Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Luka Tanpa Asa
Suka
Favorit
Bagikan
12. Rasa Campur Aduk

FADE IN

73. INT. KAMAR HANA – SORE

Sore ini Hana akan pergi ke rumah Zeno untuk belajar bersama dengannya. Hana menyiapkan beberapa buku yang diperlukan dan ia masukkan ke dalam tas. Hana tidak sabar untuk belajar dengan Zeno. Ia merasa sepanjang diajari bahasa Indonesia olehnya, Hana bisa dengan mudah bergaul dengan teman-temannya. Zeno juga tidak terlalu melatihnya dengan bahasa yang terlalu baku. Dia sering juga memarahi Hana karena selalu menggunakan kata ‘saya’ padanya. Karena katanya itu terlalu baku. Sekarang Hana akan mengerjakan pe-er dengannya. Hana juga mengira nanti akan ada Zuna juga. Hana menjadi semakin bersemangat belajar.

 

HANA

(senang)

Aku rasa mimpi Zeno untuk menjadi seorang guru akan berhasil kelak.

 

DISSOLVE TO:

 

74. INT. RUMAH ADIGUNA / Lantai 2 – SORE

FLASHBACK

(HANA / O.S.)

Aih, seandainya saja kak Haru juga mau ikut kami belajar bersama. Aku pernah mengajaknya, tetapi dia hanya membatu dan menatapku tajam. Sepertinya itu artinya sebuah penolakan. Sudah cukup lama aku tinggal disini. Hampir setahun. Aku sudah semakin terbiasa dimarahi olehnya. Aku pun semakin menyadari bahwa sebenarnya kak Haru tidaklah sejahat seperti apa yang orang lain pikirkan.

 

CUT BACK TO:

 

75. INT. KAMAR HANA – SORE

HANA

(bersemangat)

Okeh! Sudah siap, Hana? Berangkat!

 

Sesaat sebelum membuka pintu kamar, Hana mendengar suara orang tengah berbincang-bincang. Karena penasaran, ia membuka setengah pintu kamar dan mengintip.

 

ZUNA

(kesal)

Ah, kalah lagi kan! Kamu sih!

 

Kedua mata Hana terbelalak lebar.

 

HANA

(bersuara pelan)

Apa aku tidak salah melihat? Pintu kamar kak Haru terbuka dan aku melihat Zuna tengah bermain game konsol dengan kak Haru?

HARU

(nyeletuk)

Kamu ajah yang bego!

 

Haru mengambil keripik dan mengunyahnya sambil nyerocos.

 

HARU

(berseru)

Eh, bentar! Bentar! ASEEMMM!!!!

ZUNA

(tertawa penuh kemenangan)

Hahahaa.. sudah ku bilang kan! Aku akan menyalipmu.

 

HANA

(V.O.)

Baru kali ini aku melihat kak Haru dan Zuna sedang bersama-sama. Biasanya kak Haru tidak ingin berbincang dengan siapapun, terutama menerima orang lain di kamarnya. Papa ajah nggak boleh masuk. Lha ini, mereka ngobrol dengan santainya. Apa kak Haru sudah kembali seperti dulu lagi? Apa kak Haru sudah bisa berbaur dengan orang di sekitarnya? Aku merasa senang jika keajaiban itu terjadi.

 

76. INT. KAMAR HARU – SORE

Dengan segera Hana membuka pintu lebar-lebar dan menghampiri mereka. Namun ternyata keduanya tidak menyadari kehadiran Hana. Hana mengetuk pintu kamar dengan canggung. Hanya Zuna saja yang menoleh.

 

ZUNA

(ramah)

Eh, Han! Halo! Kamu mau kemana bawa tas segala?

 

Mata Hana masih terpaku pada Haru yang masih bermain game konsol. Dia tidak mempedulikan kehadiran Hana sama sekali.

HANA

(V.O.)

Rupanya kak Haru masih belum berubah.

HANA

(canggung)

Saya.. eeng.. ano, aku.. akan mengerjakan pe-er dengan Zeno.

ZUNA

(melambaikan tangan sembari tersenyum lebar)

Owh, okey, hati-hati!

HANA

(V.O.)

Aku merasa ada yang aneh. Kenapa kak Haru memperlakukan kami dengan berbeda? Kenapa dia hanya diam saja saat tahu aku ada disini?

HANA

(merasa sudah kehilangan akal)

Eeng, aku boleh ikut main, kak?

 

Zuna melirik ke arah Haru yang masih memainkan konsolnya dengan teriakan menggebu-gebu seakan-akan tidak mendengar Hana yang berbicara dengannya.

 

HANA

(V.O. / hampir menangis)

Hik, kenapa aku malah membatu disini coba?!!

ZUNA

(melambaikan tangannya lagi sambil tersenyum)

Udahlah, Han. Kamu kan sudah ada janji dengan kak Zuno. Lebih baik kamu kesana ajah ya. Dadah!

HANA

(V.O.)

Entah kenapa kali ini aku tidak suka melihat cara Zuna tersenyum. Seperti sesuatu dalam arti meremehkan seseorang. Apa itu hanya perasaanku saja?

 

Hana pun pergi dengan wajah tertunduk.

 

77. INT. RUMAH BU HERMAWAN / RUANG TAMU – SORE

Sesampainya di rumah Zeno, Hana mencium tangan bu Hermawan. Rupanya Zeno sudah menunggu Hana di ruang tamu. Dia ikut menyambut Hana dengan senang. Hana mengikutinya berjalan ke ruang tamu dan duduk bersilah di depan meja.

 

ZENO

(khawatir)

Han, kenapa muka kamu kayak sedih gitu?

 

Hana agak terkejut saat Zeno menyadari kegalauannya.

 

HANA

(V.O.)

Apa ekspresi wajahku dengan mudah terbaca olehnya?

HANA

(mengalihkan topik)

Umm.. sepertinya kita mengerjakan pe-er matematika dulu deh. Menurutku agak sulit.

ZENO

(sambil mengendikkan kedua pundaknya)

Okay.

 

Hana memang berdalih mengatakan bahwa pe-er matematika itu sulit. Tetapi pada kenyataannya ia merasa benar-benar sulit. Zeno memberitahukannya rumus cepat. Ia mengatakan bahwa rumus yang diajarkannya bernama ‘Rumus Jembatan Keledai’. Hana pun hampir tertawa mengingat nama itu. Selain mengerjakan pe-er bersama, mereka juga memakan cemilan yang sebelumnya sudah disediakan oleh bu Hermawan.

 

HANA

(memakan dengan nikmat)

Cemilannya enak sekali. Namanya juga unik-unik ya. Ada tai kucing, putri salju, kue nastar, kue kastengel, dan kue semprit.

ZENO

(ikut senang)

Kalau yang ini namanya rengginang.

 

Zeno menunjukkan salah satu cemilan yang ada di tangannya. Hana memperhatikan kue itu dengan seksama. Bentuknya bundar dan seperti sekumpulan nasi. Tapi menurut Hana, rasanya gurih sekali.

 

ZENO

(menjelaskan dengan bersemangat)

Rengginang itu sejenis kerupuk tebal yang terbuat dari beras ketan yang dibentuk bulat dan dijemur di bawah panas sinar matahari. Lalu digoreng deh.

HANA

(berseru sambil mengunyah rengginang yang ada di tangannya)

Mmmm.. enak!!!

BU HERMAWAN

(ikut menjelaskan)

Bisa juga terbuat dari nasi loh. Tapi tidak segurih itu.

HANA

(terpaku menatap rengginang)

Aku baru tahu kalau bahan dasar rengginang ini begitu sederhana.

BU HERMAWAN

(gembira)

Oh ya, tadi bibi belikan nasi krawu. Hana belum pernah coba kan?

 

Hana menganggukkan kepalanya.

ZENO

(bersemangat)

Wah, pas banget! Nasi krawu ini khas makanan Gresik loh!

BU HERMAWAN

(menyiapkan makanan di atas meja)

Ayo, kalian berdua makan dulu.

 

Hana segera menutup buku dan menyimpannya ke dalam tas. Ia membuka makanan yang disebut nasi krawu itu.

 

HANA

(V.O.)

Hmm.. ternyata ada nasi dengan dibubuhi daging. Rasanya juga enak. Bikin candu.

 

Hana makan dengan lahap. Lagi dan lagi. Hana tidak sengaja melihat bu Hermawan melihatnya sembari tersenyum. Hana tersipu malu dilihatnya.

 

BU HERMAWAN

(cemas)

Eh, Zuna dimana ya? Bunda telepon dari tadi nggak diangkat.

 

Hana segera teringat Zuna yang sedang bersama dengan Haru. Saat Hana hendak mengatakannya, Zeno sudah menyahut duluan.

 

ZENO

(santai)

Tadi katanya main ke rumahnya Reta.

BU HERMAWAN

(cemas)

Kok nggak ijin bunda?

ZENO

(menjelaskan)

Tadi bunda pergi ke pasar. Makanya pamitnya sama Zeno, bun.

 

Hana terkejut seketika.

 

HANA

(V.O.)

Padahal Zuna berada di rumahku. Tetapi kenapa dia pamit kalau sedang berada di rumahnya Reta? Bagaimana ini? Apakah aku harus jujur? Tetapi pasti Zuna memiliki alasan lain kenapa ia harus berbohong pada bibi Her dan Zeno. Mungkin aku harus bertanya padanya. Ataukah aku harus mengatakan kebenarannya?

 

CUT TO:

 

78. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI

HANA

(O.S.)

Tiga hari telah berlalu. Zuna terlihat semakin dekat dengan kak Haru. Seharusnya aku merasa senang melihat kak Haru dekat kembali dengan sahabatnya. Tetapi kenapa kak Haru hanya dekat dengan Zuna? Teman-teman sekelas pun juga menjadi saksinya. Saat melihat kak Haru bisa didekati oleh Zuna, beberapa teman juga mendekat padanya. Seakan berharap bisa berbaur dengan kak Haru lagi. akan tetapi kak Haru tidak menanggapi kehadiran mereka. Aneh sekali. Kenapa dia hanya mau berbicara dan menanggapi Zuna? Sejak tiga hari yang lalu juga Zuna berpindah bangku disana tanpa berbicara apapun padaku. Sekarang mereka berdua terlalu menempel seperti permen karet.

 

DISSOLVE TO:

 

79. INT. KAMAR HARU – SORE

FLASHBACK

Hana teringat dengan kejadian tiga hari yang lalu. Akhirnya Hana berkata jujur bahwa Zuna berada di rumah bersama dengan kak Haru. Hana mengira dengan menyampaikannya dapat membuat Hana merasa lega karena sudah berkata hal yang sebenarnya. Tetapi bu Hermawan dan Zeno saling melihat dengan wajah gusar. Lalu Zeno pamit pergi ke rumah untuk menjemput Zuna. Hana pun mengikuti Zeno dari belakang. Tidak disangka Zuna tetap ingin berada disana, walaupun diseret oleh Zeno sekalipun. Hana melihat amarah dari wajah Zeno lagi. Sementara Haru tetap diam. Ia hanya mempedulikan game di depannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

 

ZENO

(berteriak)

PULANG ATAU BUNDA YANG MENJEMPUTMU?!

 

Setelah mendengar ancaman Zeno, gadis itu mulai melunak. Zuna berdiri saat Zeno langsung pergi duluan. Sesaat sebelum pergi, Zuna melihat Hana dengan tatapan yang selama ini tidak pernah Hana lihat tatapan itu darinya. Seperti tatapan orang yang membenci akan sesuatu.

 

ZUNA

(bisiknya di telinga Hana)

Dasar tukang ngadu!

ZUNA

(pamit sambil tersenyum)

Aku pulang dulu ya, Haru. Sampai besok.

 

CUT BACK TO:

80. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI

HANA

(O.S.)

 

Usai kejadian itu, Zuna pindah ke bangku di sebelah kak Haru tanpa berkata apa-apa. Sepertinya ini pertengkaran pertama kami. Semua ini berawal dari kesalahanku. Perbuatanku memicu pertengkaran kami. Karena hal itu, Zuna jadi marah padaku. Reta dan Kusniyah juga menyadari ada keganjilan dengan hubungan kami berdua. Mereka terus saja bertanya dan mencari tahu, tetapi aku tidak mengatakan apa-apa. Aku takut disebut ‘tukang ngadu lagi’.

 

CUT TO:

 

81. INT. RUANG KELAS X-1 – PAGI / JAM ISTIRAHAT

Kini saat jam istirahat tiba. Zuna masih berada di samping Haru. Membuat Hana canggung untuk mendekati kakak tirinya itu. Reta dan Kusniyah mengajak Hana pergi ke kantin. Namun kali ini Hana menolaknya. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Zuna. Sepertinya mereka berdua mengerti dan berjalan pergi ke kantin. Sedangkan Hana segera mendekati Zuna dan Haru yang sedang asik ngobrol di depan meja.

 

HANA

(dengan nada hati-hati)

Zuna, aku ingin berbicara denganmu.

 

Zuna melirik Hana dengan wajah sebal. 

 

ZUNA

(kesal)

Kalau ngomong ya ngomong ajah.

 

Hana mengira bahwa Zuna akan memahami situasi ini dan mengajaknya berbicara berdua. Namun ternyata Haru yang berdiri dan meminta Zuna untuk minggir karena ia ingin keluar kelas. Zuna memegang tangan Haru dengan eratnya. Rasanya Hana kurang suka dengan pemandangan tersebut.

 

ZUNA

(manja)

Kamu nggak boleh pergi. Tetap disini bersamaku.

 

Haru menuruti perkataan Zuna. Ia duduk di kursinya kembali.

HANA

(V.O. / cemburu)

Rasanya tidak masuk akal. Kenapa kak Haru yang begitu keras kepala mengikuti segala perkataan Zuna. Dia juga membiarkan Zuna merangkul lengannya. Seperti sepasang kekasih.

ZUNA

(kembali kesal)

Mau ngomong apa? Cepetan!

HANA

(canggung)

Aku ingin minta maaf. Maaf karena sudah mengatakan kalau kamu ada di rumah. Aku nggak bermaksud mengadu pada Zeno. Aku...

ZUNA

(meledak-ledak)

Heh, aku nggak berniat bohong ya sama bunda dan kak Zeno! Setelah bermain game, aku memang akan mampir ke rumah Reta!

HANA

(takut)

Aku nggak pernah bilang kamu bohong, Zun..

ZUNA

(marah sembari menunjuk ke arah Hana)

Wajahmu yang bilang begitu!

 

Haru menepuk bahu Zuna dan memberikan sinyal untuk berhenti berteriak. Hana merasakan ketidaknyamanan karena sudah terdengar suara kasak-kusuk di dalam kelas. Teman-teman memperhatikan mereka. Hana tidak menyangka kalau Zuna melihatnya seperti itu.

 

ZUNA

(kesal)

Sudah, pergilah! Aku eneg lihat wajahmu!

 

Hana tidak pergi. Hana juga ingin berbicara dengan Haru. Walaupun Haru tidak pernah menanggapinya, tetapi Hana juga ingin mengatakan sepatah dua patah kata dengannya. Hana juga penasaran bagaimana rasa cokelat yang ia buat kemarin. Setelah hari itu, Haru tidak mengatakan apa-apa.

 

HANA

(kikuk)

Ano, kak Haru..bagaimana rasa cokelat yang aku..

ZUNA

(memotong pembicaraan Hana)

Gimana kalau kita makan di kantin? Aku laper nih.

 

Haru dan Zuna segera beranjak dan pergi meninggalkan Hana yang masih terpaku disini. Ingin rasanya Hana menangis. Tetapi ia berusaha menahannya.

 

HANA

(menahan emosi)

Padahal aku belum selesai berbicara dengan kak Haru. Zuna tahu itu!

 

CUT TO:

 

82.   EXT. LORONG SEKOLAH – PAGI / JAM ISTIRAHAT

Hana berjalan sendirian keluar kelas. Saat melewati ruang studio, Hana mendengar suara musik. Ia merasa Zeno dan ketiga temannya sedang berlatih band disana. Saat melihat mereka bermain musik, Hana teringat kembali latihan yang pernah mereka lakukan. Zeno menyadari keberadaan Hana dari balik kaca. Hana melambaikan tangan padanya sambil berusaha untuk tersenyum. Zeno menghentikan musik yang dimainkannya. Ketiga temannya tampak kaget saat melihat Zeno pergi menghambur keluar untuk menemui Hana. Melihat kehadiran Hana, mereka melambaikan tangan dan menyuruhnya untuk masuk ke ruangan. Tetapi Hana tidak ingin masuk kesana dulu. Zeno seperti mengerti keinginan Hana. Zeno mengajak Hana untuk pergi menjauh beberapa meter dari sana.

 

ZENO

(khawatir)

Kamu kenapa, Han? Cerita dong. Mungkin aku bisa bantu.

 

HANA

(V.O. / bingung)

Aku tidak mungkin menceritakan pertengkaran antara aku dan adiknya. Aku tahu kalau Zeno pasti akan membantu meluruskan kesalahpahaman di antara aku dan Zuna. Tetapi aku ingin menyelesaikannya sendiri dengan caraku. Di sisi lain, aku juga merasakan kekesalan yang entah darimana datangnya. Saat melihat kedekatan Zuna dan kak Haru, membuatku sangat.. sangat.. sangat kesal. Jantungku berdegap tidak karuan. Ingin rasanya aku memisahkan tubuh mereka yang terlalu menempel seperti permen karet.

 

ZENO

(memancing)

Kalau kamu nggak mau cerita. Biar aku yang cerita dulu deh.

HANA

(kaget)

Zeno?

HANA

(V.O.)

Baru kali ini Zeno ingin bercerita kepadaku. Biasanya dia yang mendengar segala keluh kesahku. Tidak kusangka jika ia juga memiliki sesuatu yang ingin diceritakan.

ZENO

(bercerita dengan sedih)

Akhir-akhir ini Zuna tidak mendengarkanku. Aku sudah bilang padanya kalau dia tidak boleh terlalu dekat dengan Haru. Tetapi kenapa sekarang dia malah terlalu nempel sama Haru?!

 

Sesaat Zeno melihat Hana yang mengernyitkan dahi. Hana agak terkejut karena ia memiliki keluhan yang sama dengan Zeno. Tetapi yang Hana tidak mengerti darinya kenapa Zeno begitu tidak menyukai kedekatan antara Haru dengan adiknya. Padahal mereka bertiga pernah dekat.

 

ZENO

(sedih)

Aku tahu pasti kamu merasa aneh. Kenapa aku begitu kukuh melarangnya untuk mendekati Haru. Kamu tahu kan kalau Haru menjauhi kami berdua sejak kematian ibunya? Sebenarnya setelah kejadian itu hubungan kami semakin merenggang semenjak Haru mengajak Zuna diam-diam meminum-minuman keras. Tidak hanya itu saja. Zuna masuk ke rumah sakit karena alergi alkohol. Aku tidak suka melihat Zuna yang tersiksa saat dokter berusaha menolongnya. Makanya orang tua kami melarang Zuna dekat dengan Haru lagi. Aku pun diberikan tanggung jawab untuk menjaganya.

HANA

(sedih)

Aku tidak pernah tahu kalau Zuna pernah mengalami kejadian itu. dia tidak pernah cerita padaku.

ZENO

(menggebu-gebu)

Tentu saja dia tidak pernah cerita. Sepertinya dia bakalan membela Haru sampai mati. Sekarang dia tidak mempedulikanku lagi. Dia berbuat sesuka hatinya. Entah apa yang merasukinya.

HANA

(dengan nada hati-hati)

Apa.. bibi Her tahu?

 

Zeno bersandar ke tembok dengan tubuh lunglai.

 

HANA

(V.O.)

Sepertinya Zeno memikul tanggung jawab yang begitu berat. Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki saudara kandung. Memiliki kak Haru saja suatu berkah untukku. Pastinya begitu juga yang dirasakan oleh Zeno kepada adiknya. Kurasakan kasih sayang yang begitu besar dari Zeno kepada Zuna.

 

Hana pun ikut bersandar di tembok dan menepuk pundaknya untuk menghiburnya.

 

ZENO

(memaksakan senyum)

Ayah dan bunda belum tahu. Tapi suatu hari pasti akan tahu. Bangkai yang lama dikubur pastinya akan tercium juga kan?

ZENO

(menebak)

Aku juga tahu kalau kamu lagi ada masalah dengan Zuna. Iya kan?

HANA

(terkejut)

Loh kok kamu tahu?

ZENO

(menyimpulkan)

Kenapa lagi coba, Zuna pindah bangku. Apa lagi kalau bukan ada masalah denganmu juga. Aku tahu itu.

HANA

(terbuka)

Aku.. berusaha memperbaiki hubunganku dengan Zuna. Tapi.. agak sulit.

ZENO

(tersenyum)

Mau kubantu untuk menyelesaikannya?

 

Tawaran Zeno langsung Hana tolak dengan wajah lesu.

 

HANA

(V.O.)

Aku tidak ingin Zuna menganggapku mengadu lagi. Orang lain, termasuk Zeno tidak perlu tahu.

 

HANA

(memaksakan senyum)

Terima kasih, Zen. Tapi biar aku yang mencoba berbicara dengannya dulu. Ini permasalahan yang harus kami selesaikan berdua.

ZENO

(menebak lagi)

Okay. Tapi sepertinya kamu agak kesal juga ya melihat kedekatan mereka berdua?

HANA

(tergagap)

Ap.. apa? Apanya? Nggak kok!

 

Zeno menertawakanku yang salah tingkah.

HANA

(berbicara sendiri)

Kenapa dia dengan mudah selalu bisa membaca pikiranku? Zeno, kamu memang ajaib!

ZENO

(bertanya karena tidak dengar)

Aa.. apa, Han?

HANA

(canggung)

A... eng.. enggak! Aku.. kesal ajah sama kak Haru! Aku sudah memberikannya cokelat buatanku. Tetapi dia tidak mengucapkan terima kasih padaku sama sekali. Tidak berbicara padaku sama sekali tentang itu! Mengesalkan tidak sih?!

 

Zeno pun terperangah mendengar perkataan Hana.

 

ZENO

(kecewa)

Kamu memberikannya cokelat? Kok aku nggak dapat juga ya?

 

Hana merasa bersalah karena lupa akan keberadaan Zeno. Ia tidak memberikannya cokelat sama sekali. Hana baru menyadari bahwa selama ini Zeno sudah banyak membantunya.

 

HANA

(menyesal)

Duh, maaf ya, Zen. Aku lupa!

ZENO

(ngambek)

Iih, padahal aku selalu membelikanmu nasi krawu loh!

 

Hana tertawa melihat wajah Zeno yang berpura-pura ngambek.

 

HANA

(V.O.)

Selalu saja Zeno membuatku tertawa. Aku bersyukur juga memiliki teman yang lucu dan baik seperti dirinya.

 

HANA

(tertawa kecil)

Duileh, jangan sedih dong! Iyaa.. akan aku buatkan cokelat untukmu juga! Puas?!

ZENO

(senang)

Beneran ya? Jangan ingkar loh!

 

Zeno mengangkat jari kelingkingnya di depan wajah Hana. Gadis itu pun terkekeh lagi dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Zeno.

 

CUT TO:

 

83.   INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU – MALAM

Hana tidak tahu kenapa Nobuko meminta dia, Adiguna, dan Haru berkumpul di ruang tamu pada tengah malam. Hana masih merasakan kantuk yang mendalam. Tadi Nobuko membangunkan Hana dan memintanya untuk berkumpul di ruang tamu bersamanya. Hana mengira pasti ada sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan. Sesaat Hana menguap, ia melihat Haru yang melirik ke arahnya. Segera Hana metutup mulutnya, agak salah tingkah.

 

NOBUKO

(menahan senyum)

Mama ingin mengatakan sesuatu yang penting pada kalian semua.

 

Setelah mengatakannya, Nobuko menunjukkan sebuah benda berbentuk panjang dan terdapat dua garis di bagian tengahnya. Hana masih tidak mengerti benda apa yang ditunjukkan oleh Nobuko. Namun Hana melihat Adiguna yang tiba-tiba saja berdiri dengan wajah sumringah. Beliau segera memeluk Nobuko dengan eratnya. Wajahnya tampak begitu bahagia. Diam-diam Hana melirik keberadaan Haru. Ia tampak tidak peduli.

 

HANA

(V.O.)

Apa kak Haru juga tidak mengerti situasi apakah ini?

 

Papa dan mama menunjukkan senyum bahagianya pada Hana.

 

HANA

(penasaran)

Maksunya apa itu ya, ma?

NOBUKO

(bahagia)

Hana.. Haru.. sebentar lagi kalian akan punya adik!

 

Seruan Nobuko membuat Haru mulai bereaksi. Ia tampak terkejut sekali. Haru berdiri dengan wajah pucat pasi.

 

HANA

(V.O.)

Padahal ini adalah kabar gembira. Tetapi kenapa dia malah bereaksi seperti itu?

NOBUKO

(hampir menangis bahagia)

Hana, kamu nggak bilang apa-apa sama mama?

HANA

(ikut bahagia)

Eh.. oh.. selamat ya pa, ma! Aku senang sekali!!! Hana akan punya adik!

 

Hana memeluk Nobuko dengan wajah bahagia. Nobuko membalas pelukannya. Kemudian Nobuko hendak memeluk Haru juga. Namun tangan Nobuko segera ditepisnya. Haru langsung berlari menuju lantai atas. Adiguna dan Nobuko saling melihat. Hana pun juga tidak mengerti kenapa Haru seperti tidak menyukai hadirnya adik baru di antara keluarga mereka.

 

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar