Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
3. Aku Baik-Baik Saja

10. EXT. SMA NEGERI SATU GRESIK / TEMPAT PARKIR SEKOLAH

Haru memarkir sepeda motor ninjanya di tempat parkir sekolah. Ia agak sedikit terkejut melihat seseorang menunggu di sampingnya. Namun setelah ia mengetahui siapa orang yang sedang menunggunya itu, ia turun dari motor dan meninggalkannya. Namun tanpa disangka orang itu mengikutinya dari belakang.

 

ZUNA

(berseru)

Haru! Haru!

 

Haru pun menghentikan langkahnya. Kini mereka berdua saling berhadapan.

 

ZUNA

(penasaran)

Aku dengar adikmu akan bersekolah di tempat kita. Apa benar?

 

Haru mendengus kesal.

 

HARU

(kesal)

Zuna, aku tidak peduli apapun tentangnya dan juga dirimu. Jangan hanya karena aku merasa bersalah pada dirimu, kamu seenaknya mendekatiku.

ZUNA

(sedih)

Aku tidak memintamu untuk merasa bersalah kepadaku. Aku hanya ingin tahu tentang adik tirimu itu.

HARU

(merasa kesal dengan nada lebih tinggi)

Kalau ingin tahu langsung samperin orangnya. Dia nggak ada kaitannya sama aku! Paham?!

 

Setelah mengatakan hal itu, Haru melanjutkan perjalanannya. Seseorang menarik tangan Zuna. Ia pun tergagap saat melihat kakaknya menatapnya penuh kemarahan.

 

ZENO

(marah)

Sudah kakak bilang, jangan berhubungan lagi dengannya! Dia itu cuma anak berandal dan egois. Dia sudah tidak mempedulikan kita lagi. Terutama kamu! Orang tua kita sudah menyuruhmu untuk menjauhinya. Dia hanya membawa pengaruh buruk, dik!

ZUNA

(membela diri)

Tapi kak, kalau kita bisa berteman dengan adiknya, kenapa tidak dengan kakaknya? Apa yang akan dipikirkan nanti oleh Haru atau ayahnya?

ZENO

(amarahnya sedikit menurun)

Dengar dik, ayahnya saja sudah tidak mempedulikan apa yang dilakukan Haru sekarang. Jadi apa bedanya kita dekat atau jauh darinya? Toh, dia sendiri yang menjauh duluan dari kita. Padahal kita sekelas dengannya. Tetapi dia seperti hidup di dunianya sendiri.

 

Kini Zuna yang berbalik marah pada kakaknya. Ia melepaskan cengkeraman tangan kakaknya dengan kasar. Keduanya saling menatap dengan mata nyalang.

 

ZUNA

(berbalik marah)

Itu semua karena ibunya sudah tiada. Dia sendirian, kak. Kita sebagai sahabatnya seharusnya tetap berada di sisi dia. Bukannya menjauh kayak gini!

 

Zuna mengakhiri pembicaraannya dan segera pergi meninggalkan kakaknya. Zeno pun terpaku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh adiknya barusan.

 

ZENO

(sedih)

Andai kamu tahu dik, aku juga ingin berada di sisinya lagi. Tapi hatinya sudah seperti sekeras batu yang sulit sekali diruntuhkan.

 

CUT TO:

 




11. RUMAH ADIGUNA / LANTAI 2 / LANTAI 1 – SIANG

Siang itu Hana sudah bersiap-siap untuk pergi ke pasar. Hana senang sekali karena Haru yang akan mengantarkannya membeli seragam sekolah. Hana sudah membayangkan macam-macam kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan nanti. Mereka akan memilih seragam sekolah, membeli es krim, dan tertawa bersama.

 

HANA

(penasaran)

Semenjak aku ada di rumah ini aku tidak pernah melihat kak Haru tertawa sekalipun. Apa mimpiku itu akan menjadi kenyataan?

 

Terdengar suara pintu kamar yang terbuka dari luar. Hana merasa kalau Haru sudah selesai berganti baju. Hana segera membuka pintu kamar.

 

HANA

(V.O.)

Ternyata benar! Kak Haru sudah menungguku di depan pintu kamarnya. Kak Haru mengenakan jaket hodie berwarna kelabunya lagi. Apa dia sesuka itu ya dengan jaketnya?

 

HANA

(memuji)

Kak Haru karen!

 

Hana berseru sambil menunjukkan dua jempol di depannya. Dia mengerutkan kening.

 

HANA

(kaget)

Ah, apa ada yang salah?

HANA

(canggung)

Oh keren! Hari ini Kereeennn!

 

Haru malah memutar kedua bola matanya dan menuruni tangga. Hana pun kebingungan dan segera mengambil tas. Lalu ikut menuruni tangga.

 

HANA

(berseru sambil tergesa-gesa)

Kak, tunggu!

 

Karena Hana menuruni tangga terlalu cepat, ia kembali bertabrakkan dengan punggung Haru. Ia merasakan aroma wangi dari jaket Haru. Hana pun segera berdiri melangkah mundur. Tidak ingin Haru marah-marah lagi.

 

NOBUKO

(tersenyum kalem)

Wah, sudah mau berangkat ya. Hati-hati di jalan ya.

 

Nobuko berjalan menghampiri mereka. Namun Haru langsung pergi keluar rumah begitu saja.

 

NOBUKO

(mengingatkan)

Hana, salim mama?

 

Hana menepuk kening karena hampir lupa.

  

DISSOLVE TO:


FLASHBACK

Semenjak tinggal di rumah ini, Adiguna mengajarkan Hana cara menyalami orang yang lebih tua yaitu dengan mencium punggung tangannya. Lama-lama hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka di rumah ini.

 

CUT BACK TO:

 

12. EXT. DI DEPAN RUMAH ADIGUNA - SIANG

Usai mencium tangan dan pipi Nobuko, Hana segera berlari menyusul Haru.

 

 

HANA

(berseru sambil berjalan mundur)

Aku berangkat dulu ya, ma. Aku sayang mama!!!

 

Hana melihat Haru menyalakan mesin motornya

 

HANA

(lega)

Fhuh, untung saja aku memakai celana. Kalau aku pakai rok seperti biasanya, bisa-bisa rok yang aku kenakan akan berkibar.

 

Hana pun menepuk keningnya lagi karena teringat satu hal.

 

HANA

(panik)

Duh! Kak, kamus saku di meja!

 

Hana berusaha berbicara sejelas mungkin. Ia berbalik hendak kembali ke kamar, namun Haru menarik tangannya. Haru melempar helm ke arahnya. Secara cekatan Hana langsung menangkapnya.

 

HARU

(mengejek)

Masa ngomong bahasa Indonesia ajah nggak bisa. Tinggal disini tapi ngomong masih pakai kamus! Malu-maluin!

 

Walaupun Hana tidak sepenuhnya memahami perkataan Haru, tetapi entah kenapa rasanya begitu menusuk ke hati.Hana memutuskan untuk mengenakan helm dan naik motor di belakang Haru. Ia mencoba berpegangan di kedua sisi pinggang Haru. Secara tiba-tiba Haru memindahkan kedua tangan Hana hingga melingkar di pinggangnya. Debaran itu muncul tiba-tiba.

 

HANA

(V.O.)

Ternyata kak Haru baik juga. Nggak ingin aku terjatuh.

 

Haru mulai menjalankan motornya. Tidak disangka akan sekencang itu. Hana semakin mempererat tangannya. Berharap untuk tidak terjatuh.

 

CUT TO:

 

13. INT. PASAR GRESIK - SIANG

Beberapa puluh menit kemudian mereka sampai di pasar. Hana begitu terkesan karena Haru yang membantunya berbicara di toko seragam sekolah. Hana tidak menyangka kalau Haru sebaik itu. Saat seragam barunya dibungkus, Hana merasa kagum dengan model seragamnya yang berwarna putih dan roknya berwarna kelabu yang ukurannya panjang semata kaki. Ada dasi dan topi juga.

 

HANA

(kagum)

Kawaiii...

 

CUT TO:

 

14. EXT. PASAR - SORE

Setelah selesai berbelanja, Hana melihat ada penjual es krim.

 

HANA

(manja)

Kak, es krim, ya ya ya?

 

Hana mencoba menarik-narik jaket Haru sambil menunjukkan wajah imut. Akan tetapi Haru tidak menggubrisnya. Haru tetap berjalan ke arah parkir motor.

 

HANA

(berteriak)

TELPON PAPA YA?!!
 

Haru segera berbalik dengan ekspresi terkejut. Ia menengok kanan-kiri melihat orang-orang di sekitar. Hana segera menutup mulutnya karena baru tersadar kalau dia berteriak terlalu keras. Haru menarik tangan Hana hingga sampai ke penjual es krim. Dia juga yang membayar es krimnya.

 

HANA

(sambil makan)

Loh, kak Haru.. tidak beli?

HARU

(kesal)

Udah! Cepat habisin tuh es krim! DASAR BERMUKA DUA! MANJA LAGI!

HANA

(menggoda)

Duh, jangan marah. Nih! Coba!

 

Hana menyodorkan es krim pada Haru, namun Haru menolaknya. Hana menyodorkannya lagi, akan tetapi Haru tetap menolaknya. Tanpa disangka tarik-ulur itu berakhir dengan es krim yang mengenai jaket hodie Haru. Wajah Haru mulai memerah. Hana langsung menarik es krim itu dengan ketakutan.

 

HARU

(berteriak)

AAAAAARGH!!!!!

HANA

(takut dengan nada bergetar)

Kak, ma.. ma.. maaf..

 

Kemudian Haru berbalik pergi.

 

HANA

(kaget)

Kak Haru kemana?!

HARU

(marah)

Kamar mandi! DASAR MENYEBALKAN!

 

Hana segera mengikutinya dari belakang. Tapi Haru tahu itu dan semakin marah padanya.

 

HARU

(marah dengan nada tinggi)

JANGAN IKUTI AKU!

 

Hana memutuskan untuk menunggu Haru di kursi penjual es krim. Hana merasa bersalah karena sudah membuat Haru semakin marah.

 

HANA

(sedih)

Padahal sebelumnya aku merasa kalau hubungan kami sudah mulai dekat. Tetapi ternyata aku mengacaukan segalanya. Kalau kak Haru sudah kembali, aku akan meminta maaf padanya lagi.

 

JUMP CUT TO:

 

Tiga puluh menit. Satu Jam. Dua Jam. Lima jam.

 

HANA

(bingung)

Kenapa kak Haru lama sekali berada disana?

TUKANG ES KRIM

(kalem)

Mbak, maaf. Kursinya mau bapak ambil. Soalnya bapak mau pulang.

 

Tukang es krim menunjuk kursi yang Hana duduki. Hana segera beranjak dari kursi tersebut.

 

HANA

(canggung)

Terima kasih, pak.

TUKANG ES KRIM

(penasaran)

Hari sudah malam. Tapi kok mbaknya belum pulang?

HANA

(tidak paham)

Ap.. apa?

TUKANG ES KRIM

(bertanya lagi)

Kenapa belum pulang?

HANA

(tersenyum canggung)

Ah, ano.. tunggu kakak.

 

Tukang es krim itu manggut-manggut saja. Setelah itu ia pergi mendorong gerobak es krimnya. Hana kembali melihat ke arah dimana terakhir kali Haru pergi.

 

HANA

(cemas)

Kenapa kakak belum kembali. Padahal hari sudah semakin gelap. Aku harus bagaimana?

 

Hana melihat kanan-kiri. Orang-orang memiliki kesibukannya sendiri. Tiba-tiba saja Hana merasa takut.

  

DISSOLVE TO:

 

15. INT. RUMAH HANA DI NAGOYA - MALAM

HANA

(O.S. / FLASHBACK)

Ingatan akan ‘orang itu’ muncul lagi. Setelah puas memukuliku, ia segera menarik kaki ku seperti menyeret binatang dan memasukkanku ke dalam kamar mandi dengan lampu dimatikan. Sebelum pintu kamar mandi ditutup, aku melihat mama berusaha bangkit dan menahan rasa sakitnya untuk segera menolongku. Lalu pintu dikunci begitu saja. Hanya ada aku dan kegelapan.


CUT BACK TO:


16. EXT. PASAR – MALAM

HANA

(ketakutan)

Ma.. mama.. mama!!!

 

Hana segera menunduk sembari menutup wajahnya rapat-rapat. Tiba-tiba saja seseorang memeluknya sangat erat. Hana pun segera membuka mata dan menghapur air mata yang sedari tadi menyeruak.

 

NOBUKO

(cemas)

Hana! Hana! Kamu tidak apa-apa, sayang?!”

 

Hana baru tersadar kenapa Nobuko tiba-tiba saja berada disini. Bersama dengan Adiguna juga.

 

NOBUKO

(semakin cemas)

Hana! Jawab mama, sayang?!”

 

Nobuko menggoncang-goncangkan tubuh Hana dengan keras. Tetapi Hana tidak merasakan jiwanya terulur ke dalam relung tubuhnya. Dirinya masih merasakan getaran pada kedua tangannya.

 

ADIGUNA

(khawatir)

Nobuko, ayo kita bawa pulang Hana.

 

CUT TO:

 

17. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – MALAM

Adiguna dan Nobuko merangkul pundak Hana secara bersamaan. Mereka pun berjalan memasuki mobil dan melaju sampai kembali ke rumah. Hana berusaha untuk menenangkan dirinya. Tetapi dirinya masih terasa kosong. Ingatan itu masih terus berputar-putar di ingatannya. Tiba-tiba saja suara tamparan keras sedikit menyadarkan Hana. Ia melihat Adiguna menampar pipi Haru. Matanya terbelalak. Entah kenapa tubuh Hana bergerak sendiri dan memeluk Haru.

 

HANA

(dengan nada bergetar)

Kak Haru! Kemana saja? Maaf ya, kak!

 

Haru melepaskan pelukan Hana dan mendorongnya hingga terjerembab ke lantai. Hana mendengar suara tamparan lagi.

 

ADIGUNA

(marah besar)

KAMU MASIH TIDAK MENGERTI YA?!! SEKARANG PAPA TANYA, KENAPA KAMU MENINGGALKAN ADIKMU SENDIRIAN DISANA?! SUDAH GILA KAMU YA?!!

HARU

(mengejek)

Cih, yang gila itu papa.

ADIGUNA

(semakin marah)

APA KATAMU?!

HARU

(marah)

YANG GILA ITU PAPA! BARU SETAHUN BERDUKA, MALAH UDAH CARI ISTRI LAIN! APA MASIH BELUM CUKUP BUAT MENYAKITI HATI IBU?! NURANI ITU DIPAKAI!

 

‘PLAAKKK!!!’ tamparan kian tamparan terus terjadi. Nobuko membantu Hana untuk berdiri dan hendak membawanya ke lantai atas. Akan tetapi Hana tidak tega melihat Haru ditampar berkali-kali oleh Adiguna seperti itu. Hana segera berbalik dan menghentikan tangan Adiguna yang hendak memukul Haru lagi.

 

HANA

(menangis)

Sudah, papa. Jangan, papa. Jangan seperti... orang itu.

 

Hana berusaha menatap wajah Adiguna yang masih penuh dengan amarah. Namun setelah mereka berdua saling bertatapan, Adiguna segera memeluk Hana sembari menepuk-nepuk punggungnya pelan. Hana merasakan amarah Adiguna kian mereda.

 

ADIGUNA

(berusaha meredam amarah)

Maafkan kakakmu. Maafkan papa juga ya, nak.

HANA

(mencoba memaksakan senyum dalam tangis)

Aku baik-baik saja kok, pa. Aku baik-baik saja.

 

FADE OUT

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar