Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
53. INT. RUMAH HERMAWAN – SIANG
ZUNA
(O.S.)
Namanya Hana Asuka. Bunda mengenalkan Zuna dan Zeno pada Nobuko dan Hana. Setelah mereka memasuki rumah masing-masing, Zuna merasa penasaran dengan Hana yang terlihat cantik seperti boneka hidup. Rambutnya berwarna kelabu, kulitnya berwarna putih cerah, dan bandana yang dikenakannya begitu mirip dengan yang aku kenakan juga.
ZUNA
(menebak)
Zeno langsung menjitak kening adiknya.
ZENO
(mengingatkan)
ZUNA
(masih menduga-duga)
Zeno hendak menjitak kening adeknya lagi. Akan tetapi Zuna segera menangkisnya. Zeno tetap tidak menyerah. Ia masih begitu berusaha memukul kening adiknya. Begitu pula dengan Zuna. Bu Hermawan menengahi mereka berdua. Keduanya berhenti bertengkar.
ZENO
(berseru)
Zeno berhasil memecahkan skor dengan sengaja mengacak-acak rambut adiknya. Dia selalu memanfaatkan tinggi badannya untuk menjahili saudara kembarnya itu.
BU HERMAWAN
(menjelaskan sambil duduk diantara kedua anaknya)
BU HERMAWAN
(memiliki ide)
Zeno agak terkejut dengan ide yang tiba-tiba keluar dari mulut ibunya.
ZENO
(mengeluh)
Zuna menertawakan ketidaksetujuan kakaknya.
ZUNA
(berseru sambil memeletkan lidah)
ZENO
(membalas dengan kesal)
Bu Hermawan berusaha menengahi keduanya lagi.
BU HERMAWAN
(tegas)
Keduanya berhenti bersilat lidah. Bu Hermawan menghela nafas. Kemudian beliau melihat Zeno.
BU HERMAWAN
(kalem)
Bu Hermawan mengatakannya sembari melihat kedua anaknya secara bergantian. Beliau meremas lembut tangan kedua anaknya. Baik Zeno maupun Zuna pun menganggukkan kepalanya secara bersamaan.
CUT TO:
54. INT. LAPANGAN SEPAK BOLA – SORE
Tidak lama berselang tiga hari kemudian, Zeno mulai menepati janjinya. Dia bermain ke rumah Hana sekaligus menjadi guru bahasa Indonesia untuknya. Mereka sering menghabiskan waktu berlatih menulis dan berbicara di lapangan sepak bola yang tepat berada di depan rumah mereka. Menurut Zeno, Hana adalah seorang gadis yang manis sekali. Padahal mereka hanya belajar bersama, akan tetapi Hana malah membawa keranjang berisi tikar dan berbagai cemilan-minuman di dalamnya. Ia menyiapkan segala sesuatunya setiap saat mereka belajar bersama.
ZENO
(bergumam)
Zuna juga terkadang menghampiri mereka berdua untuk sekedar mengganggu Zeno dan sedikit mengobrol dengan Hana tentang pernak-pernik yang dimilikinya. Belum lagi Hana selalu tampak berusaha keras untuk belajar dan belajar. Ia tidak pernah menyia-nyiakan sisa waktunya untuk berhenti berlatih. Dari situlah Zeno semakin terkesima dengan kehadiran Hana di dalam hidupnya. Seorang gadis lugu nan manis itu telah menjadi sahabat terdekatnya dan Zuna.
CUT TO:
55. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI
Berbeda dengan saudari kembarnya, Zuna. Gadis itu memang pada awalnya tulus membantu kehidupan Hana agar berjalan mulus. Berdasarkan informasi yang didapat dari bundanya, ia menyampaikan kepada teman-temannya kalau sekolahnya akan kedatangan siswa baru dari luar negeri. Ia menghimbau untuk tidak mengejek Hana karena kelainan genetik pada rambutnya. Namun ia tidak mengira bahwa kelasnya lah yang terpilih menjadi tempat dimana Hana belajar. Ia begitu senang melihat kedatangan Hana dan memiliki keinginan untuk lebih akrab dengannya. Namun keinginan itu mendadak kian lenyap setiap harinya ketika ia menyadari bahwa sebenarnya Haru juga diam-diam memperhatikan gadis bak boneka itu.
DISSOLVE TO:
56. INT. RUMAH ADIGUNA – SIANG
FLASHBACK
Sejak kecil Zuna sangat dimanjakan oleh Haru daripada kakaknya sendiri. Di saat Zeno lebih memilih membaca buku-buku ensiklopedia daripada bermain dengan adiknya, Zuna pergi bertandang ke rumah Haru untuk bermain bersamanya. Hingga tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Zuna semakin menyadari bahwa ia tidak hanya sekedar menganggap Haru sebagai seorang kakak ataupun sebagai tetangga kecilnya saja, namun lebih dari itu. Entah kapan rasa itu tiba. Zuna merasa ia memang menyayangi Haru seperti ia menyayangi kakaknya. Tetapi ia tidak ingin membayangkan akan menikahi kakaknya suatu saat ini. Yang ada dalam bayangannya hingga saat ini adalah Haru. Seorang lelaki yang menjadi pasangan hidup impiannya kelak. Perasaan itu sudah ia pendam begitu lama.
CUT TO:
57. INT. RUANG KELAS X-1 / RUMAH ADIGUNA – PAGI / SIANG
Hingga suatu hari, kematian ibu Haru membuatnya menjauhinya dan kakaknya. Haru juga menjauhi teman-teman di kelasnya. Haru yang dikenal sebagai seorang lelaki yang ramah pada semua orang, kini menjadi seorang pemberontak. Hubungannya dengan papanya juga kian menjadi buruk. Segala cara sudah dilakukan Zuna untuk mengambil perhatian Haru lagi, namun ternyata ia tidak peduli.
CUT TO:
58. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI
Akan tetapi sejak hari pertama dimana Hana memperkenalkan diri di depan kelas, Haru mengangkat wajahnya sebentar untuk melihat Hana, lalu menenggelamkan diri dalam tidurnya lagi. Zuna menganggap mungkin hal itu adalah suatu kebetulan. Tetapi segala perilaku yang ditunjukkan Hana mulai mengganggunya. Hana selalu mengekor di belakang Haru sampai cowok itu merasa risih. Namun Hana tetap bersikeras selalu berada di dekatnya. Hingga Zuna menyadari kalau Haru sangat jarang berkumpul lagi bersama dengan teman-teman berandalnya.
ZUNA
(V.O.)
Apakah ia tidak ingin jika Hana mendatanginya disana?
ZUNA
(V.O.)
Aku tahu bahwa hubungan antara Hana dan Haru hanya sebatas kakak beradik seperti aku dan kak Zeno. Tetapi segala perhatian kecil dari Haru akhir-akhir ini seperti pemberian obat antiseptik juga mengamati Hana dalam diam membuatku merasa semakin tidak nyaman. Aku takut jika suatu saat perhatian Haru direbut oleh Hana. Di dalam lubuk hatiku yang terdalam mengatakan bahwa sebenarnya aku memang tulus berteman dengan Hana. Ia gadis baik dan baru saja keluar dari masa sulit di hidupnya. Sudah sewajarnya jika sebagai seorang teman terdekatnya memberikan dukungan kepadanya. Tetapi tidak untuk mencuri perhatian Haru! Aku tetap tidak akan mengijikan hal itu terjadi!
CUT TO:
59. INT. RUANG KELAS X-1 – SIANG
HANA
(bersemangat)
Hari itu Hana meminta Zuna, Reta, dan Kusniyah untuk berkumpul sebentar di dalam kelas sepulang sekolah. Ketiganya melihat satu sama lain.
RETA
(menjelaskan)
KUSNIYAH
(sambil menghayal)
RETA
(ikut menghayal)
RETA
(tersenyum penuh makna)
KUSNIYAH
(menyipitkan matanya dengan tatapan menyelidik)
Zuna segera menatap Hana yang agak sedikit tergagap. Kemudian Hana menggelengkan kepalanya.
HANA
(malu-malu)
Perkataan Hana membuat kepala Zuna berputar-putar seketika. Tiba-tiba ia merasa pening pada kepalanya.
ZUNA
(V.O.)
Aku sama sekali tidak mengerti perlakuan Hana kepada Haru. Seharusnya mereka itu bersaudara. Tidak perlu membuat sesuatu untuk lebih dekat dengan cara itu. Aku merasa kalau Hana terlalu berlebihan dalam melakukan pendekatannya.
ZUNA
(mencecar)
Hana dan kedua temannya melihatnya dengan ekspresi terkejut. Baru saja Zuna seperti menunjukkan kekesalannya pada Hana. Melihat tatapan aneh dari ketiganya membuat Zuna kembali tersadar.
ZUNA
(berusaha memperbaiki perkataannya sambil memaksakan senyum)
Hana menggelengkan kepalanya tidak setuju.
HANA
(bersemangat)
RETA
(antusias)
KUSNIYAH
(pura-pura menangis)
Kedua temannya tampak antusias dengan arah pembicaraan Hana. Hanya Zuna yang masih merendam kemarahannya. Ia tidak suka dengan diskusi yang mereka lakukan.
ZUNA
(V.O. / KESAL)
Hana membuang-buang waktuku saja! Bagaimana bisa perasaan sayang bisa tersampaikan melalui seonggok cokelat? Nggak masuk akal!
Zuna menatap Hana dengan tatapan tidak suka.
RETA
(senang)
Pertanyaan Reta membuat Zuna tanpa sadar segera mengubah ekspresinya dengan senyuman innocent.
ZUNA
(berusaha untuk tersenyum)
Zuna berusaha menunjukkan ketertarikannya pada pembahasan itu. Walaupun sebenarnya ia tidak suka, akan tetapi Zuna malah menunjukkan ekspresi wajah yang sebaliknya.
RETA
(bersemangat)
ZUNA
(melawak)
Ketiga temannya terhibur dengan lawakannya. Zuna juga berusaha mengimbangi tawa teman-temannya itu. Diam-diam Zuna melirik tajam ke arah Hana.
ZUNA
(V.O.)
Dasar gila! Kalian sudah semakin gila dipengaruhi olehnya!
RETA
(mengomando)
Reta mendorong pundak Hana dari belakang. Kusniyah juga mendorong pundak Reta dan mereka berjalan berbaris layaknya kereta api. Zuna menghela nafas dengan wajah kesal. Kemudian ia mengikuti teman-temannya dari belakang.
CUT TO:
60. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG DAPUR – SORE
Hari itu mereka benar-benar membuat cokelat bersama di dapur. Nobuko merasa senang karena pada akhirnya melihat Hana memiliki teman-teman yang baik padanya. Ia juga mengetahui kalau Hana akan memberikan cokelat itu pada Haru. Hana telah menceritakan rencananya semalam pada mamanya. Setelah membantu menyiapkan peralatan, ia memasuki kamarnya. Hana merasa bersenang-senang pada hari itu. Ia turut senang jika teman-temannya juga turut merasakan hal yang sama dengannya. Lain halnya dengan Zuna. Ia memang menikmati kebersamaannya dengan teman-temannya. Akan tetapi kedua matanya masih tertutup api cemburu. Membayangkan Haru yang menerima cokelat itu dari Hana saja sudah membuat jantungnya berdetak tidak beraturan. Ia ingin melakukan sesuatu agar hal itu tidak terjadi. Tetapi ia tidak tahu harus melakukan apa.
JUMP CUT TO:
Cokelat mereka sudah jadi dengan hiasan bertuliskan nama orang yang akan diberikan cokelat itu. Mereka berempat pun merasa lega karena sudah sesuai seperti apa yang mereka bayangkan. Mereka pun saling berpelukan. Setelah itu Reta mengumpulkan berbagai peralatan yang sudah terpakai dan membantu Kusniyah mencucinya di wastafel. Sementara Zuna masih melihat Hana yang sedang bersenandung sambil mengikat pita pada kardus cokelat yang berbentuk hati.
61. INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – SORE
Tiba-tiba saja terdengar langkah seseorang memasuki rumah. Seperti menyadari siapa yang baru saja datang, membuat Hana berlari-lari kecil ke ruangan depan sembari menyembunyikan kotak cokelat di belakang punggungnya. Zuna juga mengikutinya dari belakang. Ternyata benar, Haru baru saja masuk ke ruang tamu sambil terus merokok.
HANA
(senang)
Sesaat melihat kakaknya merokok, wajahnya menjadi muram.
HANA
(tidak suka)
Haru tidak menjawab. Ia malah menghembuskan asap rokok di wajah Hana. Gadis itu terbatuk-batuk. Haru melewatinya begitu saja. Hana hendak memanggil Haru dengan suara lantang, namun tiba-tiba terdengar suara piring pecah. Hana bingung harus mengikuti Haru sampai ke lantai atas atau segera pergi ke dapur. Zuna menepuk bahunya dari belakang.
ZUNA
(berinisiatif)
Zuna sudah menengadahkan tangannya.
RETA
(berteriak)
Suara teriakan Reta dari arah dapur membuat Hana segera mengambil keputusan. Ia memberikan kotak cokelat itu pada Zuna.
HANA
(tersenyum)
Setelah itu Hana bergegas menuju ruangan dapur. Zuna pun tersenyum penuh arti.
ZUNA
(bergumam)
62. INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HARU – SORE
Zuna menaiki tangga hingga sampai ke lantai atas. Ia melihat Haru baru saja membuka pintu kamarnya.
ZUNA
(senang)
Haru menoleh kepadanya. Lalu ia masuk ke kamarnya begitu saja. Zuna segera berlari dan menahan pintu kamar Haru yang hampir saja ditutup.
HARU
(ketus)
ZUNA
(tersenyum)
HARU
(ketus)
ZUNA
(memutuskan sendiri)
Haru mematikan rokoknya dengan menginjaknya di lantai. Ia melipat kedua tangan di dada sembari menatap tajam ke arah Zuna.
ZUNA
(takut)
Haru berjalan kembali ke arah jendela. Ia bisa melihat Hana dan kedua temannya tengah berjalan bersama menuju lapangan. Terdapat bola sepak di tangannya. Haru menyadari kalau bola itu miliknya.
HARU
(V.O.)
Pasti dia menemukannya di gudang.
DISSOLVE TO:
63. EXT. LAPANGAN SEPAK BOLA – SORE
FLASHBACK
Biasanya bola sepak itu ia gunakan untuk bermain dengan Zeno dan teman-temannya setiap sore di lapangan. Semenjak ia menjauh dari teman-temannya, kebiasaan itu tidak ada lagi. Begitu pula dengan Zeno dan yang lainnya.
CUT BACK TO:
64. INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HARU – SORE
ZUNA
(berdebar-debar)
Perkataan Zuna kembali menyadarkannya. Haru melihat sekotak cokelat yang diserahkan kepadanya. Haru masih melipat kedua tangannya di dada.
ZUNA
(pura-pura kesal)
HARU
(ketus)
ZUNA
(berseru)
HARU
(ketus)
Dengan marah, Zuna langsung melempar cokelat itu dan mengenai dada bidang Haru. Setelah cokelat itu terjatuh, Haru tetap tidak mau memungutnya.
ZUNA
(marah)
HARU
(spontan)
Zuna tidak habis pikir dengan pertanyaan Haru. Setidaknya masih ada sedikir rasa bersalah Haru padanya. Tetapi sekarang yang ada di pikiran Haru Cuma Hana. Zuna juga tidak suka cara Haru menyebut nama gadis itu. Ia berusaha untuk tenang.
ZUNA
(semakin marah)
Setelah mengatakan hal itu, Zuna pergi sembari membanting pintu kamar. Haru masih terdiam. Lalu ia melihat sekotak cokelat berpita yang tidak jauh dari kakinya. Ia berjongkok dan membuka kotak cokelat tersebut. Terdapat cokelat berbentuk hati yang bertuliskan nama di atasnya. Yang membuat dia heran, nama yang tertulis itu tidak beraturan. Seperti seorang anak yang baru saja belajar menulis. Tiba-tiba saja ia teringat dengan Hana.
HARU
(penasaran)
Setelah itu dia berusaha menghapus bayangan Hana.
HARU
(kesal)
Setelah itu ia menggigit cokelat itu dan mengunyahnya dengan nikmat. Ia memakannya sambil melihat ke arah jendela lagi. Disana Hana sedang bermain sepak bola bersama dengan Reta, Kusniyah, dan Zuna. Ia hampir tertawa melihat Hana yang tidak begitu pandai menendang bola. Haru hampir tidak mempercayai apa yang dilakukannya sekarang.
DISSOLVE TO:
65. EXT. JALAN RAYA / INT. RUANG KELAS X-1 / INT. RUMAH ADIGUNA – SIANG
FLASHBACK
Menurutnya dunianya sudah gelap. Menghitam. Semenjak kecelakaan berdarah itu terjadi. Ia sudah tidak mengharapkan siapapun berada disampingnya. Akan tetapi entah sejak kapan Hana meletakkan lampu dan menyinari dunianya yang suram. Semenjak Hana mengekorinya terus, sebenarnya ia merasa senang ada yang berbicara padanya. Tetapi ia merasa gengsi untuk membalas pembicaraan Hana. Apalagi ia juga sudah sedari awal membenci keberadaan Hana dan ibunya. Haru mulai merasa tidak yakin kalau ia membenci Hana dan ibunya lagi.
CUT BACK TO:
66. INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HARU – SORE
Namun setelah melihat foto ibunya membuatnya kembali bertekad untuk tetap membenci ayahnya yang sudah membawa Hana dan ibunya masuk ke dalam rumahnya. Masuk ke dalam hidupnya. Menggantikan posisi ibunya.
HARU
(dengan tatapan penuh kebencian)
Haru pun menutup tirai jendelanya.
FADE OUT