Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
19. Serigala Berbulu Domba

FADE IN:

121. EXT. HALAMAN BELAKANG SEKOLAH – PAGI

Seorang gadis dengan rambut lurus sebahu melangkah dengan santainya menuju gedung belakang sekolah. Ia mendatangi segerombolan cowok berandal di sekolahnya sambil meletakkan tangannya di belakang. Gadis itu tampak menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya. Salah satu dari siswa berandal itu berjalan ke arahnya. Sosoknya yang bertubuh tinggi, atletis, dan mata yang tajam membuat dia tampak seperti pemimpin di dalam kelompok tersebut. Cowok itu nyengir melihat perubahan yang ada pada gadis itu.

 

RUDI

(takjub)

Waw, baru lurusin rambut, non? Padahal rambut keritingmu dulu lebih seksi loh!

ZUNA

(merasa senang)

Yap! Kemarin aku baru ajah rebonding.

RUDI

(penasaran)

Mau cari perhatian siapa nih? Ada cowok yang kamu suka?

 

Zuna tidak menjawab. Cowok itu berjalan memutarinya. Matanya tidak lepas melihat perubahan lain yang ada pada diri gadis itu.

 

RUDI

(memperhatikan dengan seksama)

Hmm.. rambut dilurusin, nggak pakai anting juga, aroma parfumnya, pakai bandana warna merah muda norak gitu. Seperti siapa ya? Kayaknya pernah lihat.

ZUNA

(kesal)

Udah deh! Nggak usah ngelihatin kayak gitu. Aku nggak kayak cewek murahan itu tahu!

 

Cowok itu terperangah. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak.

 

RUDI

(menebak)

Owh, aku tahu sekarang! Kamu ingin sekali mirip dengan cewek Jepang itu?! Hah?! Kamu tidak seperti Zuna yang aku kenal tahu! Hahahaaa..

 

Zuna membekap mulut cowok yang tertawa terbahak-bahak itu. Cowok itu merasa risih dan menyingkirkan tangan gadis didepannya.

 

RUDI

(merasa tidak nyaman)

Apaan sih?!

ZUNA

(Zuna meletakkan telunjuk di depan bibirnya)

Ssshhhh!!!

 

Dia menengok depan dan belakang.

 

ZUNA

(merasa lega)

Huuufft, amaaannn!!!

RUDI

(heran)

Kamu ngapain sih? Aneh banget!

ZUNA

(melemparkan kresek berwarna hitam ke arah Rudi)

Nih!

 

Gadis itu membiarkan cowok tadi membuka kresek hitam tersebut. Kedua mata cowok itu terbelalak melihat seberapa banyak isi didalamnya.

 

RUDI

(setengah berteriak karena takjub)

Rokok-rokok ini.. wuaahhh, banyak banget!

ZUNA

(menengok kanan-kiri dengan gelisah)

Ssshhh, Rudi! Sudah dibilangin jangan berisik! Nanti kalau ketahuan guru gimana?!

RUDI

(berbalik dan melemparkan bungkus rokok satu-persatu pada teman-temannya)

Santai ajah kali, manis! Heee, nyebat sepuasnya, ma men!!!

 

Teman-teman Rudi tampak begitu senang dengan pemberiannya. Sementara Zuna sudah ketar-ketir tidak ingin ketahuan oleh siapapun. Dia mengawasi keadaan di sekitar. Rudi kembali berjalan menemuinya.

 

RUDI

(santai)

Kenapa nggak vape ajah sih? Atau ganja sekalian gitu.

ZUNA

(menggerutu)

Kamu kira beli gituan nggak pakai uang? Tabunganku ludes buat beli rokok itu tahu!!!

 

Rudi tertawa lagi mendengar gerutuan gadis itu.

 

RUDI

(tersenyum misterius)

So, ada apa nih tiba-tiba? Pasti ada maunya dong!

 

Zuna mulai ikutan tersenyum.

 

ZUNA

(tersenyum licik)

Ding, dong! Bener banget! Aku ingin kamu sedikit memberikan pelajaran pada cewek Jepang itu! Aku tahu semua rahasia tentang dia.

 

Rudi mengernyitkan dahinya.

 

RUDI

(heran)

Ha? Ngapain juga? Cewek itu nggak salah apa-apa. Nggak ada untungnya juga buat kami!

ZUNA

(memutar kedua bola matanya dengan kesal)

Hmm.. kamu belum sadar juga ya kapan terakhir Haru bergaul dengan kalian semua? Cewek itulah yang menyebabkan Haru tidak bersama dengan kalian lagi. Dia mempengaruhi Haru agar menjauh dari kalian semua! Aku dengar dia bilang kepada Haru kalau kalian hanya membawa pengaruh buruk untuknya. Padahal kan menurutku kalian cuma mencari sedikit kesenangan dan kebebasan. Kalian tidak sebandel seperti apa yang dikatakan oleh Hana, bukan?!

 

Zuna menjelaskannya dengan lihai. Ia tersenyum kembali dengan liciknya ketika melihat wajah Rudi yang mulai mengeras. Kemarahan menoreh di wajahnya. Zuna yakin kali ini dia tidak akan gagal untuk memberikan balasan yang setimpal kepada Hana.

 

CUT TO:

 

122. EXT. LORONG SEKOLAH – SIANG

Bel pulang berbunyi. Hana berjalan keluar kelas bersama dengan Reta dan Kusniyah. Mereka mengobrol sambil sesekali tertawa terbahak-bahak.

 

HANA

(V.O.)

Kini aku merasakan kenyamanan berada di tengah mereka. Walaupun aku tidak pernah terbuka dengan masa laluku, tetapi aku merasa bahwa aku tidak ingin membebani kedua temanku dengan kisah masa laluku. Cukup dengan Zuna saja. Ya, Zuna, salah satu teman terdekatku yang kini menjauh dariku. Aku sangat menyayangkan persahabatan kami yang terpecah seperti ini. Padahal aku sudah berusaha meminta maaf padanya. Namun pada akhirnya yang bisa aku lakukan hanyalah membiarkan Zuna untuk menjauh dariku. Seperti apa kata Zeno untuk membiarkan adiknya berpikir lebih lama dan suatu saat akan kembali mendatangiku kembali.

ZUNA

(berteriak memanggil dari arah kejauhan)

Hana!

 

Hana merasa senang karena tidak membutuhkan waktu yang begitu lama untuk dekat kembali dengan Zuna. Sedangkan Reta dan Kusniyah melihat kedatangan Zuna dengan sinis.

 

ZUNA

(gembira)

Hey, kalian mau pulang?

 

Zuna melirik tas ransel milik Haru yang dibawa oleh Hana. Dia berusaha tidak terpengaruh dengan hal itu demi misi yang dijalankannya. Reta dan Kusniyah memalingkan wajah. Hana saja yang menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

ZUNA

(heran)

Kenapa kalian?

 

Zuna merasakan kehadirannya tidak diterima oleh kedua temannya.

 

RETA

(maju selangkah di hadapan Zuna)

Bagus banget ya sikapmu itu. Setelah hampir sebulan menghindari kami, lalu kamu dengan entengnya datang dan berbicara dengan kami seolah-olah tidak ada apa-apa diantara kita!

 

Zuna memegangi tangan Reta dengan kedua tangannya. Ia menunjukkan wajah manisnya.

 

ZUNA

(bertingkah manja)

Yaa.. maafin aku yaa.. Selama ini aku memiliki masalah pribadi yang tidak bisa aku ceritakan kepada kalian. Aku ingin sendiri dulu. Apalagi aku dan Hana juga bertengkar.

KUSNIYAH

(terkejut)

Hah, kalian bertengkar? Sejak kapan?

 

Reta menyenggol Kusniyah dan memintanya untuk diam.

 

RETA

(melipat kedua tangan di depan dada)

Oh, jadi hanya karena kamu punya masalah pribadi. Terus punya masalah sama Hana. Kamu bisa dengan mudahnya pindah bangku di sebelah Haru dan lari dari masalah ini. Lari menghindari kami juga!

 

Zuna melirik ke arah lain, berusaha menemukan penjelasan lain.

 

ZUNA

(sambil berpikir)

Yaa.., itu karena...

RETA

(kesal)

Padahal kamu bisa membicarakannya dengan kami kan?! Ada aku. Ada Kusniyah. Kami berdua kamu anggap apa? Bukankan kita ini sahabat kamu?!

 

Zuna tidak mampu berkata-kata apa lagi.

 

RETA

(tegas)

Kalau kamu punya masalah dengan Hana. Selesaikan sekarang juga!

 

Entah kenapa perkataan Reta membuat Zuna ingin mengurungkan niatnya untuk mengerjai Hana. Tetapi melihat wajah Hana yang tanpa ekspresi itu membuatnya semakin sebal dengannya.

 

ZUNA

(V.O.)

Karena Hana, aku dibenci oleh Haru. Karena Hana, sekarang aku juga bertengkar dengan kedua sahabatku. Permasalahan ini tidak akan berbuah manis hanya dengan aku meminta maaf dengan Hana. Aku begitu enggan meminta maaf kepada gadis itu. Tetapi demi rencanaku yang cemerlang itu, mau tidak mau aku harus memilih untuk meminta maaf padanya. Toh, hanya seonggok kata-kata yang tiada artinya bagiku.

ZUNA

(berpura-pura menyesal)

Maafkan aku ya Hana. Karena ku, hubungan kita jadi menjauh seperti ini. Kamu mau kan berteman lagi denganku?

 

Zuna tidak menyangka kalau Hana meneteskan air matanya sembari berusaha untuk tetap tersenyum. Hana langsung memeluknya dengan erat.

 

HANA

(menangis haru)

Maafkan aku juga ya, Zuna. Kalau kita bertengkar lagi nantinya, kita harus membicarakannya secara baik-baik ya. Jangan menjauh lagi seperti ini. Itu menyakitkan buatku.

 

ZUNA

(V.O.)

Aku heran dengan sikap Hana yang dengan mudah memaafkanku. Andai saja aku yang berada di posisi Hana, aku tidak akan memaafkan orang itu begitu saja. Tetapi apakah Hana sengaja berderai air mata agar mendapatkan simpati dari kedua temanku?

 

Zuna merasa bingung dengan perasaan suka dan benci yang dia rasakan ini. Ingin rasanya dia menepuk punggung Hana lembut. Tetapi diurungkannya. Dia segera melepaskan pelukan Hana dan melihat kedua temannya.

 

ZUNA

(tersenyum)

Maafin aku juga ya, Reta, Kusniyah. Seharusnya aku menceritakan permasalahanku kepada kalian. Aku janji tidak akan berbuat seperti itu lagi.

 

KUSNIYAH

(tersenyum haru)

Ouuwwh, Zunaaa!!!

 

Ketiga temannya memeluknya dengan erat. Zuna merasakan kehangatan dari ketiga temannya. Dia merasa ragu kembali untuk menjebak Hana.

 

123. EXT. DI DEPAN PINTU GERBANG SEKOLAH – SIANG

Kemudian mereka bertiga berjalan bersama menuju pintu gerbang sekolah.

 

KUSNIYAH

(penasaran)

Zun, rambutmu dismoothing ya?

 

Kusniyah menyadari perbedaan dari rambut temannya itu. Kedua temannya yang lain ikut mengamatinya.

ZUNA

(santai)

Bukan smoothing. Tapi rebonding.

KUSNIYAH

(bingung)

Tapi kok kamu nggak pakai anting lagi? Padahal rambut kamu lebih bagus keriting loh. Rambut alami kamu.

RETA

(asal ceplos)

Iya, kenapa sih, Zun? Hayooo, kamu ingin rambut lurus seperti Hana yaa? Hehehe...

 

Celetukan asal Reta membuat Zuna kembali geram.

 

ZUNA

(marah)

Ngaco kamu! Mana mungkin aku bisa kamu samakan dengan..

 

Zuna menyadari emosi kemarahan sesaatnya. Reta dan kedua temannya melihatnya dengan heran. Dia segera memaksakan untuk tertawa, mencoba mencairkan suasana.

 

ZUNA

(tersenyum palsu)

Aku ingin coba rebonding ajah! Sudah lama kan aku ingin rambut lurus. Nggak kucel seperti rambutku yang dulu.

HANA

(tersenyum)

Apa salahnya dengan rambutmu yang dulu? Rambut keriting membuatmu kelihatan manis juga kok. Tetapi kamu juga sekarang kelihatan lebih manis kok.

 

Ucapan Hana membuat Zuna tidak tahan ingin meneriakinya dengan kesal. Rasanya Zuna tidak ingin mendengar kata-kata manis dari bibir Hana lagi. Karena yang ia rasakan jika Hana hanyalah berpura-pura baik padanya.

 

KUSNIYAH

(bingung)

Eh, Han. Kamu pulang bareng Haru kan? Dimana dia?

HANA

(kalem)

Tadi sih kak Haru keluar kelas duluan. Tapi tadi dia bilang untuk menunggunya di depan pintu gerbang. Nanti kak Haru akan segera menyusul.

ZUNA

(sambil menepuk keningnya)

Eh! Ya ampun!!!

 

Teman-temannya agak terkejut melihat tingkahnya.

 

RETA

(kaget)

Eh, kenapa, kenapa?

KUSNIYAH

(kaget)

Ada yang ketinggalan di kelas, Zun?

 

Zuna melihat ke arah Hana yang melihatnya dengan wajah kebingungan.

 

ZUNA

(memberitahu)

Nggak.. itu.. tadi Haru titip pesan ke aku kalau dia lagi nungguin Hana di belakang sekolah.

RETA

(nyeletuk)

Hah, ngapain dia disana? Kurang kerjaan banget.

ZUNA

(tidak habis ide untuk membuat Hana pergi kesana)

Iya. Tadi katanya mau ngomong sesuatu gitu sama Hana. Pasti penting banget, Han!

HANA

(kebingungan)

Kalau begitu aku harus pergi kesana sekarang ya.

 

Ucapan Hana membuat khawatir kedua temannya yang lain. Reta menahan kepergian Hana.

 

RETA

(khawatir)

Tunggu Han. Biar aku temani kamu. Belakang gedung sekolah kan selalu sepi. Apalagi kalau jam pulang sekolah. Pasti sudah tidak ada siapa-siapa disana!

ZUNA

(keceplosan)

Eh, jangan!

RETA

(curiga)

Kenapa jangan?

ZUNA

(berusaha mengarang cerita)

Itu.. Haru bilang kalau dia hanya ingin bertemu dengan Hana. Sebenarnya dia ingin merahasiakan hal ini kepada kalian berdua. Tapi kalian sudah dengar sih. Ya menurutku nggak masalah. Kalian tahu kan gimana kalau Haru sampai marah.

RETA

(semakin curiga)

Kenapa bicaramu berputar-putar begitu sih? Mencurigakan.

KUSNIYAH

(ikut menganggukkan kepala)

Iya. Haru marah hanya karena kita menemani Hana kesana? Nggak masuk akal!

HANA

(berusaha menengahi ketiga temannya)

Sudah, sudah. Sepertinya ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh kak Haru. Mungkin dia akan malu kalau kalian ikut denganku. Aku kesana sendirian saja ya.

RETA

(semakin khawatir)

Tapi, Han..

HANA

(tersenyum)

Sudah! Kalian pulang duluan ajah! Okay?!

RETA

(berteriak memanggil)

Han.. Hana...

 

Hana tidak menghiraukan lagi teriakan Reta. Reta merasakan ada yang janggal. Begitu pula dengan Kusniyah. Entah kenapa mereka merasa tidak enak meninggalkan Hana sendirian di sekolah. Kedua temannya itu merasa khawatir padanya. Lain halnya dengan Zuna yang tersenyum kemenangan.

 

ZUNA

(gembira)

Udah, ah! Aku pulang dulu ya! Bubyee..

 

Zuna melenggang pergi meninggalkan mereka berdua dengan tanpa beban. Reta melihat kepergiannya dengan penuh kecurigaan.

 

KUSNIYAH

(merasa khawatir)

Kita juga pulang nih, Ta? Aku nggak enak kalau harus ninggalin Hana sendirian.

RETA

(berinisiatif)

Nggak. Kita jangan pulang dulu. Kita tunggu disini dulu sampai Hana datang kembali. Kalau Hana tidak datang juga, kita susul dia. Kalau perlu kita lapor sama pak satpam.

 

CUT TO:





Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar