Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perjalanan Dinas (Bagian 2: Cirebon-Purworejo)
Suka
Favorit
Bagikan
15. PURWOKERTO - 3

117. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Suasana kafe masih sepi sementara di luar tampak ramai. Sayup-sayup terdengar suara dari luar, tetapi teredam tembok kafe.


GYA
Aku nggak pernah niat jadi PNS.


Christie dan Fitra sontak menoleh.


GYA
Jujur aja. Aku dulu mendaftar CPNS karena lagi cari kerja. Kebetulan Kementerian Infrastruktur buka lowongan. Lalu aku mendaftar, dan diterima. (menyeruput kopi) Anggap saja itu kecelakaan sejarah.

CHRISTIE
Tapi kamu senang, kan, jadi PNS?

GYA
(meletakkan cangkir) Bukan masalah senang atau tidak senang. Tapi lebih ke realistis. Apa yang bisa aku kerjakan, ya aku kerjakan. Kalau seandainya aku nggak diterima sebagai PNS, ya udah. Cari kerja yang lain. Life goes on. Dunia nggak bakalan kiamat hanya karena lo gagal jadi PNS.


Christie melirik Fitra sekilas. Fitra tampak mengalihkan pandangannya.


GYA
Percaya nggak? Dulu banget, pas awal-awal aku masih CPNS, aku pernah ketemu ibu-ibu di kantor kita, dia lagi ngobrol sama temennya. (kembali menyeruput kopi) Aku lupa waktu itu mereka lagi ngomongin apa. Yang jelas, si ibu itu bilang kalo anaknya berhasil jadi PNS di salah satu instansi … setelah dia menyogok puluhan juta.


Fitra memelotot.


GYA
Dan yang paling luar biasa adalah, dia nggak merasa itu perbuatan yang salah. (tertawa tertahan, sinis)


CUT TO


118. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Christie menatap ke arah televisi yang kini nyaris tanpa suara.

Tampak televisi menayangkan beberapa highlight liputan. Beberapa orang di televisi tampak berpakaian putih-hitam.

Zoom in Menteri Infrastuktur yang tengah berjalan di samping presiden bersama dengan beberapa menteri kabinet yang lain.

Tayangan dengan cepat beralih ke highlight berita lainnya.


GYA
Saya paling sebal kalau dapat pertanyaan semacam … kamu bisa jadi PNS itu bayar berapa? (tertawa sinis) Memang imej-nya begitu. Orang bisa jadi PNS karena nyogok.

FITRA
(menyambar) 200.000 rupiah.

GYA
(menoleh) Hah?

FITRA
Kalo saya ditanya begitu, itu jawaban saya. 200.000 rupiah. 125.000 rupiah buat tes TOEFL, 50.000 buat ongkos, sisanya buat jajan. (tertawa sinis)


Pelayan kafe mengganti saluran televisi dan kini tayangan berganti dengan video musik.


CUT TO


119. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Seorang pengunjung, laki-laki muda, datang dan duduk menempati meja bundar yang kosong. Pelayan kafe tampak menghampiri dan memberikan buku menu. Pemuda itu tampak membaca buku menu sementara pelayan menunggu dengan berdiri di sampingnya.


FITRA
Semua orang heran, bagaimana mungkin saya, yang bukan sarjana teknik, bisa jadi PNS di Kementerian Infrastruktur. Instansi bergengsi incaran banyak orang karena proyek-proyeknya. (menyeruput susu jahe) Kalau saya bilang karena saya pintar, nanti dituding sombong. (tertawa sinis) Meski kenyataannya saya memang pintar, kan? 


Tampak pemuda pengunjung kafe di meja sebelah yang sudah menentukan pilihan.

Pelayan itu kemudian pergi sambil membawa buku menu.

Sementara pemuda itu mengeluarkan ponsel dan mulai memainkannya.


CUT TO


120. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Tampak televisi menayangkan video musik dengan tampilan koreografi yang meriah.

Sementara itu, pelayan tampak berbicara sebentar dengan kasir, lalu masuk ke bagian dalam melalui pintu yang ada di belakang meja kasir.

Fitra, Christie, dan Gya tengah terlibat obrolan.


FITRA (CONT’D)
TOEFL saya seapes-apesnya 550. TPA saya 680, itu pun karena saya mengerjakannya dalam kondisi sakit. Kalau kondisi saya fit, saya yakin tembus 700. Segitu, kan, hasil tes saya waktu tes CPNS? Soalnya, nilai seleksi beasiswa saya segitu. Pasti nggak jauh beda, kan?

CHRISTIE
Jadi itu sebabnya kamu nggak mau pindah dari Kementerian Infrastruktur?

FITRA
Maksudnya?

CHRISTIE
Karena kamu takut kehilangan gengsi? (to the point, tajam)

FITRA
(balas menatap Christie) Kalaupun iya, memangnya salah?


Fitra melirik sekilas ke arah televisi.

Televisi masih menayangkan video musik. Namun, kali ini berupa penampilan grup vokal yang tengah menyanyi diiringi gitar akustik. Hanya saja nyaris tanpa suara.


FITRA
Saya masuk dengan sah. (menatap tajam Christie) Kalau kemudian saya jadi punya kebanggaan, memangnya salah? Itu yang bikin orang semangat, kan?


CUT TO


121. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Pelayan kafe tampak menghampiri si pemuda sambil membawakan pesanannya.

Pelayan tampak meletakkan cangkir kopi dan piring berisi sandwich ke atas meja.

Fitra melihat sekilas ke arah pemuda tersebut.


FITRA
Itu namanya jiwa karsa, Bu. Justru saya heran dengan kalian-kalian yang dengan entengnya bicara mutasi. Bukannya itu artinya justru kalian itu yang nggak suka sama kantor? (intonasi dingin tetapi tajam)


Ponsel Christie yang diletakkan di meja tiba-tiba menyala. Christie mengambilnya, melihatnya sebentar, tetapi kemudian meletakkannya kembali ke atas meja. Wajahnya tampak suntuk. Ia menoleh menatap Fitra.


CHRISTIE
Sikapmu tidak mencerminkan jiwa karsa itu, Fit….

FITRA
(memotong, seakan tidak peduli dengan kata-kata Christie) Omongan Pak Ferdi itu bullshit! (mendengkus) Dia bilang kalau orang-orang yang menolak dipindah sama sekali tidak mencerminkan jiwa korps Kementerian Infrastruktur. Bullshit! (menenggak minumannya, kemudian meletakkan mug dengan agak kasar)


Christie tidak menanggapi.


FITRA (CONT’D)
Logikanya kebolak-balik. Tidak mau dipindah, kok, malah dibilang tidak punya jiwa korps? Justru yang harus dipertanyakan adalah orang-orang yang ngotot pindah, itu yang jiwa korps-nya harus dipertanyakan!


Gya menatap Fitra, tetapi tampak bingung untuk menanggapi.


CUT TO


122. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Kafe masih tampak sepi. Kasir dan pelayan kafe tampak tengah mengobrol di meja kasir. Sesekali mereka bercanda.


CHRISTIE
Sikapmu tidak mencerminkan kata-katamu barusan. (tegas, menyentak)

FITRA
Apa maksud Bu Christie?

CHRISTIE
Kamu tadi bilang jiwa karsa? Jiwa korps? Kalau benar kamu punya jiwa karsa, kamu nggak akan datang terlambat setiap hari.

FITRA
Itu nggak ada hubungannya….

CHRISTIE
(memotong) Kamu nggak akan selalu bolos upacara.

FITRA
Sikap nggak ada hubungannya dengan upacara….

CHRISTIE
Kamu nggak akan kabur cuti! (intonasi menekan)

FITRA
Itu….

CHRISTIE
(memotong) Karena kamu nggak betah di kantor, kan?


Fitra tampak terkejut.


CHRISTIE
Ya. Kamu nggak betah di kantor. Kamu nggak suka sama kerjaan kantor. Kamu ngotot untuk tugas belajar karena kamu pengen curi liburan gratis!


Fitra melongo.


CHRISTIE
Benar, kan, yang saya bilang? Sekarang saya tanya. Kenapa kuliahmu belum selesai? Masa tugas belajarmu itu 13 bulan. Sekarang sudah lewat dua tahun, dan tesismu masih belum selesai juga.


CUT TO


123. (PURWOKERTO) INT. KEDAI KOPI — NIGHT


Pelayan dan kasir di kafe tampak melirik ke arah meja yang ditempati Christie, Fitra, dan Gya. Keduanya tampak terpaku seperti sedang menonton pertunjukan.

Fitra menunjukkan raut wajah gelisah. Antara merasa bersalah, tetapi juga kesal.


FITRA
Itu karena saya ganti topik. Harus mulai dari awal lagi….

CHRISTIE
(memotong) Sengaja, kan?


Fitra terkejut.


CHRISTIE
Kamu sengaja mengulur-ulur waktu kuliah, kan? Karena kamu nggak mau balik ke kantor, kan? Ini udah separuh semester berjalan. Coba jawab, tesismu sampai mana?


Fitra tampak terdiam. Air mukanya tampak gelagapan.


CHRISTIE
Kamu bilang Pak Ferdi bullshit? Kamu sama bullshit-nya!

FITRA
(menjawab cepat dengan nada tinggi) Saya capek, Bu!


Pemuda yang duduk sendirian di meja satunya sambil bermain ponsel menoleh, tampak kaget dengan suara Fitra barusan.


FITRA
Siapa yang betah kalo bolak-balik disuruh bikin laporan palsu?


Gya tampak terkejut.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar