Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
16. Ingin Berbicara Denganmu

FADE IN:

106. INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HARU – PAGI

Tirai dari jendela kamar bergerak kesana kemari mengikuti arah semilir angin. Seorang pemuda bernama Haru itu menutup matanya sambil meresapi udara Pagi subuh. Ia telah bersiap mengenakan seragam sekolah. Saat mendengar suara pintu kamar lain yang terbuka, ia segera merapikan rambutnya dan mengambil tas ransel di atas kasur. Sesaat sebelum ia membuka pintu, Haru memalingkan wajahnya ke arah kasur yang masih berantakan.

 

HARU

(tergesa-gesa)

Uch, sial! Lupa lagi!

 

Haru segera mengambil penebah untuk membersihkan kasurnya. Setelah kasurnya rapi, Haru membuka pintu dan menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Nobuko mencegatnya di lantai bawah dengan membawa nampan berisi roti bakar dan segelas susu. Haru pun meminum susu tersebut. Matanya terus mengarah pada Hana yang sudah berjalan di depan rumah. Setelah itu dia mencium tangan Nobuko dan Adiguna.

107. EXT. DI DEPAN RUMAH ADIGUNA – PAGI

Haru pergi dengan tergesa-gesa. Sesampainya di depan halaman rumah, ia celingukan kesana kemari. Karena tidak menemukan sosok Hana, ia mengeluarkan motor ninjanya dari halaman rumah. Sesaat setelah menyalakan mesin motornya, ia melihat Hana yang berjalan dengan Zeno dan Zuna di pinggir jalan. Ia pun tersenyum. Dikendarainya motornya hingga menghadang keberadaan mereka bertiga. Haru membuka helmnya dan memberikan helm lain kepada Hana. Gadis itu mengernyitkan dahi tidak mengerti.

 

HARU

(mengajak)

Ayo berangkat denganku.

 

Hana tidak langsung menerima helm tersebut. Sesaat ia melihat ke arah Zeno. Lalu Hana mendorong helm itu kembali pada Haru.

 

HANA

(menggelengkan kepala)

Maaf, kak. Aku sudah janji berangkat sekolah bersama dengan Zeno dan Zuna.

 

Hana berjalan melewati Haru bersama dengan Zeno. Mendengar perkataan Hana membuat wajah Haru menjadi murung. Zuna mengurungkan niat untuk pergi bersama dengan Hana dan Zeno. Ia mengambil helm dari tangan Haru. Haru itu pun terkejut.

 

ZUNA

(tersenyum manja)

Berangkat sama aku ajah ya! Aku sudah capek naik angkutan umum terus nih!

 

Saat Zuna hendak memakai helm, Haru langsung merebutnya kembali.

 

ZUNA

(kaget)

Eh, apaan sih?!

HARU

(ketus)

Jangan dekati aku lagi. Kamu bukan teman yang baik, Zun.

ZUNA

(bingung)

Maksudmu apa sih?

HARU

(ketus)

Aku sudah tahu dari mama kalau cokelat valentine waktu itu buatan Hana. Bukan buatanmu!

 

Zuna menelan ludah dengan gugup. Ia tidak menyangka akan ketahuan secepat itu. Dia merentangkan tangannya di depan motor Haru yang hendak pergi. Haru mencoba mengusirnya. Tetapi Zuna tetap kukuh pada pendiriannya.

 

ZUNA

(mengancam)

Nggak! Aku nggak mau pergi! Aku akan melakukan apapun untuk bisa dekat lagi denganmu, Haru! Kamu mau lihat aku merokok lagi dengan teman-teman berandalanmu, hah?! Kamu nggak merasa bersalah padaku?!!

HARU

(marah)

Terserah! Minggir nggak lu?! Sakit lu!

 

Zuna tetap tidak bergeming. Haru menstater mesin motornya sampai asap motornya membuat Zuna terbatuk-batuk. Haru membelokkan motornya dan berbalik pergi. Zuna berteriak saat melihat kepergian Haru. Ia mencak-mencak di pinggir jalan.

 

ZUNA

(mengamuk)

HARUUU!!! KAMU HARUS MEMBAYAR ATAS SEMUA PENGORBANANKU! BAGAIMANAPUN CARANYA, KAMU HARUS JADI MILIKKU! HARUS!

 

CUT TO:

 

108. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI

HANA

(V.O.)

Aku tahu bahwa hari ini saatnya kak Haru mencoba keluar dari cangkangnya. Saat bel masuk belum berbunyi, ia duduk di sebelahku. Kursi sebelumnya memang sudah kosong semenjak Zuna pindah di bangku kak Haru. Tetapi sekarang kak Haru malah duduk disebelahku. Aku begitu gugup dibuatnya. Zeno yang duduk di bangku paling depan memberikan pesan dari ekspresi wajahnya. Dia melihat Haru yang terus saja memandangku dengan kepala yang ditopang dengan satu tangan. ‘Ada apa dengan Haru? Kok bisa pindah disana?’ seolah-olah pertanyaan itu terlihat dari wajah Zeno.

 

Hana menggelengkan kepala sembari mengernyitkan dahi. Gadis itu tidak mengerti kenapa Haru memilih untuk duduk didekatnya. Ternyata berbagai pertanyaan juga terlontar dari benak teman-teman di kelas. Ujang, salah satu teman sekelas, memberanikan diri untuk bertanya padanya. Semuanya memandang keduanya dengan gugup.

 

UJANG

(penasaran)

Haru, kok kamu duduk disini?

 

Haru melihatnya dengan segores senyuman yang tercetak dibibirnya. Sebelumnya ia tidak pernah tersenyum seperti itu pada Hana maupun semua orang. Tetapi kini dia tampak begitu ramah.

 

HARU

(tersenyum)

Kenapa memangnya? Tidak boleh? Eh, Jang, pinjemin kaset pe-es yang itu dong!

 

Haru berdiri dan merangkul Ujang dengan santainya. Bisa dilihat jika Ujang hanya bisa berbicara menanggapinya dengan kikuk. Teman-teman lainnya begitu penasaran dengan Haru. Beberapa diantara mereka juga mendekatinya.

 

HANA

(V.O.)

Aku bisa melihat kak Haru yang berbeda dari apa yang aku lihat sebelumnya. Apakah itu kepribadiannya yang sebenarnya?

 

Kemudian Haru berdiri di depan kelas dan menepuk-nepuk tangannya ke atas. Teman-teman sekelas mulai memperhatikannya. Haru menarik nafas sesaat. Hana pun ikut penasaran apa yang akan dikatakan olehnya.

 

HARU

(merasa bersalah)

Teman-teman, maafkan aku karena selama ini sudah mengacuhkan kalian semua. Aku berharap bisa dekat dengan kalian lagi seperti dulu, baik teman-teman SD dan SMP ku dulu maupun teman-teman yang baru ku kenal di SMA ini. Jadi.. jangan kapok ya berteman denganku!

 

Penjelasan Haru diakhiri dengan tepukan dari teman-teman sekelas. Ujang dan teman-teman cowok lainnya langsung merangkul Haru.

 

TEMAN-TEMAN SEKELAS

(bersemangat)

Welcome back, Haru Einstein!!!

 

Hana pun tersenyum melihat pemandangan yang bahagia ini. Reta dan Kusniyah berbalik melihat Hana dengan mata berbinar-binar.

 

RETA

(senang)

Pasti ini berkat Hana! Makasih ya, Han, sudah mengembalikan Haru kami!

KUSNIYAH

(terkikik)

Iya dong! Berkat adik Haru yang selalu ngintilin kakaknya kemana-mana!

 

Wajah Hana memerah seketika.

 

HANA

(tersenyum)

Ah, nggak! Bukan! Itu semua karena kak Haru yang sudah menemukan kebahagiaannya yang sesungguhnya. Kak Haru sudah menyadari betapa berharganya memiliki kalian sebagai temannya.

 

Reta dan Kusniyah melihatku dengan tatapan haru.

 

RETA

(terharu)

Duh, Hana. Kamu membuatku ingin menangis sekarang.

 

Hana menepuk-nepuk pundak Reta. Lalu mata Hana beralih pada Zeno yang masih berdiri di depan mejanya. Ia tidak ikut memeluk ataupun berbicara dengan Haru. Tetapi dia hanya diam terpaku disana. Hana mengira sebagai teman yang paling dekat dengan Haru, Zeno akan menyambutnya dengan tangan terbuka. Hana jadi penasaran apa yang dipikirkan oleh Zeno sekarang. Kemudian Hana melihat Zuna masuk ke dalam kelas. Ia tampak bingung dengan kedekatan Haru dan teman-temannya. Tak lama Hana melihat senyuman di bibir Zuna.

 

HANA

(V.O.)

Aku tahu kalau Zuna pasti ikut senang melihat Haru yang sekarang. Aku ingat sekali betapa sedihnya Zuna saat menceritakan kehidupan yang dialami oleh kak Haru setelah kematian ibunya. Zeno dan Zuna menjadi saksi mata atas kelamnya hidup kak Haru.

 

Hana melihat Zuna tidak mendatangi Haru seperti biasanya. Zuna langsung duduk di bangkunya. Ia menoleh ke arah Hana. Spontan Hana tersenyum sembari melambaikan tangan padanya. Namun ternyata mimik wajah Zuna berubah ketus lagi. Wajahnya berpaling ke depan tidak mempedulikan Hana.

 

HANA

(V.O.)

Sepertinya Zuna masih memendam amarah kepadaku. Padahal sudah beberapa kali aku meminta maaf padanya. Tetapi ternyata ia membenciku lebih dari yang aku kira. Seperti saran Zeno, mungkin aku akan membiarkannya seperti ini saja sampai hari itu tiba.

 

CUT TO:

 

109. INT. LORONG SEKOLAH – PAGI

HANA

(V.O.)

Sepanjang jam istirahat, kak Haru mengekoriku kemana-mana. Ternyata begini toh rasanya dibuntuti oleh saudara sendiri. Rasanya tidak nyaman sendiri. Apa kak Haru sengaja ya mengekoriku untuk menyadarkanku betapa tidak enaknya diikuti seperti itu. Sementara Reta dan Kusniyah merasa nyaman-nyaman saja diikuti seperti itu. Bahkan mereka membicarakan berbagai hal dengan Haru sampai tergelak seperti itu.

 

110. INT. KANTIN – PAGI

Sesampainya di kantin, Reta dan Kusniyah meninggalkan mereka berdua duduk di kursi panjang. Haru yang semula duduk di depan Hana, kini berpindah di sebelah adik tirinya itu.

 

HANA

(kesal)

Duh, kak Haru duduk disana ajah.

 

Hana mendorong tubuh Haru untuk menjauh. Haru tetap tidak bergeming. Dia menatap Hana seperti di kelas tadi. Jantung Hana dag-dig-dug tidak karuan.

 

HARU

(tersenyum iseng)

Kenapa? Kalau dibuntuti terus merasa risih kan?

HANA

(semakin kesal)

Ap.. kakak!!! Aku tahu sekarang! Kak Haru sengaja kan?!

 

Haru malah tertawa melihat Hana yang kesal padanya. Tiba-tiba saja seseorang duduk di depan mereka. Rupanya Zeno yang duduk disana.

 

HANA

(kaget)

Eh, Zeno!

 

Zeno membawa semangkok bakso dan segelas es teh.

 

ZENO

(canggung)

Boleh makan disini kan?

HARU

(ngedumel)

Sudah duduk, baru nanya, cih.

 

Hana mencubit lengan Haru dengan gemas. Haru mengaduh kesakitan.

 

HANA

(tersenyum)

Boleh, Zen!

 

Hana menoleh ke arah Haru yang sedang menatap Zeno dengan mata elangnya. Hana tidak suka melihatnya begitu. Dengan segera Hana mengusap wajah Haru yang menyeramkan itu. Haru menepis tangan Hana dengan kesal.

 

HARU

(kesal)

Kenapa sih?!

HANA

(protes)

Kak Haru sih lihat Zeno seperti itu!

HARU

(kesal)

Kamu itu yaa..

ZENO

(mengeluarkan sesuatu dari sakunya)

Oh ya Han. Kemarin aku mampir di pasar terus nemu gantungan kunci yang ada patung mini Sakura-nya. Lucu deh!

 

Hana terkejut melihat patung Sakura versi mini di tangannya. Zeno menyerahkannya pada Hana. Hana pun menyentuhnya dengan gemas.

 

HANA

(V.O.)

Kami memang sama-sama penggemar serial Naruto. Zeno ternyata masih ingat kalau aku sangat menyukai karakter Sakura.

ZENO

(tersenyum)

Itu buat kamu, Han.

HANA

(senang)

Hah, beneran?!! Makasih banget, Zeno! Kamu memang yang terbaik!

 

Zeno menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

 

HARU

(nyeletuk)

Halah, gantungan kunci murahan ajah!

 

Perkataan kak Haru membuat Hana ingin memarahinya lagi. Hana benar-benar kesal dengannya. Saat Hana ingin membalas perkataannya, Zeno memanggilnya lagi.

 

ZENO

(menunjuk gelang rajut berwarna pink-putih yang Hana pakai)

Gelang yang kamu pakai itu kan gelang yang kita beli bareng di mal ya, Han?

 

Saat Hana hendak menjawab, Haru menunjukkan gelang yang dipakainya.

 

HARU

(pamer)

Oh iya, gelang ini juga dibelikan Hana loh! Serasi kan?!

HANA

(V.O.)

Padahal Zeno tanya baik-baik, kenapa kak Haru berbicara dengan ketus padanya?

 

Aku berusaha mendorong kak Haru untuk pergi dari sini.

 

HANA

(kesal)

Sudah deh, kak. Pergi deh! Aku kapok mengekor pada kakak lagi!

 

Haru malah tergelak. Tetapi dia tidak kunjung pergi. Tanpa disangka Zeno menampik tangan Haru yang hendak menyentuh kepala Hana. Haru dan Zeno menatap satu sama lain. Namun tatapan itu tampak tersimpan kemarahan.

 

ZENO

(dengan mata nyalang)

Haru, sepertinya kamu harus pergi dari sini. Hana ingin kamu pergi.

 

HARU

(mengejek)

Siapa kamu menyuruh aku buat pergi? Pacarnya? Bodikatnya?

 

Hana takut jika akan terjadi perkelahian lagi diantara mereka. Ia pun menyentuh lengan Haru. Haru menoleh ke aranya. Hana pun menggelengkan kepala, berharap agar tidak terjadi pertengkaran di antara mereka. Haru langsung bangkit sembari tersenyum.

 

HARU

(tersenyum iseng)

Oke, oke! Aku nggak bakal ganggu orang pacaran!

 

HANA

(V.O.)

What?! Kenapa kak Haru malah berpikir seperti itu?!

 

Haru langsung berjalan keluar kantin.

 

HANA

(V.O.)

Aku tidak menyangka jika emosi kak Haru tidak selabil seperti biasanya. Aku merasa tenang sih karena tidak terjadi pertengkaran diantara mereka. Tetapi aku juga tidak senang jika kak Haru menganggap kami berpacaran.

 

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar