Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
14. Menjauh

FADE IN:

87. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI

Haru merasa ada yang aneh darinya. Tidak henti-hentinya matanya menatap ke arah Hana yang sedang bersenda gurau dengan Zeno, Reta dan Kusniyah. Sejak kejadian di kamar calon bayi itu, Hana sudah tidak menyapanya sama sekali. mengekor seperti biasanya pun tidak lagi dilakukannya. Kini dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temannya. Walaupun ada Zuna yang terus saja berbicara padanya, ia masih merasa hampa.

 

DISSOLVE TO:

 

88. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI

FLASHBACK

Rasanya Zuna begitu berbeda dengan Hana. Gadis asal Nagoya itu biasanya menceritakan segala apa yang terjadi padanya, apa yang disukainya, dan menertawakan lelucon bodoh. Daripada itu yang lebih penting adalah saat Hana selalu bertanya balik kepada Haru. Haru tahu kalau Hana berharap agar dirinya mau diajak ngobrol dengannya. Sementara Zuna hanya ingin ceritanya didengar. Ia seperti tidak ingin tahu apa yang dirasakan oleh Haru saat ini.

 

CUT BACK TO:

 

89. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI

ZUNA

(sebal)

Haru, dengar aku ngomong nggak sih?

 

Mata Haru yang semula melihat ke arah sosok Hana, kini berpaling ke tembok.

 

ZUNA

(V.O.)

Iish, dia kenapa sih? Sedari tadi tidak mendengarkanku bercerita.

 

Zuna melihat Hana yang sedang memukul pelan lengan Zeno sambil tertawa.

 

ZUNA

(V.O.)

Paling nggak, Hana sudah tidak lagi mengekor pada Haru. Sekarang perhatian Haru akan menjadi milikku sepenuhnya.

 

Hana merasakan seperti ada yang menatapnya dari arah samping.

 

HANA

(V.O)

Apakah kak Haru sedang melihatku?

 

Hana merasa penasaran dan memalingkan wajahnya ke arah dimana Haru duduk. Rupanya Zuna sedang melihatnya dengan senyuman sinis sambil melambaikan tangan ke arahnya. Hana merasa tidak mengenal lagi siapa sebenarnya Zuna. Sudah lama sekali mereka tidak berbicara satu sama lain. Kini Zuna melihatnya dengan ekspresi seperti itu. Hana tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.

 

RETA

(menepuk pundak Hana)

Tapi beneran deh, kalau melihat kalian jalan berdua berasa seperti melihat couple ter so sweet!!!

 

Tepukan Reta membuat Hana tersadar. Hana kembali memperhatikan teman-temannya berbicara.

 

ZENO

(sambil membersihkan kacamatanya dengan sapu tangan)

Apa yang membuat kamu bisa beranggapan begitu?

 

Reta dan Kusniyah tertawa kecil secara bersamaan.

 

RETA

(sambil mengacungkan kedua jempolnya)

Kami pernah loh melihat kalian latihan band bersama di ruangan studio. Kalian terus saja beradu pandang sambil menyanyikan lirik lagu. Aku berasa kalian punya chemistry yang hebat!

 

Kusniyah yang baru saja menyedot habis minuman boba-nya segera mengangkat tangannya seakan hendak berbicara juga.

 

KUSNIYAH

(memejamkan mata sembari menggenggam kedua tangannya)

Apalagi kalau melihat kalian saat kita belajar bersama di dalam kelas. Cara Zeno berbicara dengan Hana tuh lembut banget. Pasti kamu nggak sadar, Zen, saat dengan Hana kamu nyambung banget membicarakan topik dengannya. Matamu terlihat begitu bersinar. Rasanya jadi ter-ZeNa-ZeNa!

HANA

(bingung)

Ter-ZeNa-ZeNa? Itu apa?

 

Reta dan Kusniyah langsung ngakak melihat Hana yang melongo. Zeno mengenakan kacamatanya kembali dan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

 

RETA

(berseru sambil mencubit kedua pipi Hana dengan gemas)

Rasanya semakin jatuh hati dengan pasangan Zeno dan Hana!!!!

KUSNIYAH

(gemas)

Aah, jangan cubit dedek manisku. Sini aku peluk!

 

Kusniyah langsung memeluk Hana yang membalas memeluknya. Reta yang menunjukkan wajah cemberutnya, segera memeluk keduanya juga dengan erat.

 

KUSNIYAH

(berpura-pura sebal)

Duh, nggak bisa nafas nih! Bau ketekmu, Reta! Waduh!

 

Zeno merasa senang melihat kerukunan Hana dan teman-temannya. Dia tahu jika Zuna dan Hana masih memiliki konflik. Tetapi dia menghormati keputusan Hana untuk mencoba menyelesaikannya sendiri. Sifat Hana sepeti itulah yang membuat Zeno semakin kagum adanya. Zeno mengingat kembali bagaimana anggapan Reta dan Kusniyah tentangnya dan Hana.

 

ZENO

(V.O.)

Ternyata aku melihat Hana dengan pandangan yang seperti itu. Akhir-akhir ini aku juga merasa kalau seringkali diriku berdebar saat bersentuhan tangan atau berdekatan dengannya begini. Topik obrolan kita juga nyambung banget! Aku juga merasa bahagia kalau Hana pun bahagia. Apa jangan-jangan aku ...

 

Sesaat wajah Zeno memerah. Dia mulai menyadari perasaannya pada Hana. Dia mulai mengetahui bahwa perasaan kagumnya telah berubah menjadi cinta.

 

CUT TO:

 

90. INT. KAMAR HANA – SORE

Waktu sudah menunjukkan jam setengah empat sore. Hana segera memilih baju apa yang akan dia pakai untuk pergi bersama dengan Zeno.

 

DISSOLVE TO:

 

91. INT. RUANG KELAS X-1 – SIANG

FLASHBACK

Tadi siang Zeno mengajak Hana pergi bersamanya ke toko buku di mal. Zeno berencana ingin mencari buku menulis blog untuk pemula. Rasanya dia bersemangat sekali untuk menjadi penulis blog. Hana turut senang bahwa Zeno telah menemukan hobi yang disukainya selain mengajar dan bermain musik.

 

CUT BACK TO:

 

92. INT. KAMAR HANA – SORE

Setelah bersiap-siap, Hana mematut diri di cermin kembali. Memakai topi schoolboy hat berwarna merah marun ditambah pakaian cut-out knit berwarna merah dipadu dengan celana jeans membuatnya terlihat keren.

 

HANA

(berbicara sendiri di depan cermin)

Sangat disayangkan poni rambutku tidak terlihat. Ah, tidak apa! Hal yang terpenting adalah tampil rapi.

ADIGUNA

(berteriak memanggil dari lantai bawah)

Hana, Zeno sudah menunggumu di ruang tamu!

 

Hana pun segera bergegas keluar kamar. Namun langkahnya terhentikan saat melihat Haru sedang menyandarkan diri di samping sudut pintu. Dia melihat Hana dengan tatapan yang aneh.

 

HANA

(V.O.)

Aku memang selalu ingin mengerti kenapa dan ada apa dengan dirinya. Tetapi kali ini tidak lagi. Kak Haru sudah sangat keterlaluan!

 

Hana mengabaikan kehadirannya dan segera menuruni tangga tanpa berbalik melihatnya. Saat melihat kehadiran Zeno, Hana mencoba untuk tersenyum.

 

93. INT. RUANG TAMU – SORE

HANA

(tersenyum)

Maaf, Zen, kamu pasti menunggu lama.

 

Zeno melihat Hana tanpa berkedip. Hana menjadi agak salah tingkah.

 

HANA

(bingung)

Kenapa?

ZENO

(tergagap)

Ka ... kamu ... hari ini cantik banget! Eh, maksudku Hana yang sekarang modis sekali ya!

 

Hana tidak menyangka jika Zeno yang biasanya tenang juga menjadi salah tingkah begini. Terdengar suara tawa kecil Adiguna dan Nobuko. Hana berbalik melihat Adiguna yang berdeham dan membaca koran kembali. Sementara Nobuko kembali merajut. Hana melihat Zeno kembali. Seperti ada yang berbeda darinya. Rambutnya yang lurus berponi diubah menjadi model preppy cut. Dia juga tidak mengenakan kacamatanya lagi.

 

ZENO

(tersenyum)

Makasih. Kamu juga kelihatan keren. Dimana kacamatamu? Apa kamu lupa?

ZENO

(salah tingkah)

Oh, nggak. Aku sengaja meninggalkannya karena ingin mencoba menggunakan softlens.

HANA

(kagum)

Owh, makanya kamu kelihatan beda hari ini!

HANA

(V.O.)

Aku tidak menyangka jika Zeno bisa dandan juga. Aku merasa penasaran apakah dia dandan sendiri ataukah dibantu dengan bibi Her dan Zuna? Membayangkannya saja lucu sekali. Zeno semakin terlihat imut di mataku.

ZENO

(bersikap sopan)

Ayo kita berangkat sekarang. Om, tante, kami berangkat dulu.

 

Hana mengikuti Zeno yang menyalami Adiguna dan Nobuko duluan.

 

94. EXT. DI DEPAN RUMAH ADIGUNA – SORE

Saat keluar rumah, Hana terkejut saat melihat motor bebek yang terparkir di depan halaman.

 

HANA

(bingung)

Zen, bukannya motornya dipakai oleh ayah kamu untuk kerja ya? Om Hermawan sudah pulang ke rumah?

 

Zeno menaiki motor itu dan mengenakan helm.

 

ZENO

(sambil memberikan helm)

Ayahku belum pulang. Motor ini aku pinjam dari Eldo. Aku ingin kita pergi dengan nyaman. Nih!

 

Hana mengenakan helm yang diberikan oleh Zeno.

 

HANA

(sambil naik di atas motor)

Tapi kan tidak apa-apa kalau kita naik angkutan umum seperti biasanya.

 

Entah kenapa Hana seperti merasakan kehadiran Haru. Hana segera melihat ke atas jendela. Haru sedang melihatnya dengan tirai terbuka. Saat menyadari jika Hana sedang melihatnya, Haru segera menutup tirai jendelanya.

 

ZENO

(tersenyum)

Sudah siap?

 

Hana menganggukkan kepala dengan wajah tertunduk. Zeno mulai menjalankan motornya.

 

95. EXT. DI JALAN RAYA – SORE

Di tengah perjalanan Hana tidak terlalu memahami dan membalas obrolan Zeno. Kepalanya dipenuhi dengan Haru.

 

HANA

(V.O.)

Kenapa kak Haru menatapku dengan wajah sedih seperti itu? Ekspresinya agak aneh saat melihatku. Tetapi dia juga tidak mengatakan apa-apa padaku. Apa yang dirasakannya saat ini?

ZENO

(membuka topik dengan suara lantang)

Hana, kamu lagi melamun ya?

HANA

(sedih)

Oh, emm.. iya, sedikit. Aku sedang berpikir ini baru pertama kalinya aku bertengkar dengan seseorang. Bertengkar dengan teman sendiri dan kakak juga..

ZENO

(bertanya sambil masih menyetir motor)

Apa yang kamu rasakan tentang pertengkaran itu?

 

Hana berpikir sejenak.

 

ZENO

(menebak)

Sedih dan kesal sendiri kan?

 

Tanpa sadar Hana mengiyakannya. Ia mendengar Zeno tertawa kecil.

 

ZENO

(memberi nasehat)

Sudah kuduga itu yang kamu rasakan. Semua orang pasti juga mengalami fase itu. Jalan keluarnya dengan meredakan ego diri kita sendiri dan meminta maaf padanya. Mengalah untuk meminta maaf duluan itu berarti memiliki niat baik demi menghubungkan kembali tali persaudaraan yang terputus.

 

Hana memikirkan perkataannya dalam-dalam.

 

HANA

(V.O.)

Memang benar kak Haru patut disalahkan karena sudah menyumpahi calon adik bayi kita. Tetapi aku juga salah karena sudah meneriakinya. Apakah mungkin aku harus meminta maaf padanya?

ZENO

(berbicara lagi)

Tetapi kalau masalahnya temannya nggak mau memaafkan, itu beda cerita. Bersikap biasa saja padanya dan tunggu pada masanya dia akan merasa malu sendiri padamu. Mungkin saja suatu hari nanti kalian akan dekat dan berbicara seperti dulu lagi.

HANA

(V.O.)

Apa Zeno tahu ya kalau permasalahan aku dan Zuna masih belum selesai? Aku akui Zeno itu cowok yang baik, ramah dan paling peka. Dia selalu membuat aku merasa nyaman di dekatnya. Dia juga tidak segan membantuku untuk memberikan jalan keluar di setiap permasalahan yang aku hadapi. Dia memang teman yang sangat baik. Zuna beruntung sekali memiliki kakak seperti dirinya.

 

96.   INT. TEMPAT PARKIR DI MAL – SORE

 

ZENO

(santai)

Nah, sudah sampai. Ayo, turun, Han.

 

Hana segera turun dari motor. Ia baru menyadari bahwa mereka sudah tiba di parkir motor. Setelah memarkir motornya, Zeno berjalan duluan. Hana segera mengikutinya dari belakang. Lalu Zeno berbalik sembari menahan tawa.

 

ZENO

(menahan tawa)

Kenapa kamu malah jalan dibelakangku? Ayo!

 

Zeno menengadahkan tangannya pada Hana. Jantung Hana agak berdebar. Namun ia segera menepis perasaan sesaat itu. Dengan ragu, Hana menerima uluran tangannya. Zeno tersenyum pada Hana dan menggandeng tangannya hingga masuk ke dalam mal. 

 

CUT TO:

 

97.   INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG SANTAI KELUARGA – SORE

Adiguna sedang menyesap kopinya dengan nikmat. Matanya tidak lepas dari variety show yang ada di televisi. Sedangkan Nobuko sudah berhenti merajut dan melirik ke arah jam dinding. Dia menghitung sudah berapa jam kepergian anaknya. Sebenarnya dia tidak khawatir sama sekali kepada Hana karena ia merasa kalau Zeno pasti akan menjaganya dengan baik.

 

NOBUKO

(V.O.)

Aku mulai memahami bahwa kehidupan yang dijalani oleh Hana kian membaik. Dia memiliki seorang papa yang menyayanginya dan teman-teman yang baik padanya. Aku berharap kalau Zeno bisa menjadi cinta pertama anakku. Mereka akan terlihat seperti pasangan yang serasi.

NOBUKO

(membuka topik)

Hana sering sekali pergi bersama dengan Zeno ya, pa?

 

Adiguna menganggukkan kepala sambil menyesap kopinya lagi.

NOBUKO

(menebak)

Kayaknya mereka tuh lagi pendekatan deh, pa.

 

Adiguna langsung terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan istrinya. Dia meletakkan gelas kopi tersebut di atas meja. Adiguna hampir tidak percaya jika Nobuko berpikir ke arah sana.

 

ADIGUNA

(V.O.)

Aku malah melihat Hana dan Zeno sudah seperti saudara. Mereka selalu belajar dan pergi bersama. Keduanya juga rukun, tidak pernah bertengkar. Memang sih saat Hana turun dari tangga tadi, mata Zeno tidak lepas memandang Hana. Tetapi aku tidak pernah berpikir jika suatu saat nanti Hana akan berpacaran dengan Zeno.

ADIGUNA

(berpendapat)

Mama tahu dari mana? Toh, Hana kelihatan biasa-biasa ajah.

NOBUKO

(yakin)

Papa gimana sih? Tadi nggak lihat kalau Zeno terpesona dengan kehadiran Hana. Mereka seperti ada apa-apanya. Mama yakin sebentar lagi mereka akan resmi berpacaran.

ADIGUNA

(tertawa terbahak-bahak)

Hahaha.. mama seperti peramal saja.

ADIGUNA

(V.O.)

Kalaupun itu terjadi, rasanya tidak akan menjadi masalah. Toh, orang tua Zeno juga berteman baik denganku. Zeno juga dikenal sebagai siswa yang teladan dan sangat sopan. Dia pasti bisa menjaga putriku dengan baik.

NOBUKO

(tersenyum)

Eh, Haru. Sudah selesai makan ya?

 

Adiguna agak terkejut mendengar Nobuko memanggil nama anak pertamanya. Dia langsung melihat ke arah Haru yang baru saja menuruni tangga sambil membawa nampan berisi piring yang kosong.

 

98.   INT. RUMAH ADIGUNA – SIANG

FLASHBACK

Diam-diam Nobuko merasa kagum pada anak tirinya itu. Sejak hari pertama dia datang, Haru tidak pernah makan bersama dengan keluarganya. Nobuko pun berinisiatif untuk memberikan makanan dengan nampan dan diletakkan di depan kamar Haru. Ternyata Haru menerima makan pemberiannya dan mencucinya sendiri setelah makan. Haru yang terlihat cuek sekalipun tetap menjaga kebersihan.

 

CUT BACK TO:

 

 

99.   INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG SANTAI KELUARGA – SORE

Nobuko tahu kalau Haru akan mencuci piringnya. Makanya dia menyiapkan pertanyaan dengan harapan Haru akan menanggapinya.

 

HARU

(menjawab singkat)

Ya.

 

Setelah berkata seperti itu, Haru pergi ke dapur. Ia mencuci piringnya disana. Nobuko masih tidak percaya kalau Haru menjawab pertanyaannya. Walaupun hanya sebatas kata ‘ya’. Namun hal itu sangat berarti baginya. Setelah mencuci piring, Haru hendak menaiki tangga. Nobuko memanggilnya lagi.

 

NOBUKO

(senang)

Mau makan melon? Nanti akan mama bawakan ke lantai atas.

HARU

(menjawab singkat)

Tidak, terima kasih.

 

Setelah Haru menaiki tangga dan memasuki kamarnya, Nobuko masih terpaku dengan mata berkaca-kaca. Adiguna juga menyadari hal itu. Ia juga tidak menyangka jika anaknya mulai menanggapi keberadaan ibu tirinya. Dia meletakkan remot tivinya di atas meja dan segera memeluk istrinya yang kemudian menangis sesenggukkan.

 

NOBUKO

(menangis sesenggukkan)

Apa aku boleh merasa sebahagia ini, pa?

 

Adiguna mencoba menenangkannya. Ia juga merasa bahagia setelah melihat Haru yang muai terbuka dengan keluarga barunya.

 

CUT TO:

 

100.   INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG SANTAI KELUARGA – MALAM

Sesampainya di rumah, Hana menyalami Adiguna dan Nobuko yang sedang menonton televisi bersama. Hana merasa senang karena tadi menemukan gelang rajut yang sangat lucu. Ia membelinya untuk dirinya dan Haru. Gelang miliknya berwarna merah muda dan putih. Sementara gelang milik Haru berwana ungu tua dan merah bata.

 

HANA

(bergumam)

Pasti cocok sekali kalau dikenakan oleh kak Haru.

 

101.  INT. LANTAI 2 – MALAM

Hana menaiki tangga sembari bersenandung. Ia berniat meminta maaf pada Haru dan memberikan hadiah untuknya. Tak disangka Hana malah menemukan Haru berdiri sambil bersandar di pintunya seperti tadi.

 

HANA

(V.O.)

Apakah sedari tadi kak Haru menungguku?

HANA

(tulus)

Kak Haru, aku minta maaf karena kemarin sudah membentak kakak. Tapi kakak harus janji tidak boleh berkata seperti itu lagi ya.

 

Ekspresi Haru yang begitu rumit, kini berubah seperti merasa lega. Hana pun tersenyum karena merasa bahwa saran dari Zeno begitu membantu hubungannya dengan Haru.

 

HANA

(V.O.)

Aku hanya tinggal menyerahkan gelang pemberianku ini. Dia pasti akan merasa senang.

 

Saat Hana hendak merogoh saku celana, tiba-tiba Haru menarik Hana ke dalam pelukannya. Dengam masih terkejut, Hana berusaha melepaskan pelukan darinya. Namun Haru tidak melepaskan pelukannya. Dada Hana kian berdebar-debar. Ia tidak tahu kenapa Haru memeluknya seperti itu.

 

HARU

(berbicara pelan)

Aku janji tidak akan mengatakannya lagi. tapi kamu juga harus janji untuk menjauhi Zeno.

 

Perkataan Haru membuat Hana begitu sulit untuk memahaminya.

 

HANA

(V.O.)

Kenapa kak Haru menyuruhku untuk menjauhi Zeno? Atas dasar apa dia menyuruhku untuk menjauhi temanku yang pada dasarnya juga pernah menjadi teman terdekatnya?

 

Hana segera melepas paksa pelukan Haru.

 

HANA

(V.O.)

Aku benar-benar tidak mengerti kak Haru. Aku tidak menyangka setelah memelukku dia malah berkata seperti itu. Aku benar-benar benci kak Haru!

HANA

(berseru)

Tidak! Aku tidak akan menelan janji itu begitu saja! Lagipula Zeno itu temanku! Teman kak Haru juga! Kenapa kakak malah menyuruhku untuk menjauhinya?!

HANA

(V.O.)

Jujur, aku begitu ingin tahu kenapa kak Haru memintaku berjanji padanya untuk menjauhi Zeno. Aku ingin mendengar kak Haru menjelaskannya padaku. Apa maksud dari perkataannya dan apa arti dari pelukannya tadi.

 

Namun tidak disangka, Haru malah melempar sapu tangan di wajah Hana. Sapu tangan berwarna merah muda itu terjatuh di lantai. Hana pun menyadari bahwa sapu tangan itu milikku dan segera mengambilnya.

 

HARU

(cuek)

Sudah ku cuci. Thanks!

 

Hana benar-benar merasa kesal dengan Haru. Haru malah berbalik begitu saja seakan-akan masalah diantara mereka telah selesai. Hana mengambil gelang yang tadi ia beli untuknya dan dilemparnya hingga mengenai punggung Haru.

 

HANA

(kesal)

Itu untuk kakak. Pakai kalau suka. Kalau nggak suka, buang saja!

 

Haru pun berbalik dan melihat gelang yang sudah berada di lantai. Hana sudah tidak mempedulikannya lagi. Dengan segera Hana menutup pintu kamar dengan kasar.

 

HANA

(kesal)

Aku benar-benar kesal dengan kak Haru! Aku benci karena harus selalu merasa panas-dingin di dekatnya. Dengan seenaknya merasuki hatiku dan membuatku berdebar. Dasar kak Haru bodoh!

 

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar