Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
2. Masa Lalu Nobuko

FADE IN:


DISSOLVE TO:



5. INT. RUMAH ADIGUNA (RUANG DAPUR) - PAGI

NOBUKO

(V.O. / FLASHBACK)

Namaku Nobuko Asuka. Seorang ibu rumah tangga yang begitu sayang pada keluarga kecilnya. Saya terlahir sebagai anak yatim piatu. Sejak kecil saya ingin sekali merasakan bagaimana hangatnya sebuah keluarga. Di usiaku yang ke-dua puluh, saya bertemu dengan seorang pria dari Indonesia. Kami berkenalan di tempatku bekerja, kedai udon miso-nikomi. Makanan itu juga menjadi makanan kesukaan pria itu. Setelah melakukan pendekatan selama tiga tahun, akhirnya kami menikah. Setahun kemudian, lahirlah Hana Asuka. Sejak kecil Asuka adalah anak yang ceria. Walaupun ia selalu bercerita dengan wajah sedih karena teman-temannya selalu melihatnya dengan tatapan aneh dikarenakan warna rambutnya yang beruban. Dokter mengatakan hal itu dikarenakan genetik atau bisa disebut juga premature graying of hair. Akan tetapi kami selalu menghiburnya. Namun kehangatan keluarga itu tidak berlangsung lama. Setelah Hana berusia 12 tahun, perusahaan game milik suamiku mengalami kebangkrutan. Hal itu membuat perubahan dari hidup keluargaku. Saya harus bekerja lagi untuk menghidupi keluarga. Sementara itu kutitipkan Hana pada suami. Akan tetapi ternyata suamiku malah semakin depresi dan terus mabuk-mabukkan di rumah. Ia juga menelantarkan Hana. Saya cukup bersabar untuk bisa terus bangkit demi keluarga. Setiap kali saya menyiapkan seragam sekolah Hana dan meninggalkan mereka bekerja, suamiku malah membuang seragam Hana di wastafel dan menyiramnya dengan minuman keras. Tentu saja Hana menangis melihat perbuatan ayahnya. Setiap Hana mencoba menghentikan aksi ayahnya dengan tangan kecilnya, ia malah dipukuli sampai lebam. Akhirnya ia pergi ke sekolah dengan seragamnya tersebut. Gurunya melaporkan tubuh Hana yang lebam disertai bau akohol yang menyeruak dari tubuhnya padaku. Sampai akhirnya saya bertengkar dengan suamiku. Bertahun-tahun lamanya saya dan Hana sering dipukuli olehnya. Sampai pada akhirnya Adiguna bertamu ke rumah kami saat suamiku tertidur. Saya menumpahkan semua keluh kesahku hingga akhirnya Adiguna memutuskan untuk mengakhiri penderitaanku. Ya, lamaran Adiguna dengan janji akan memberikan kehidupan yang hangat dan bahagia seperti yang dulu saya impikan.

 

NOBUKO

(senang)

Nah, akhirnya!

 

CUT BACK TO:


6. EXT. LINGKUNGAN PERUMAHAN / INT. RUMAH BU HERMAWAN (RUANG TAMU) - PAGI

Nobuko dan Hana membuat beberapa nasi goreng untuk tetangga-tetangga terdekatnya. Mereka pun membagikan satu-persatu secara bergantian. Hingga akhirnya rumah terakhir yang akan didatangi oleh Nobuko adalah rumah bu Hermawan. Rupanya beliau baru saja selesai menyapu halaman rumahnya. Bu Hermawan mempersilakan Nobuko untuk masuk ke dalam rumah.

 

BU HERMAWAN

(senang)

Terima kasih loh nasi gorengnya pasti muantep rasanya!
 

Bu Hermawan mencium aroma nasi goreng yang telah diterimanya. Setelah mempersilakan Nobuko untuk duduk di kursi ruang tamu, bu Hermawan menyajikan minuman teh hangat dan beberapa cemilan di toples.

 

NOBUKO

(tersenyum)

Sama-sama. Lebih enak lagi kalau dimakan selagi panas, bu Her.

BU HERMAWAN

(tertawa kecil)

Oh ya ... Coba aku cicipin dulu.

 

Bu Hermawan menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya dan mengunyahnya dengan nikmat. Beliau mengacungkan jempolnya. Nobuko merasa lega jika ternyata bu Hermawan menikmati masakannya.

 

BU HERMAWAN

(membuka topik)

Biasanya ibu-ibu sini itu memanggil saya bu erte, bu Hermawan, bu Mita. Oh ya, nama Mita itu nama gadis saya. Terus bu Adiguna memanggil saya bu Her. Eh, tapi boleh kan saya memanggil ibu itu bu Adiguna? Eh, eh, bagaimana kalau aku memanggil kamu Nobuko saja? Boleh kan?

NOBUKO

(terkejut)

Hee ....

BU HERMAWAN

(riang)

Biar makin klop. Kamu juga bisa manggil saya Mita.

NOBUKO

(tersenyum canggung)

Bo ... Boleh, bu ...

 

Nobuko merasa kagum dengan keramahan bu Hermawan. Bahkan beliau bisa dengan mudah mendekat padanya.

 

BU HERMAWAN

(mendadak canggung)

Ehm, Nobuko. Maaf nih kalau saya bertanya tentang hal yang sedikit pribadi.

NOBUKO

(kalem)

Ya, tentang apa?

 

Bu Hermawan tampak sedikit tidak nyaman. Ia menggeser duduknya lebih dekat dengan Nobuko.

 

BU HERMAWAN

(berhati-hati)

Sebenarnya kenapa rambut Hana berwarna abu-abu?

 

Pertanyaan bu Hermawan membuat Nobuko menelan ludah. Sudah pasti orang yang tidak tahu akan menanyakan hal itu.

 

BU HERMAWAN

(penasaran)

Apa itu cat rambut? Karena kalau sudah sekolah kan rambutnya nggak boleh berwarna.

NOBUKO

(sedikit canggung)

Sejak lahir rambut Hana berwarna abu-abu. Dokter mengatakan kalau rambutnya mengalami kelainan genetik. Saya tidak pernah tahu apakah ada yang pernah mengalami hal yang sama dari garis keluarga saya. Saya tidak mengetahuinya sama sekali karena saya ditemukan dan tumbuh besar di panti asuhan. Sedangkan dari keluarga besar mantan suami saya juga tidak ada yang mengalami rambut beruban seperti Hana. Jadi kemungkinan besar dari keluarga saya.

BU HERMAWAN

(memahami)

Oh jadi begitu ya ...

 

Nobuko menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang sedikit kaku. Ia tidak ingin anaknya dipandang sebelah mata. Namun ia juga tidak ingin apabila Hana harus dikasihani oleh orang lain. Jadi lebih baik menjelaskannya secara detail kepada orang yang belum mengetahuinya.

 

BU HERMAWAN

(tersenyum kembali)

Eh, kalau begitu Hana akan bersekolah dimana?

NOBUKO

(sambil berpikir)

Saya masih belum tahu sih. Belum dibicarakan dengan suami saya.

 

Tiba-tiba saja bu Hermawan menepuk kedua tangannya dengan wajah sumringah.

 

BU HERMAWAN

(sumringah)

Hah, kalau boleh saran sih ... gimana kalau Hana bersekolah di tempat yang sama dengan Zeno dan Zuna?

NOBUKO

(terkejut)

Sekolah yang sama?

BU HERMAWAN

(memberitahu)

Iya! Sekolah negeri tempat Haru bersekolah juga! Dulu almarhumah bu Adiguna juga menempatkan anak-anak kami di satu sekolah supaya bisa lebih akrab.

NOBUKO

(sambil berpikir)

Hmm.. menurut saya itu ide yang bagus. Kalau begitu saya akan membicarakan hal ini dengan suami saya dulu.

BU HERMAWAN

(sumringah)

Iya, Nobuko. Semoga pak Adiguna juga setuju ya!

 

Bu Hermawan sembari menepuk-nepuk punggung Nobuko dengan wajah gembira.

 

NOBUKO

(V.O.)

Saya harap Hana dapat memiliki kehidupan yang baik disini dan bisa lebih dekat dengan kakak tirinya, Haru.

 

FADE OUT


FADE IN:

7. INT. RUMAH ADIGUNA / LANTAI 2 – PAGI

Hari-hari telah berlalu. Namun tidak pernah sekalipun Haru keluar dari kamarnya, kecuali saat berangkat sekolah dan mengambil makanan di dapur. Ia seperti hidup sendirian di dunia ini. Bahkan Hana sampai menyadari apakah Haru tidak pernah merasa kesepian? Sengaja Hana membuka pintu lebar-lebar agar dapat melihat Haru setiap harinya. Namun tentu saja Hana juga melakukan aktivitas lainnya, seperti menggambar manga ataupun merajut. Ia selalu melakukannya di dekat pintu kamar.

JUMP CUT TO:

Suatu hari Hana segera berdiri di depan pintu ketika melihat Haru keluar dengan mengenakan seragam putih dan celana abu-abu sembari menggantung tas di pundak kanannya.

HANA

(sumringah)

Selamat pagi, kak Haru!

 

Haru sedang mengunci pintu kamarnya. Dengan segera Hana membuka kamus saku yang sedari tadi ia pegang.

HANA

(melambaikan tangan)

Selamat.. bersenang-senang di sekolah!

 

Haru meliriknya sebentar. Lalu melengos dan pergi ke lantai bawah.

 

ADIGUNA

(berteriak memanggil)

Hanaaa ... !

 

Hana agak terkejut mendengar suara panggilan Adiguna dari lantai bawah. Hana segera menutup pintu kamar dan menuruni tangga. Disana Adiguna dan Nobuko sedang sarapan dan Haru berdiri tidak jauh dari bawah tangga.

 

HANA

(bertanya sambil menuruni tangga)

Ya, pa?

ADIGUNA

(agak canggung)

Nanti siang kak Haru akan menemani kamu berbelanja seragam sekolah di pasar ya.

HANA

(kaku)

Se ... seko ... lah?

 

DISSOLVE TO:


8. INT. TOILET PEREMPUAN DI SEKOLAH NAGOYA, JEPANG - SIANG


FLASHBACK

Bayangan masa lalu kini kembali lagi. Tubuh Hana yang diinjak-injak dan kepalanya yang terperosok sampai di lantai membuat ingatannya tentang sekolah kembali lagi.

 

CUT BACK TO:

 

9. INT. RUMAH ADIGUNA / LANTAI 1 – PAGI

Hana tidak mampu menahan tengkuk kaki yang gemetar dan hampir terjatuh dari tangga. Untungnya Hana berpegangan di pundak Haru. Ia berbalik dan menatap Hana dengan tajam. Hana segera melepaskan pegangan darinya.

 

NOBUKO

(khawatir)

Kenapa, Hana? Wajahmu pucat sekali.

 

Nobuko langsung mendekati Hana dan memeluknya.

NOBUKO

(meyakinkan)

Tenang saja. Tidak akan terjadi apapun padamu lagi. Mama janji!

HARU

(menyindir dengan kesal)

Cih, drama!

 

Hana melirik Haru dari balik pelukan Nobuko. Haru menatapnya dengan penuh prasangka.

 

HARU

(jengkel)

Balik sana ke Jepang. Ngapain hidup numpang disini?!

ADIGUNA

(berteriak)

HARU EINSTEIN!!!

 

Mendengar suara bentakan Adiguna membuat Haru berdecak dan pergi begitu saja keluar rumah. Situasi ini semakin membuat Hana takut. Hana semakin mempererat pelukan mama.

 

HANA

(V.O.)

Bagaimana diriku di sekolah baru nanti? Apakah aku akan mengalami hal yang sama? Bagaimana tidak, kak Haru saja sudah membenciku sampai sebegitunya apalagi teman-teman baruku nanti. Aku merasa seperti seseorang yang paling tidak beruntung di muka bumi ini.

 

CUT TO:



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar