Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
18. Hidup Tidak Terlalu Membosankan

FADE IN:

116. INT. RUMAH BU HERMAWAN / KAMAR ZENO – MALAM

Semalaman Zeno tidak bisa tidur. Dia masih memikirkan kejadian kemarin lusa. Dia menelepon Hana untuk mengajaknya nonton bersama di Icon Mal. Tetapi ternyata Hana memiliki rencana lain. Zeno pikir kalau Hana memiliki rencana lain pergi bersama dengan teman-temannya atau dengan keluarganya.

 

DISSOLVE TO:

 

117. INT. RUMAH BU HERMAWAN / KAMAR ZENO – PAGI

FLASHBACK

Tetapi kemarin pagi, dia melihat Haru berboncengan motor bersama dengan Hana. Kepergian mereka berdua membuat Zeno semakin kepikiran. Dia sampai tidak bisa tidur karenanya. Entah kenapa ada perasaan takut kalau Hana akan direbut hatinya oleh Haru. Zeno tahu kalau mereka berdua adalah kakak beradik. Tetapi entah kenapa dari dalam hatinya berbicara lain. Kedekatan dua bersaudara tiri itu membuatnya pusing kepala. Namun di sisi lain, ia semakin kagum kepada Hana karena ia bisa mewujudkan mimpinya untuk dekat dengan kakaknya. Hana sudah bisa mengambil hati Haru, kakak tirinya. Zeno harap hati itu tidak terambil sepenuhnya dan berubah menjadi cinta.

CUT BACK TO:

 

118. INT. RUMAH BU HERMAWAN / RUANG TAMU – SIANG

ZUNA

(santai)

Kak Zeno mau kemana?

 

Zuna melihat kakaknya sedang bergegas sambil membawa ransel. Zeno memang sebelumnya berencana untuk pergi ke rumah Hana. Tetapi dia urungkan karena hendak menyelesaikan tugas sekolahnya. Setelah selesai nanti, ia akan langsung pergi bertandang ke rumah gadis yang dikaguminya itu.

 

ZENO

(santai)

Mau ngeprint tugas fisika. Kamu sudah selesai ngetik belum tugasnya?

 

Zuna menepuk jidat.

 

ZUNA

(sambil berlari ke kamar)

Aduh, aku lupa ngeprint! Untung sudah ku kerjakan. Kakak, nitip ngeprint yaa!

 

Tak lama Zuna kembali lagi dengan membawa flash disk. Diberikannya flash disk itu pada kakaknya.

 

ZUNA

(senang)

Nama filenya fisika dot fix yee. Makacih kakakku cayaang!!!

 

Zeno mengacak-acak rambut Zuna dengan gemas. Ia tidak tahan jika adiknya berperilaku manis seperti itu. lalu ia langsung berlari kecil keluar rumah sembari cengengesan saat mendengar dumelan adiknya.

 

119. INT. JASA PRINT – SIANG

Tempat Zeno mengeprint tidak jauh dari rumahnya. Tempatnya hanya berada di depan seberang lapangan. Jadi ia hanya tinggal berjalan saja kesana. Sesampainya disana, ia meminta mas-mas jasa printer untuk mengeprint tugas sekolahnya. Dia pun duduk menunggu sambil melihat-lihat sekitar ruangan. Di sampingnya terdapat printer yang sedang bekerja. Namun tidak ada orang di depan komputer dan printer tersebut. Biasanya komputer tersebut disediakan untuk orang-orang yang ingin memperbaiki filenya. Zeno agak terkejut melihat hasil printer tersebut.

 

ZENO

(mengamati foto satu-persatu)

Kenapa ada foto Hana dan Haru disini?

 

Setiap lebarnya terdapat dua buah foto. Zeno bisa melihat raut wajah bahagia dari wajah mereka berdua.

 

ZENO

(V.O.)

Sepertinya kemarin mereka berdua bersenang-senang di tempat wisata.

 

Jujur, Zeno agak iri melihatnya. Ia tidak pernah melihat Hana sebahagia itu jika bersama dengannya. Namun dia juga agak terkejut melihat Haru yang semakin hari semakin menunjukkan sisinya yang dulu. Lalu arah matanya bergeser pada foto yang keluar selanjutnya. Foto itu tergambar sebuah keluarga yang sedang makan malam. Dilihat dari wajah Hana yang lebih mendekat di depan, sepertinya memang sudah jelas jika Hana yang memotret foto tersebut.

 

ZENO

(memandang di sekitar)

Apa Hana sedang berada disini? Dimana dia?

 

Lalu dia melihat-lihat foto-foto itu lagi.

 

HARU

(menyapa)

Zeno?

 

Zeno langsung menelan ludah. Zeno tidak menyangka bahwa ia akan mendengar suara Haru. Ia pun mengangkat wajahnya. Benar saja! Sosok yang memanggilnya adalah Haru. Bukan Hana! 

 

HARU

(senang)

Ngapain disini, Zen? Mau ngeprint juga?

 

Mendengar sapaan Haru dengan wajah cerahnya membuat Zeno ikut merasa lega. Dia kira Haru akan mengajaknya bertengkar lagi.

 

ZENO

(tersenyum canggung)

Anu, iya nih! Aku ngeprint tugas fisikaku dan Zuna.

HARU

(tersenyum)

Oh, gitu.

 

Haru berjalan ke arah tempat printer di sebelah Zeno dan melihat hasil foto yang sudah diprint tadi satu-persatu. Dia pun tersenyum puas melihat hasil foto tersebut. Zeno juga ikut-ikutan melihat hasilnya.

 

ZENO

(tersenyum canggung)

Hasil fotonya bagus. Kalian semua tampak begitu bahagia.

HARU

(tersenyum sambil melihat foto satu-persatu)

Yaah.. aku mulai menyadari kalau ternyata hidup itu tidak terlalu membosankan.

 

Zeno terperangah mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau Haru berkata seperti itu.

 

ZENO

(V.O.)

Semenjak Hana hadir di hidup Haru sudah banyak hal yang terjadi. Berbagai sikap, masalah dan pembangkangan Haru yang semakin menjadi-jadi membuatku ingin memukulinya sampai Haru sadar akan perbuatannya. Tetapi ternyata bukan itu yang harus dilakukan oleh seorang teman. Aku baru sadar kalau seharusnya aku harus berada di sisi Haru di saat dirinya rapuh. Bukan malah menjauhinya hanya karena Haru sudah menjadi biang masalah kala itu. Malahan Hana yang dulunya bukan siapa-siapanya Haru, sekarang dia lah yang bisa mengembalikan Haru seperti di sedia kala. Walaupun gadis itu tahu kalau dia hanya akan selalu mendapatkan makian dari kakak tirinya, akan tetapi Hana lah yang tetap kukuh untuk berada di sisinya. Tidak salah jika lama-kelamaan hatiku semakin luluh dihadapan Hana.

 

Tiba-tiba saja dia terpikirkan suatu cara untuk bisa berteman lagi dengan Haru.

 

ZENO

(berbicara pelan)

Ehm, Haru. Kamu tahu kan kalau sebentar lagi acara pensi.

HARU

(santai)

Oh, ya. Aku tahu. Memangnya kenapa?

ZENO

(tertawa canggung)

Kamu mau nggak jadi vokalis kami lagi? Aku benar-benar kelimpungan dengan orang-orang di sekolah kita yang ingin menjadi vokalis baru. Menurutku mereka semua kurang klop suaranya. Ya, kalau kamu mau..

 

Belum selesai bicara, Haru langsung menepuk pundak Zeno.

 

HARU

(senang)

Hey! Sudah jelas aku mau lah! Sebenarnya aku ingin membicarakan hal ini denganmu. Tetapi aku terlalu malu untuk itu. Aku ingin menyambung tali persaudaraan kita lagi, tapi aku nggak tahu gimana caranya.

 

Zeno tidak menyangka kalau ternyata Haru juga memikirkan tentang anggota band-nya. Bahkan tidak hanya sekedar menjadi vokalis, Haru juga ingin dekat kembali dengan mereka. Tanpa sadar Zeno memeluk erat dan menepuk-nepuk punggung Haru. Air matanya hampir saja menetes.

 

ZENO

(terharu)

Terima kasih, Haru!

 

Setelah berpelukan, Haru meliriknya dengan wajah cemas.

 

HARU

(cemas)

Tapi apa Ridwan, Iwan, dan Eldo mau menerimaku kembali?

 

ZENO

(tersenyum)

Sudah pastilah mereka akan menerimamu. Kan kita saudara, bro!

 

CUT TO:

 

120. INT. RUANG STUDIO MUSIK SEKOLAH – SIANG

ELDO

(kaget)

Apa benar kalau Haru ingin bergabung dengan band kita lagi?

 

Eldo agak terkejut saat mendengar cerita Zeno tentang kejadian kemarin. Dia hampir tidak mempercayai perkataan Zeno karena yang ia tahu Haru tidak seperti dirinya saat mereka terakhir kali bertemu. Begitu pula dengan yang dipikirkan oleh Ridwan dan Iwan. Mereka bertiga agak ragu dengan adanya kabar itu. Mereka tidak tahu harus senang atau haruskah marah saja karena Haru keluar-masuk seenaknya.

 

ZENO

(tersenyum)

Kalian harus tahu. Haru sudah kembali menjadi dirinya sendiri. Sekarang dia tidak sekeras kepala seperti dulu.

 

Ridwan memukul drumnya tidak beraturan. Dia lampiaskan kekesalannya pada drum tersebut.

 

RIDWAN

(berseru dengan nafas menggebu-gebu)

Masa bodoh dengan perilaku kasarnya itu! Gara-gara dia, kita ditegur oleh guru musik karena membuat keributan dengannya disini. Alat-alat musik pun sampai rusak. Kita sampai harus menggantinya!

 

Ridwan membanting stik drumnya ke lantai.

 

IWAN

(sambil melipat kedua tangan di depan dada)

Benar juga kata Ridwan. Haru sudah menyebabkan kekacauan dan dia tidak minta maaf sedikitpun tentang kejadian itu. Aku keberatan kalau dia masuk kembali di band ini.

 

Zeno menghela nafas dan kembali menatap ketiga temannya satu-persatu.

 

ZENO

(mencoba meyakinkan)

Kalian kan tahu kenapa dia menjadi seperti itu. Waktu itu dia baru saja kehilangan ibunya. Dia sangat terpukul dan melampiaskan semuanya kepada orang-orang di sekitarnya. Aku tahu kalau sikapnya tidak dapat dibenarkan. Tapi apa salahnya jika kita memberikan kesempatan kedua padanya? Apalagi Haru juga berharap jika kalian dapat menerimanya lagi.

 

Hening. Eldo, Ridwan dan Iwan saling melihat satu sama lain. Dari wajah mereka menunjukkan kalau sebenarnya mereka masih peduli pada Haru. Zeno tahu itu. Sebagai sesama saudara tidak akan untuk tidak peduli dan akan selalu mencemaskan keadaan mereka satu sama lain. Apalagi mereka berlima sudah berteman dalam waktu yang cukup lama hingga satu sekolah lagi dan membentuk band yang sesungguhnya di sekolah ini. Membayangkan persahabatan yang sudah mereka bangun membuat mereka berpikir untuk memaafkan perbuatan Haru di masa lalu.

 

RIDWAN

(kemarahannya mulai pudar)

Kapan dia akan kesini?

ZENO

(tersenyum)

Sebentar lagi. Dia akan kesini sebentar lagi katanya.

ELDO

(ragu)

Kamu yakin?.

ZENO

(bersemangat)

Yakin lah! Tadi Haru berjanji akan kesini secepatnya.

RIDWAN

(menunjuk ke arah Zuna)

Terus ngapain dia disini?

 

Mereka berempat melihat ke arah gadis yang sedang duduk di belakang Zeno. Gadis yang tak lain adalah adik Zeno itu sedari tadi melihat mereka sambil sesekali melahap popcorn.

 

RIDWAN

(kesal)

Sambil makan popcorn lagi. Dia pikir kita lagi syuting?

ZUNA

(sambil mengunyah popcorn)

Udah deh. Nggak usah ngurusin aku. Kalian terus ajah diskusi. Lagian aku disini itu menunggu Haru datang, bukannya menonton pertengkaran kalian yang nggak ada habisnya. Kalau boleh aku ikut berpendapat nih ya, nggak ada salahnya Haru gabung dengan kalian lagi. Kalian kan memang butuh banget vokalis. Lah, Haru ingin bergabung, kalian dapet vokalis yang dulu! Adil kan?! Mendingan kesampingkan tuh drama dan turunin ego kalian masing-masing!

ELDO

(Eldo menyenggol lengan Zeno sambil berbisik)

Adekmu memang selalu blak-blakan gitu ya? Nggak kenal takut.

 

Zeno hanya tersenyum tipis. Dia memang sudah biasa menghadapi adiknya yang selalu berterus terang tanpa berpikir akan menyakiti perasaan orang lain. Istilahnya Zuna itu kurang peka lah, menurut kakaknya. Tapi itulah dirinya. Itulah Zuna. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar. Baik Eldo, Ridwan, dan Iwan sudah mengira siapa yang akan datang. Benar saja! Haru masuk ke dalam ruangan studio dengan tersenyum canggung. Zuna meletakkan popcornnya di kursi dan menghambur ke arah Haru.

 

ZUNA

(girang)

Haru, kamu datang?!

 

Namun rupanya Haru tidak masuk sendirian. Hana juga masuk ke dalam ruangan studio. Seketika ketegangan diantara anggota band menjadi memudar.

 

HANA

(senang)

Hai, Eldo, Ridwan, Iwan~! Lagi latihan ya?

ELDO

(menanggapi sambil tersenyum)

Iya nih! Maunya latihan. Tapi tunggu vokalisnya gabung dulu. Baru kita bisa latihan.

 

Ucapan Eldo membuat ekspresi wajah Haru agak terkejut.

 

IWAN

(sambil menepuk lengan Haru)

Haru sudah siap untuk nyanyi lagi?

 

Hal itu membuat Haru hampir menangis. Dia tidak menyangka jika ketiga temannya menyambut kedatangannya dengan tangan terbuka. Sementara Zeno dan Zuna masih terdiam. Mereka berdua masih terfokus melihat tangan Haru dan Hana yang saling bergandengan tangan.

 

HARU

(sedih)

Maafkan atas perbuatanku di masa lalu ya, brothers. Aku tahu pasti berat untuk menerimaku lagi. Tapi kali ini aku akan berusaha untuk mengendalikan emosiku. Aku tidak akan berperilaku seperti itu lagi. Bahkan aku sudah lama meninggalkan anak-anak berandal itu. Aku juga menahan diri untuk tidak merokok. Aku tahu kalau aku bukan orang yang baik. Tapi aku tulus ingin berteman dengan kalian lagi.

 

Ucapan Haru membuat ketiga temannya terhenyak. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Haru yang seperti mereka kenal.

 

ELDO

(senang)

Santai ajah bro. Toh, Zeno juga sudah menjelaskan semuanya. Ya nggak, bro?

 

Eldo dan kedua temannya bingung karena Zeno yang disenggol tidak berkata apa pun. Iwan tersenyum jahil sambil menyenggol kedua temannya. Matanya memberikan sinyal kepada mereka untuk melihat apa yang dilihat oleh Zeno dan Zuna.

 

ELDO

(nyeletuk)

Yaa.. matanya malah meleng kesana! Yaelah!!!

 

Celetukan keras Eldo membuat Zeno tersadar. Hana dan Haru yang merasa dilihat oleh teman-temannya langsung melepaskan gandengan tangan mereka.

 

ZENO

(kesal)

Apaan sih!

 

Suasana hati Zeno agak sedikit berubah. Ia tidak suka melihat Hana dan Haru yang saling bergandengan tangan. Begitu pula dengan Zuna. Ia duduk kembali sambil memakan popcornya dengan kesal.

 

ELDO

(iseng)

Ekhem! Jadi kalian berdua pacaran nih?

RIDWAN

(pura-pura kesal)

Iya nih! Hana kok nggak pernah bilang sih kalau kalian berdua itu punya hubungan spesial?

 

Wajah Hana agak memerah saat mendengar kata ‘hubungan spesial’. Haru langsung tertawa terbahak-bahak.

 

HARU

(sambil tertawa terbahak-bahak)

Hubungan spesial apaan? Dia adek tiri aku tau!

 

Tanpa sadar perkataan Haru membuat Hana merasa kecewa mendengarnya. Ketiga temannya agak terkejut mendengar penuturan Haru. Mereka tidak menyangka kalau keduanya adalah kakak beradik. Pasalnya, Zeno tidak pernah menceritakan hal itu pada mereka bertiga. Tentu saja mereka agak terkejut mendengarnya.

 

ELDO

(asal ceplos)

Owh, adik tiri toh.

IWAN

(sambil menunjuk Zeno)

Zeno nggak pernah cerita tuh!

RIDWAN

(kaget)

Papa kamu nikah lagi?

HARU

(tersenyum canggung)

Yap! Papa menikah dengan ibu Hana. Sekarang mama sedang hamil juga.

 

Haru merasa menjadi dekat kembali dengan ketiga temannya. Mereka mendengarkan cerita Haru dengan takjub. Zeno menghentikan percakapan mereka.

 

ZENO

(senang)

Kita latihan dulu yuk. Nanti kita baru ngobrol lagi. Gimana?

HARU

(senang)

Ya udah, yuk!

ELDO

(bingung)

Tapi lagu apa nih?

 

Mereka berpikir satu sama lain. Haru menoleh ke arah Hana.

 

HARU

(santai)

Han, kamu ingin aku nyanyi apa?

 

Hana berpikir keras. Lantas ia mengacungkan telunjuknya ke atas.

 

HANA

(senang)

Hai’! Bagaimana kalau lagu Indonesia yang itu, kak?

 

Haru mengerutkan kening tidak mengerti.

 

HANA

(sambil berpikir)

Lagu yang kakak nyanyikan kemarin! Itu lagu yang bagus banget!

 

Haru langsung memahami apa yang dimaksud oleh adik tirinya.

 

HARU

(berseru dengan wajah cerah)

Owh, bro! Gimana kalau Senandung Lagu Cinta?! Hana suka banget dengan lagu itu!

 

Zeno dan ketiga temannya pun tersenyum sambil manggut-manggut.

 

HARU

(kalem)

Hana, kamu duduk dulu ya. Kamu harus menonton pertunjukkan luar biasa kami!

HANA

(berseru sambil mengerlingkan mata)

Okeh, kak! Semangat semuanya!!!

 

Zeno dan teman-temannya mengacungkan jempolnya. Hana memilih untuk duduk di dekat Zuna. Ia pun mencoba tersenyum pada Zuna. Namun gadis yang duduk disebelahnya menunjukkan ketidaksukaannya. Zuna merasa risih duduk di dekat Hana. Tak lama musik pun mengalun dengan indahnya. Haru menyanyi dengan suara lepas tanpa gugup sedikitpun. Dia menyanyikan lagu itu sambil terus melihat ke arah Hana. Gadis itu menepuk-nepuk tangannya dengan riang. Semua orang di dalam studio begitu bersemangat dan bahagia. Hanya satu orang yang merasakan ketidaknyamanan disana. Zuna. Ia merasa harus melakukan sesuatu lagi untuk menyingkirkan Hana dari kehidupannya.

 

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar