Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perjalanan Dinas (Bagian 2: Cirebon-Purworejo)
Suka
Favorit
Bagikan
10. BUMIAYU-PAGUYANGAN-AJIBARANG

77. (BUMIAYU) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH suasana jalan utama di tengah kota Bumiayu. Tampak jalanan membentang menembus pasar. Kendaraan-kendaraan tampak agak tersendat.


Montage:

orang-orang berjalan kaki di pinggir jalan

lapak-lapak dagangan di pinggir jalan

transaksi antara penjual dan pembeli di salah satu lapak


WIDESHOT sedan putih yang perlahan mulai meninggalkan pasar.

Tampak sedan putih melaju menyusuri jalan hingga kembali tiba di pertigaan. Mobil berhenti karena lampu merah. Jalan lurus terbentang di depan. Terlihat banyak kendaraan dari arah kiri yang juga berbelok menuju jalan lurus di depan.


CUT TO


78. (PAGUYANGAN) INT. JALAN RAYA — DAY


Christie melajukan kendaraan dengan lebih cepat. Kendaraan sudah tidak lagi tersendat meski tetap ramai.


GYA
(tiba-tiba) Iya, deh, yang ahli bahasa.

FITRA
(menoleh ke belakang) Itu mandatory, Mbak. (kemudian kembali menatap ke depan, sambil sesekali melihat layar ponsel)

GYA
Terus … kalo nenek kamu itu orang mana? (sambil membuka kulit jagung kedua, dan mulai menggigiti biji-bijinya)

FITRA
(kembali menoleh) Eh?

GYA
Kan tadi kamu bilang kamu ada keturunan Yahudi dari nenek kamu? (sambil mengunyah)

FITRA
Oh. (PAUSE) Nenek saya orang Purworejo. Lahir di sana. Katanya. (kembali memperhatikan ponsel, kemudian melihat ke depan lagi) Yang disinyalir ada darah Jewish-nya itu bapaknya, alias kakek buyutku. Tapi aku juga nggak tahu pasti, sih. Yang jelas, kalo aku lihat fotonya, memang ada tampang bulenya sedikit. Tapi keturunan Belanda di sana, kan, banyak.

GYA
Jadi, kamu ada darah Belanda juga?

FITRA
(memperhatikan ponsel) Mungkin. Kayaknya. Orang Belanda yang punya darah Semit, kan, banyak. (PAUSE) Keluarga besarku nggak pernah membahas itu. Tapi, temen-temen ayahku semua berkomentar, kalo keluargaku itu tampangnya “sama” semua.


Christie menoleh.


FITRA
Kecuali ibu saya.


CUT TO


79. (PAGUYANGAN) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH jalanan yang relatif lurus. Sedan putih tampak melaju. Beberapa bangunan tampak berdiri di kiri dan kanan jalan, namun tidak terlalu banyak. Sempadan jalan terlihat cukup lebar, dapat digunakan untuk menepi tanpa mengganggu pengguna jalan yang lain.

Christie tampak memegang kemudi. Matanya menatap ke depan. Namun, ekspresinya sudah jauh lebih rileks. Ia sesekali menoleh ke samping ke arah Fitra.


CHRISTIE
Jadi, kamu itu orang mana?

FITRA
(menoleh, lalu tertawa) Penasaran amat, sih?


Christie tampak tersenyum.


FITRA
Satu hal yang pasti, saya ini orang Indonesia. Setidaknya, menurut undang-undang kewarganegaraan yang berlaku, saya adalah WNI.


Fitra melirik Christie. Dilihatnya Christie juga menoleh sekilas, kemudian kembali menatap ke depan.


FITRA
Undang-undang kewarganegaraan yang saat ini berlaku hanya mengenal istilah warga negara Indonesia. Artinya, urusan warga “keturunan” itu sudah selesai. Tidak dibahas lagi.


Tampak mobil menyalip sebuah kendaraan di depan.


FITRA
Pandangan rasis sekarang sudah usang, Bu. Basi! Kecuali buat orang-orang yang nggak sekolah, atau pas sekolah kerjaannya bolos melulu dan melawan guru. (sinis)

GYA
(menghela napas) Yah, Fit … kalo orang yang tadi, mah, udah jelas nggak sekolah. Masa nggak bisa bedain Cina dan Manado?


Christie tertawa tertahan.


CUT TO


80. (AJIBARANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH mobil sedan putih yang terus melaju di jalanan yang relatif lurus, di antara kendaraan-kendaraan lain.


FITRA
Saya malah kepikiran sama ibu-ibu penjual jagung tadi.

GYA
Kenapa? (sambil memasukkan sisa bongkol jagung, dan mengupas jagung ketiga, lalu memakannya)

FITRA
Tadi, kan, harganya 10.000 dapat tiga. Saya kira hanya satu bungkus, isinya tiga. Ternyata, dia malah ngasih tiga bungkus, masing-masing isinya tiga. 


Christie tampak menyetir dengan penuh konsentrasi. Jalanan kembali berkelok karena memasuki dataran tinggi, meski kelokanya tidak terlalu tajam.


FITRA
Artinya, harga jagung tadi per buahnya cuma sekitar 1000-an. Kok murah banget, ya?

GYA
(menunjukkan bongkol jagung yang sebagian bijinya sudah hilang) Tapi jagungnya juga kecil, Fit. Bijinya juga sedikit.

FITRA
Bukan itu, Mbak. (menghela napas) Yang saya pikirkan adalah, kalau harga jualnya semurah itu, terus dia ambil untung dari mana?


Gya menghentikan kunyahannya. Ia tampak terhenyak.

Christie yang tengah menyetir juga menunjukkan raut wajah terhenyak.

Jalanan di depan tampak menurun. Christie tampak lebih berhati-hati. Sebuah kendaraan berjenis MPV tampak menyalip.


CUT TO


81. (AJIBARANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH jalan raya. Tampak jalanan yang cukup lebar dengan sempadan di pinggirnya. Kontur jalan tampak menurun. Tampak beberapa kendaraan berlalu-lalang dari arah searah maupun sebaliknya. Sesekali ada kendaraan yang menyalip juga.

Gya memasukkan sisa bongkol jagung ke dalam plastik. Christie masih berkonsentrasi dengan kemudinya. Sedangkan Fitra tampak merenung dengan sorot mata menerawang.


FITRA
Jadi petani itu berat. Ongkos produksinya mahal. Pernah searching berapa harga pupuk? (menoleh)


Tampak Christie tidak merespons.


FITRA (CONT’D)
Belum lagi risiko gagal panen. Iklim berubah, panen bisa gagal. Tapi … panen berlimpah pun harganya malah jatuh. Serba salah. (menghela napas) Ini belum termasuk permainan harga oleh tengkulak.


Fitra tampak menerawang memandang keluar. Bangunan-bangunan di luar tampak seperti berlari ke arah berlawanan.


CHRISTIE
(menjawab sambil tetap menyetir) Beginilah negara kita, Fit.


Fitra menoleh.


CHRISTIE
Masih banyak ketimpangan. Nggak semua seberuntung kita yang bisa bekerja sebagai PNS.

FITRA
(menghela napas, lalu melihat ke depan) Tapi jangan lupa juga, Bu. PNS itu dibayar untuk mengabdi pada negara, (kembali menoleh) untuk melayani masyarakat.


CUT TO


82. (AJIBARANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH jalan raya menuju Ajibarang. Arus lalu lintas tampak lancar. Kendaraan-kendaraan tampak berlalu lalang. Suasana ramai lancar.

Christie tampak memegang kemudi. Ia tampak berkonsentrasi, tetapi lebih rileks. Ia juga menanggapi obrolan dengan Fitra dan Gya.


CHRISTIE
Menjadi PNS, artinya pengabdian. (menoleh, kemudian menatap ke depan lagi) Kan?


Fitra tidak menjawab. Matanya tampak berkonsentrasi menatap layar ponsel.


CHRISTIE
Yang namanya pengabdian … itu harus siap dengan perintah. (kembali melirik Fitra sekilas, dan kembali menatap ke depan)


Fitra masih tidak menanggapi. Pandangannya masih terkonsentrasi pada layar ponsel sambil juga melihat ke depan.

CU: layar ponsel, terpampang peta GPS dengan titik bergerak yang menunjukkan posisi mereka


CHRISTIE
Termasuk…. (PAUSE) (kembali melirik Fitra sekilas) Bersedia ditempatkan di mana saja.


Kali ini Fitra menoleh.


CUT TO


83. (AJIBARANG) EXT./INT. JALAN RAYA — DAY


ESTABLISH suasana jalan raya. Tampak sebuah bus melaju dari arah berlawanan, diikuti beberapa mobil kecil.

Di dalam mobil, air muka Fitra mendadak berubah.


CHRISTIE
PNS itu pengabdian. (menatap serius ke depan, kemudian menyalakan lampu sign kanan)


Mobil menyalip kendaraan di depan, dan kembali lagi ke lajur kiri.


CHRISTIE
Rasanya semua orang yang ingin menjadi PNS harus memegang ini baik-baik. (melirik Fitra lagi) PNS itu pengabdian. (PAUSE) Kalau ingin bersenang-senang, jangan jadi PNS.


Mobil tampak melalui sebuah SPBU besar yang terletak di sebelah kanan jalan. Tampak banyak kendaraan yang berada di sana. Sebagian mengisi bensin dan sebagian parkir. Juga terdapat beberapa bus besar yang parkir.

INTERCUT TO suasana SPBU. Tampak beberapa pedagang asongan menghampiri kendaraan-kendaraan yang parkir.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar