FADE IN:
DISSOLVE TO:
102. EXT. DI PANTAI – PAGI
Hana sedang berdiri di pinggir pantai. Ia melihat air laut tampak berwarna biru dari kejauhan. Hana memutuskan untuk berjalan di pinggir pantai sambil menendang-nendang pasir di pantai itu. Entah kenapa rasanya begitu damai. Tiba-tiba terdapat kedua lengan dari seseorang memeluk Hana begitu saja. Ia merangkul Hana dari belakang.
SESEORANG
(berbisik)
Hana, aku sayang padamu.
Hana pun tersenyum lembut mendengarnya dan segera berbalik untuk melihat wajahnya. Tubuhnya tampak seperti seorang pria. Namun yang Hana melihat wajahnya tertutup dengan silaunya sinar matahari. Ia menyipitkan mata agar jelas melihat wajah pria itu. Hanya senyumannya saja yang terlihat. Saat Hana hendak menyentuh wajahnya, tiba-tiba tubuh Hana tersentak dan kedua matanya terbuka lebar-lebar.
CUT BACK TO:
103. INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HANA – PAGI
HANA
(kaget sambil duduk di pinggir kasur)
Hanya mimpi?
HANA
(berbicara sendiri)
Sepertinya aku terlalu memikirkan pertengkaranku dengan kak Haru semalam. Sampai aku bermimpi yang tidak-tidak. Siapa ya cowok yang ada di dalam mimpiku itu? Kenapa aku merasa nyaman bersamanya?
Hana melihat jam yang ada di atas meja. Sudah jam enam pagi. Ia segera beranjak untuk mandi. Seusai mandi, Hana membuka pintu kamar. Hana melihat pintu kamar Haru masih tertutup rapat.
HANA
(berbicara pelan)
Mungkin kak Haru masih tidur. Biasanya hari minggu dia bangun agak siang. Oh ya, mama pasti sudah berada di dapur.
104. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG DAPUR – PAGI
Hana pun menuruni tangga menuju dapur. Nobuko sedang memasak di dapur.
HANA
(tersenyum manja)
Memasak apa nih, ma?
Hana mencium aroma sedap yang berasal dari wajan. Nobuko hanya tersenyum saat Hana memeluk dari belakang. Beliau sedang menggoreng ikan.
NOBUKO
(senang)
Baunya sedap kan? Ini namanya ikan mujaer. Tadi bibi Her memberikannya pada mama.
Hana membantu Nobuko menyiapkan nasi dan lauk-pauk di atas meja. Tidak lupa Nobuko menyiapkan makanan untuk Haru. Nobuko meminta Hana untuk membawakannya ke atas. Hana hendak membawanya ke atas, namun akhirnya ia urungkan. Dia melihat Nobuko yang masih mencuci wajan dan piring kotor lainnya di wastafel. Hana meletakkan nampan berisi makanan Haru di atas meja.
HANA
(mengambil piring yang sudah dibersihkan dengan sabun oleh Nobuko)
Aku bantu mama cuci piring dulu ya.
NOBUKO
(heran)
Biasanya kamu paling bersemangat kalau soal kak Haru. Kenapa sekarang ogah-ogahan mengantar makanan padanya?
HANA
(tersenyum kecut)
Mmm.. nanti saja. Setelah aku mencuci piring. Lagipula kak Haru sudah besar, ngapain pakai diantar makanan segala.
NOBUKO
(menebak)
Hmmm, sepertinya kalian masih bertengkar ya?
Tebakan Nobuko membuat Hana berhenti membilas piring. Hana ingin menceritakan pada Nobuko tentang kejadian kemarin. Tetapi terlalu memalukan untuk menceritakannya.
HANA
(V.O.)
Bagaimana aku bisa cerita kalau kak Haru tiba-tiba saja memelukku dan menyuruhku untuk menjauhi Zeno? Yang ada nanti papa akan memarahinya lagi. Aku tidak ingin dianggap sebagai pengadu lagi.
NOBUKO
(tersenyum)
Kalau itu yang terjadi, itu sesuatu yang lumrah kok. Saudara selalu bertengkar dan saling menyayangi. Itu wajar kok, Hana.
HARU
(canggung)
Mama ...
Hana agak terkejut saat mendengar suara Haru dibelakangnya. Hana dan Nobuko berbalik ke belakang.
HANA
(kaget)
Apa tidak salah? Kak Haru memanggil mama dengan sebutan’mama’. Ini baru pertama kalinya.
HARU
(canggung)
Aku ingin berbicara dengan mama berdua saja.
Haru terus melihat ke arah Hana, seakan-akan ingin menyuruhnya pergi dengan kilatan matanya. Hana yang menyadari untuk mengerti keadaan ini, segera pergi meninggalkan mereka berdua. Tetapi ia tidak sepenuhnya pergi dari sana. Sebenarnya Hana bersembunyi dan mengintip mereka di sela-sela tirai yang menghubungkan antara ruang dapur dengan ruang tamu. Dia tidak ingin jika nanti Haru tiba-tiba bersikap kasar pada Nobuko.
HANA
(berbisik)
Aku harus menjaga mama dari sini.
Hana melihat kedua mata Nobuko tampak berkaca-kaca. Sepertinya beliau mencoba untuk menahan air matanya agar tidak menetes. Nobuko merasa terharu karena tiba-tiba saja Haru memanggilnya seperti itu. Nobuko dan Haru duduk di meja makan dengan saling berhadapan. Keduanya saling memandang. Namun tidak berbicara apapun.
HANA
(berbicara pelan)
Oh, come on! Masa tidak ada yang akan memulai pembicaraan ini? Kaki ku sudah agak kesemutan nih!
HARU
(tergagap)
Ma ... maafkan aku, ma.
Nobuko melihat Haru dengan tenang.
HANA
(menggumam)
Sepertinya mama membiarkan kak Haru untuk berbicara sampai selesai. Mama selalu begitu kepadaku juga. Mama selalu siap mendengarkan keluh kesahku. Mendengarkan anaknya berpendapat dan berbicara adalah salah satu bentuk kepeduliannya.
HARU
(bercerita dengan sedih)
Maafkan aku saat di kamar bayi kemarin. Aku tidak bermaksud menyumpahinya. Jujur memang aku tidak senang dengan kehadiran bayi itu. Aku membenci ayah yang membawa kalian kemari. Aku juga membencimu yang ingin menggeser kedudukan ibu. Aku juga benci pada Hana yang selalu berusaha akrab denganku. Tapi sekarang aku menyadari kalau kebencianku itu malah menyakitiku dan menyakiti orang lain. Sejak meninggalnya ibu membuatku merasa bersalah, kenapa aku tidak menolongnya saat dia akan tertabrak truk. Kenapa aku hanya meneriakinya untuk segera pergi dari sana. Ibu hanya berjalan melihatku sambil tersenyum dan melambaikan tangannya. Semuanya terjadi dalam sekejap begitu saja. Hatiku merasa sakit dan kulimpahkan rasa sakit itu pada papa juga. Kebencianku yang lebih besar pada papa juga ternyata membuatnya lebih menderita. Kusadari kalau ternyata aku yang menjauh dari orang-orang yang peduli padaku. Rasanya aku malu sekali. Aku ingin mengakhiri hidupku saja agar semua bahagia.
Keluh kesah Haru membuat Hana tanpa sadar meneteskan air mata. Hana tidak pernah berpikir bahwa rasa sakit yang dirasakan oleh Haru sedalam itu. Hana pun berjongkok sebentar untuk menahan tangis yang tak berujung. Terdengar suara kursi yang bergeser dan suara langkah kaki. Hana mencoba untuk tenang dan mengintipnya lagi. Rupanya Nobuko sedang memeluk Haru sambil terisak. Haru juga menangis. Namun Haru hanya menangis sambil tertunduk. Tidak membalas pelukan Nobuko ataupun tidak juga menepis pelukan darinya. Kemudian Nobuko mengelus-elus rambut Haru dengan lembut. Beliau duduk di sampingnya. Haru mengusap air matanya yang sedari tadi keluar. Nobuko membantunya mengusap wajahnya yang banjir air mata dengan tisu. Setelah dirasa tenang, Nobuko menuangkan air putih untuknya. Haru menerima pemberiannya. Saat Haru meminum air putih darinya, Hana melihat Nobuko juga mengelap air matanya dengan tisu. Suasana tampak hening. Nobuko menepuk-nepuk pundak Haru yang saat ini sudah cukup tenang.
NOBUKO
(berbicara dengan lembut)
Kalian berdua itu mirip sekali.
Haru menatap Nobuko dengan bingung. Hana pun langsung menyadari siapa yang Nobuko maksud.
NOBUKO
(sedih)
Iya, kamu dan Hana. Kalian memiliki rasa sakit yang sama dan tidak ingin berharap ada orang lain yang menyembuhkannya. Makanya kalian berdua menutupinya dengan terus melangkah, walaupun diri kalian sudah tersayat-sayat. Kamu dan Hana ingin menunjukkan betapa masih kuatnya kalian dalam menjalani hidup. Dan itu yang membuat mama semakin kagum pada kalian berdua. Mungkin mama belum pernah menceritakan alasan kenapa mama menerima lamaran papamu. Awalnya mama bahagia hidup bersama dengan Hana dan mantan suami mama. Mantan suami mama itu orang yang baik dan penyabar. Dia juga menyayangi keluarganya. Sampai saat Hana berusia 12 tahun, perusahaan game milik mantan suami mama mengalami kebangkrutan. Mama harus bekerja lagi untuk menghidupi keluarga dan menitipkan Hana untuk diurus oleh mantan suami mama. Mama tidak tahu kalau kebangkrutan itu malah membuat dia semakin depresi dan terus mabuk-mabukkan di rumah. Mama kira itu tidak akan berpengaruh pada Hana. Tapi ternyata mantan suami mama selalu bersikap aneh dan berperilaku kasar pada Hana. Mama yang membela Hana juga dipukulinya. Hana juga tidak pernah lagi bercerita seperti dulu. Apa yang mama dengar selalu dari wali kelasnya kalau Hana menjadi sangat pendiam, tubuhnya babak belur, dan seragamnya selalu lusuh. Berbau alkohol juga. Setiap ditanya oleh gurunya siapa yang sudah melakukannya. Hana malah diam saja. Mama tidak tahan atas perilaku mantan suami mama padanya. Belum lagi mama mendapat laporan bahwa selama ini Hana dibuli di sekolah. Sepengetahuan mama, banyak temannya yang tidak menerima kehadirannya yang memiliki kelainan di rambutnya. Tetapi mama tidak menyangka kalau Hana semakin dibuli karena penampilannya yang seperti itu dan keterdiamannya. Hana hanya diam dan tidak membela dirinya sendiri.
Tangan Hana gemetar kala Nobuko menceritakan kisah itu kepada Haru.
HANA
(V.O.)
Terkadang bayangan masa kelam itu masih menyertaiku. Bagaimana tindakan ‘orang itu’ padaku. Bagaimana juga sikap orang-orang di kelas kepadaku. Rasanya seakan-akan aku dilihat seperti sampah yang tidak berguna.
Hana menarik nafas perlahan dan mencoba untuk tenang.
NOBUKO
(sambil mengusap air mata yang terus saja mengalir)
Sampai pada akhirnya papamu datang untuk mengunjungi kami. Papamu adalah teman kuliah mantan suamiku. Sebelumnya papamu sudah pernah datang berkunjung ke rumah kami, namun hari itu adalah pertama kalinya ia melihat mantan suami mama mabuk-mabukan dan tidak mempedulikannya. Mama malu sekali rasanya saat mama dipukuli di depan mata papamu. Tentu saja papa kamu langsung melaporkan kejadian itu kepada polisi. Mama membiarkannya dibawa ke kantor polisi. Mungkin itu yang terbaik.
HARU
(marah)
Aku tidak pernah tahu kalau mama dan Hana mengalami itu semua. Ayah Hana jahat sekali! Kalau aku tahu, habis dia ditanganku!
Haru membuat Nobuko tertawa kecil. Begitu pula dengan Hana.
HANA
(bergumam)
Di saat-saat begini kak Haru masih saja bersikap jagoan.
HARU
(penasaran)
Akhirnya papa dan mama saling menyelamatkan diri. Apa mungkin ini berhubungan dengan apa yang dimaksud papa kemarin?
NOBUKO
(bingung)
Saling menyelamatkan diri?
Haru menganggukkan kepala.
NOBUKO
(sambil tersenyum lembut)
Hmm ... bisa dibilang begitu. Papamu melamar mama untuk mengakhiri penderitaan mama dan Hana. Selepas perceraian, kami pun menikah disana. Papa mu juga sebelumnya bercerita bahwa dia mempunyai seorang anak laki-laki. Tetapi mungkin akan sulit menerima kehadiran kami. Papa mu berharap agar mama bisa menerimamu di kehidupan mama. Papa mu ingin kamu merasakan kembali kasih sayang seorang ibu. Dia merasa sangat khawatir dengan keadaanmu setelah ibumu meninggal. Kepribadianmu yang berubah membuatnya begitu terpukul. Dia menyadari betapa kerasnya dia dalam mendidikmu. Selalu mengatur kehidupanmu. Papa mu memang ingin Haru yang dulu kembali lagi. tetapi sekarang dia ingin menerimamu apa adanya. Yang terpenting baginya adalah kebahagiaanmu, Haru.
HARU
(serius)
Lalu apa mama juga menyayangiku?
Hana menelan ludah sesaat setelah mendengar pertanyaan Haru. Sedangkan Nobuko melihatnya dengan wajah teduh. Hana bisa melihat bahwa Nobuko selalu dan masih menyayangi anak tirinya. Tidak ada kebencian dari matanya. Walaupun Haru tidak pernah menghiraukannya. Beliau tetap berusaha untuk diterima di kehidupannya. Hana melihat Nobuko merengkuh Haru ke dalam pelukannya sembari menepuk-nepuk pundaknya.
NOBUKO
(tersenyum lembut)
Mama selalu anggap kamu anak kandung mama sendiri sekaligus kakaknya Hana. Mama merasa beruntung memilikimu. Mama sayang kamu, nak.
Nobuko mencium kening Haru dengan lembut. Lalu Haru membalas pelukannya. Hana tidak tahan melihat keharuan itu.
105. INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HANA – PAGI
Hana memundurkan langkah secara perlahan dan segera menghambur ke lantai atas hingga memasuki kamar. Hana menghabiskan waktu untuk menangis sepuasnya.
HANA
(V.O.)
Mungkin saja kak Haru tidak pernah kembali seperti dulu yang dikenal oleh banyak orang. Tetapi aku yakin kak Haru yang sekarang tidak akan lagi menyakiti dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Oh, aku sangat bersyukur karena itu. Seperti apa yang diinginkan papa dan mama, aku juga hanya ingin kak Haru bahagia atas hidupnya. Kebahagiaan kak Haru adalah kebahagiaanku juga.
FADE OUT