Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Suasana temaram kafe dengan bola-bola lampu gantung membentuk dekorasi indah. Terlihat sebuah vas dengan bunga lili di dekat penggilingan espresso. Live Accoustic terdengar dari sudut ruangan. Kursi-kursi minimalis dipenuhi pengunjung yang asyik bercengkrama.
Di antara ketenangan itu, ALORA (22) dengan apronnya sibuk berbolak-balik mengantar makanan dan minuman, lalu mengelap meja ketika pengunjung meninggalkan tempat. Sesekali ia menatap para pengunjung, dan tersenyum sambil menunduk. Rambut kuncir kudanya bergerak ke sana dan ke mari.
Setelah itu, ia berdiri di dekat meja bar kafe bersama VANI (22), dengan buku pesanan di dadanya. Mereka berdua berdiri tegak, bersikap profesional sambil mengawasi kafe. Keduanya ngobrol tanpa bersitatap.
ALORA
Van, aku butuh job tambahan, kalau ada kabari ya.
VANI
Masih mau lanjut kuliah?
ALORA
Iya masih lah. Emangnya kamu yang gampang banget nyerah.
VANI
(Tersenyum)
Enak tuh jadi Nadine ya, apa-apa ada. Nggak perlu repot mikir biaya kuliah,
apalagi kerja kayak kita.
ALORA
Husss, nggak boleh gitu. Itu artinya kamu menolak
lahir dari perut ibumu.
VANI
Ya lihat dong Lora, sekali-kali deh kamu bayangin hidup jadi Nadine.
Ke mana-mana bawa mobil, nggak punya uang tinggal minta.
ALORA
Iya juga Van. Enak kali ya.
VANI
Yeey, apa kubilang!
Oiya minta bantuan Nadine lagi aja, kita bisa kerja di sini juga berkat dia ‘kan?
ALORA
(Mengacungkan jempol dan mengedipkan satu mata)
Vani dan Alora kembali beranjak untuk mengantar buku menu yang mereka bawa ketika beberapa pengunjung baru duduk. Lalu mereka kembali sibuk dengan pekerjaannya.
CUT TO