Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perjalanan Dinas (Bagian 2: Cirebon-Purworejo)
Suka
Favorit
Bagikan
19. KARANGBOLONG-JALUR LINTAS SELATAN SELATAN

153. (KARANGBOLONG) EXT. PINGGIR JALAN-PEGUNUNGAN — DAY


Dari dalam kap mesin, terlihat gelap. Lalu tampak kap terbuka. Tampak tangan Fitra menyantolkan pengait agar kap tetap terbuka.


CUT TO


154. (KARANGBOLONG) EXT. PINGGIR JALAN-PEGUNUNGAN — DAY


Fitra tampak mengamati tabung radiator. Kemudian, ia membuka sebuah botol air mineral kemasan dan menuangnya di sekitar tabung.

Gya tampak mendekat. Fitra menoleh.


FITRA
Biar cepat dingin. (menutup kembali botol setelah airnya habis, lalu menaruhnya di kantong plastik)

FITRA (CONT’D)
Mungkin air radiatornya perlu diisi lagi. Tapi saya belum berani kalo masih panas begini. Salah-salah airnya muncrat.


GYA
(mengamati tabung radiator) Kamu punya airnya?

FITRA
Ada di bagasi. Saya selalu sedia air demineral buat cadangan.


Fitra kemudian menjauh dari mobil, kemudian duduk di atas tanah.


FITRA
Ditunggu aja. Cuma itu yang bisa kita lakukan.


Gya lalu duduk di samping Fitra.

Christie tampak menatap Fitra, lalu masuk mobil ke kursi belakang.

Fitra tampak menatap Christie, lalu menunduk, lalu menatap ke arah lain.

LS pemandangan perbukitan, tampak puncak-puncak bukit menyembul, satu-dua kendaraan tampak lewat.


CUT TO


155. (KARANGBOLONG) EXT. PINGGIR JALAN-PEGUNUNGAN — DAY


Fitra tampak duduk dengan pandangan menerawang ke arah pemandangan di depannya.

Gya tampak berbaring.

Christie mendekati Fitra, lalu menyodorkan sebuah kotak berisi kopi dalam kemasan.

Fitra menoleh ke arah Christie.


CHRISTIE
Nih! (menyodorkan kopi kotak)

FITRA
Makasih. (menerimanya, lalu membuka sedotan dan menusuk atasnya, kemudian meminumnya)


Christie lalu duduk di samping Fitra. Ia menusuk kopi kotak di tangannya dengan sedotan lalu meminumnya. Ia menatap pemandangan di depannya.

Tampak jalanan di antara pepohonan. Sesekali tampak kendaraan yang lewat.


FITRA
(menunduk) Saya sebenarnya juga nggak niat jadi PNS. (lirih, pelan)


Christie menoleh.


CUT TO


156. (KARANGBOLONG) EXT. PINGGIR JALAN-PEGUNUNGAN — DAY


Christie menatap Fitra. Dilihatnya Fitra tengah menyedot kopi kotaknya sambil menatap ke arah jalan.


FITRA
Sama kayak Mbak Gya, saya juga nggak pernah niat jadi PNS. (kembali menyedot kopi kotaknya) Saya, kan, dulu aktivis waktu jaman-jaman kuliah. Saya sering ikut demo. Dikit-dikit memprotes pemerintah. Masa terus saya jadi PNS? (tertawa getir)


Christie tidak menjawab. Ia hanya tersenyum datar.


FITRA
Tapi orang tua saya ingin saya menjadi PNS.


Christie lagi-lagi tidak menjawab. Ia menyedot kopi sampai habis, lalu meremas kotaknya.


FITRA
Akhirnya saya coba kompromi. Saya akan menjadi PNS, tapi hanya dengan cara masuk yang sah. Melalui tes yang fair. Di luar itu, saya nggak mau. (menoleh) (PAUSE) Seperti kata Mbak Gya kemarin, nggak jadi PNS pun bukan kiamat. (tertawa pelan) Tapi, tidak untuk keluarga saya. PNS itu status. Segalanya.

CHRISTIE
Orang tuamu pekerjaannya apa, sih?

FITRA
(memutar kotak kopinya di tanah) PNS. (menoleh) Ayah saya guru. Ibu saya dosen. (tertawa pelan) Keluarga PNS.


Christie tersenyum.


FITRA
Dan ketika saya berhasil masuk Kementerian Infrastruktur yang seleksinya ketat, nilai proyeknya juga besar, (menoleh menatap Christie) strata saya naik drastis.


Christie tidak merespons. Ia hanya diam menatap Fitra.


FITRA
Saya nggak tahu apakah ini salah, Bu. (masih menatap Christie, lalu menunduk) Tapi inilah saya.


Sebuah mobil pickup lewat di depan mereka.

SFX: TIN!

Fitra menatap mobil pick up tersebut, kemudian menoleh ke arah mobilnya sendiri. Ia lalu berdiri dan berjalan ke mobil. Lalu melihat kap mobil.


FITRA
Kayaknya udah dingin.


Gya yang tengah berbaring pun bangkit dan menghampiri Fitra.

Christie menyusul.


CUT TO


157. (KARANGBOLONG) EXT. PINGGIR JALAN-PEGUNUNGAN — DAY


Fitra berdiri di depan mobil yang kap mesinnya terbuka.


GYA
Terus … ini mau diapain?


Fitra tidak menjawab. Ia mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya, lalu menggunakannya sebagai pelindung untuk membuka tutup tabung radiator.

Fitra tampak berhati-hati ketika memutar tutup tabung radiator.

Tutup tabung radiator akhirnya terbuka. Terdengar sesaat suara seperti mendesis. Namun, tidak ada air yang tumpah.


FITRA
Aman, Mbak. (menoleh ke Gya) Ini udah bisa diisi airnya.


CUT TO


158. (KARANGBOLONG) EXT. PINGGIR JALAN-PEGUNUNGAN — DAY


Fitra tampak membawa sebuah galon dari bagasi, membuka tutupnya, mengangkatnya, dan menuangkan isinya ke dalam tabung radiator.

CU: kucuran air dari galon ke dalam tabung radiator, tampak sebagian kecil air tumpah dan membasahi sekitarnya.

Setelah air penuh, Fitra segera menutup tabungnya kuat-kuat.


FITRA
Ini udah aman. Kita bisa lanjut. (menoleh ke Gya) Saya aja yang nyetir, Mbak.


Gya menatap Fitra. Tatapannya seolah menyiratkan rasa tidak percaya.


FITRA
Mbak Gya kayaknya kurang ahli di tanjakan. Tadi gagal kick-down melulu. 


Fitra kemudian berjalan ke sisi kemudi.


FITRA
Saya biasa lewat tanjakan. Tenang aja, Mbak.


Fitra membuka pintu, lalu masuk. Tak lama, terdengar suara mesin dinyalakan.

Gya akhirnya masuk ke sisi penumpang di depan. Christie masuk ke tempat duduk di belakang.

Mobil tampak melaju.

LS: mobil melaju menyusuri jalan, di depan tampak menyembul puncak-puncak bukit.


CUT TO


159. (KARANGBOLONG) EXT./INT. JALAN PEGUNUNGAN — DAY


ESTABLISH suasana perbukitan Karangbolong. Tampak tanjakan dan turunan curam.

Mobil sedan putih tampak melaju. Melewati perbukitan yang menanjak dan menurun.

Fitra tampak berkonsentrasi penuh melihat jalan. 

Gya duduk di samping Fitra, sementara Christie di belakang.

Suara mobil terdengar menderu keras ketika mobil menanjak tajam.


CUT TO


160. (KARANGBOLONG) EXT./INT. JALAN PEGUNUNGAN — DAY


LS mobil sedan putih yang melaju di antara tebing dan jurang.

Jalan tampak menurun.

Sebuah mobil lain tampak berpapasan.

Sebuah penanda arah terlihat di kejauhan, tertulis arah kiri (tanda panah) Gombong dan arah lurus (tanda panah) Yogyakarta.

Mobil tiba di pertigaan, lalu berjalan ke arah lurus. Setelah beberapa meter melewati pertigaan, mobil menepi dan berhenti.


CUT TO


161. (JALUR LINTAS SELATAN SELATAN/PETANAHAN) EXT./INT. JALANAN — DAY


Mobil tampak menepi di sempadan jalan.

Fitra tampak melongok keluar jendela dan menoleh ke belakang.


ESTABLISH perbukitan Karangbolong, tampak dari kejauhan puncak-puncak yang menyembul.


Gya melihat Fitra yang tengah melongok keluar jendela. Kemudian Fitra kembali ke posisi menyetir.


FITRA
Sudah lewat.

GYA
Apanya?

FITRA
Naik-turunnya. Sekarang udah aman. (menunjuk ke depan) Tinggal ikuti saja jalan lurus di depan. (mematikan mesin) Biar mesinnya istirahat sebentar dulu.

CHRISTIE
(tiba-tiba menyahut) Mau saya gantikan?


Fitra dan Gya menoleh ke belakang.


CHRISTIE
Kalau jalannya cuma lurus, saya bisa.


CUT TO


162. (JLSS) EXT. JALANAN — DAY


Fitra tampak keluar dari mobil. Christie keluar dari pintu belakang, lalu menuju ke tempat duduk sopir.

Fitra menuju sisi penumpang di depan.

Gya keluar dan pindah ke belakang.

Christie menyalakan mesin.

Mobil kemudian melaju.


CUT TO


163. (JLSS) EXT./INT. JALANAN — DAY


ESTABLISH suasana jalur lintas selatan selatan.

Tampak suasana pesisir dengan pohon kelapa di kiri dan kanan jalan.

Lebar jalan hanya dua lajur. Sekilas mirip jalan di tengah perdesaan.

Tampak beberapa rumah penduduk di kiri dan kanan jalan di antara pepohonan rindang.

Christie tampak berkonsentrasi melihat jalanan di depannya. Sesekali ia melirik Fitra.

Fitra tampak menikmati pemandangan di sepanjang jalan.


DISSOLVE TO


164. (JLSS) EXT./INT. JALANAN — NIGHT


Hari mulai gelap. Mobil tampak menyusuri jalanan yang sepi. Hanya ada satu-dua kendaraan dari arah berlawanan. Dan hanya sesekali mobil menyusul atau disusul.

Christie melirik Fitra.

Tampak Fitra tengah mengirim SMS.


CHRISTIE
SMS siapa?

FITRA
(menoleh) Mas Juna. Cuma ngasih tahu kalo saya kemalaman.


CUT TO


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar