudah menyadarinya?
Walaupun kita tidak dapat bertemu lagi, aku harap kamu bisa memaafkanku. Aku benar-benar menyesali segalanya sampai aku tidak bisa tidur nyenyak. Rasa bersalah terus saja hinggap melalui naluriku. Sekali lagi aku mohon maaf padamu, Han. Jika nantinya kita berpapasan, aku ingin kita bisa saling menyapa walaupun hanya sebatas tersenyum di bibir saja. Maafkan aku juga karena tidak bisa menjengukmu, walau sebenarnya aku ingin. Terima kasih karena sudah mampir di hidupku sebagai teman yang baik. Aku akan memperbaiki sifatku yang keras ini. Demi kamu. Demi keluargaku. Dan juga demi diriku sendiri. Aku sayang padamu, Hana.
Mantan temanmu,
Zuna Beethoven Hermawan
HANA
(air matanya mengalir kembali)
HANA
(sembari mengusap air mata dengan sapu tangan milik Zeno)
Yang ditanya, hanya diam saja sambil menunduk. Seakan-akan tidak tahu harus menjawab apa. Hana memegang kedua pundak Zeno. Keduanya saling bertatapan. Hana menatapnya dengan mata tajam.
HANA
(serius)
Hana mencoba untuk tegar. Ditahannya air mata yang akan segera meleleh kembali. Zeno menengok ke kanan dan ke kiri. Sepi. Dia tampak berusaha menimbang-nimbang apakah harus mengatakan kebenaran pada Hana ataukah tidak. Namun setelah dipikir-pikir lagi, Hana harus mengetahui semuanya. Bagaimanapun juga Hana dan Zuna juga pernah berteman dekat sebelumnya.
ZENO
(canggung)
Air mata pun kian tumpah. Hana tidak mampu membendung perasaannya lagi. kini dia menangis di dalam pelukan Zuno. Zuno juga menangis sembari membalas pelukan gadis itu.
HANA
(menggeleng-gelengkan kepala)
ZENO
(sambil mengusap-usap rambut Hana dengan lembut)
Zeno berusaha untuk tidak menangis lagi. tetapi entah kenapa air mata terus saja mengalir. Kejadian itu disaksikan kembali oleh Haru. Dia tahu betapa sakitnya yang mereka rasakan. Tetapi disini Haru juga merasakan rasa sakit yang berbeda. Entah kenapa Haru merasa tidak suka melihat keduanya berpelukan. Walaupun ia tahu pelukan itu hanyalah sebatas arti pelukan dari seorang teman.
FADE OUT