Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Perjalanan Dinas (Bagian 2: Cirebon-Purworejo)
Suka
Favorit
Bagikan
4. CIREBON - 4

27. (CIREBON) EXT. JALAN RAYA — DAY


Mobil tampak melambatkan kecepatannya. Jalanan tampak semakin menyempit, lebih kecil dari jalan sebelumnya. Tampak sebuah sekolah di kiri jalan, kemudian mobil derek melewati jembatan, dan tampak sebuah lapangan luas di sisi kiri jalan. Beberapa pedagang kaki lima tampak menggelar dagangan di pinggir lapangan, dan tampak juga beberapa anak berseragam sekolah menggerombol di dekat lapak dagangan tersebut.


CUT TO


28. (CIREBON) EXT. JALAN RAYA — DAY


Mobil derek tampak memasuki jalan sempit dan agak menanjak.

ESTABLISH suasana jalan sempit tersebut.

Mobil derek terhenti karena ada mobil dari arah berlawanan yang juga akan lewat. Setelah mobil itu lewat, mobil derek kembali berjalan perlahan.

Tampak suasana jalan di sekeliling, kemudian tampak sebuah papan nama dengan beberapa lambang merek mobil yang salah satunya adalah singa.


CUT TO


29. (CIREBON) INT. JALANAN — DAY


Mekanik yang menyupiri sedan putih Fitra menunjuk ke arah luar, di sisi kiri.


MEKANIK
Itu bukan?


Fitra menoleh ke arah yang ditunjuk si mekanik.

CU: sebuah papan bengkel dengan lambang mobil-mobil Eropa, salah satunya adalah gambar singa

Tampak banyak mobil terparkir berderet di situ. Namun, tidak tampak ada orang di sana.


GYA
Atau mungkin yang itu? (menunjuk ke arah depan)


Mekanik itu menoleh ke arah kanan depan yang ditunjuk Gya. Begitu juga Fitra.

CU: papan nama bertuliskan “Euro-Car Club Cirebon”

LS jalan kecil menuju bangunan rumah dengan papan nama “Euro-Car Club Cirebon”


DISSOLVE TO


30. (CIREBON) EXT. BENGKEL — DAY


Fitra tampak melongok ke balik pagar besi, lalu mengambil ponselnya dan menelpon. Ia meletakkan ponsel di telinga sambil matanya tetap celingukan berusaha melihat ke balik pagar.

Christie dan Gya juga berdiri sambil celingukan. Sedan putih Fitra tampak terparkir menempel dengan pagar. Sedangkan, truk derek yang telah berhasil berbalik arah tampak berjalan perlahan kemudian berhenti di depan bengkel juga. Mekanik yang tadi menyetir sedan Fitra turun dan menghampiri Christie.


MEKANIK
(mencolek lengan Christie) Mbak, maaf.

CHRISTIE
(menoleh) Ada apa?

MEKANIK
Begini. (raut wajahnya menyiratkan rasa tidak enak) Ini … soal biaya….


Christie menaikkan alisnya.


MEKANIK (CONT’D)
Kalau untuk derek sampai keluar pintu tol, itu memang gratis karena bagian dari pelayanan. Tapi … kalau sudah keluar tol … lain lagi, Mbak….

CHRISTIE
(terkejut, tapi berusaha menahan) Oh … ya udah … nggak apa-apa, kok.


CUT TO


31. (CIREBON) EXT. BENGKEL — DAY


Terdengar suara pintu pagar digeser. Christie pun menoleh ke arah pagar. Pintu pagar terbuka dan tampak seorang pria tua mengenakan kaos oblong dan celana pendek.


PAK ALI (60 TAHUN)
Maaf … maaf … saya baru lihat pesannya. (melempar senyum ke Fitra dan kawan-kawan). Susah nggak nyarinya?


Fitra menurunkan ponselnya dari telinga.


FITRA
Pak Ali, ya?


Pak Ali mengangguk, lalu mengulurkan tangan dan bersalaman dengan Fitra.


PAK ALI
Silakan masuk. (melihat mobil Fitra) Taruh di situ aja nggak apa-apa. Nanti kami perbaiki di situ.


Fitra dan Gya melangkah masuk. Sedangkan Christie masih tertahan di luar dengan si mekanik.


CUT TO


32. (CIREBON) EXT. BENGKEL — DAY


Christie tampak berbicara dengan si mekanik.


CHRISTIE
Jadi semuanya berapa?

MEKANIK
Totalnya jadi 450.000 rupiah.


Christie segera mengambil dompet dari saku belakangnya, kemudian mengambil uang sebesar 450.000 rupiah.


MEKANIK
Terima kasih, ya, Mbak.

CHRISTIE
Sama-sama, Mas.

MEKANIK
Saya duluan, ya?


Mekanik itu kemudian melangkah menuju mobil derek dan masuk, di samping kursi pengemudi.

Mobil derek itu kemudian melaju pergi.


DISSOLVE TO


33. (CIREBON) INT. BENGKEL — DAY


Fitra dan Gya masuk ke ruang tunggu bengkel. Tak lama, Christie menyusul. Ruangan tersebut tidak terlalu luas. Terdapat sofa di sisi kiri, sedangkan di sisi seberangnya terdapat televisi yang diletakkan di semacam rak yang ditempel ke dinding. Di ujung ruangan terdapat meja dengan beberapa lembar kertas di atasnya. Terdapat sebuah lorong kecil di sudut sebelah kiri menuju kamar mandi, sementara di sisi kiri lorong terdapat kamar tidur kosong yang pintunya terbuka.

Seorang wanita paruh baya masuk sambil membawa nampan berisi tiga cangkir berisi teh hangat. Ia meletakkan nampan tersebut di meja kecil di depan sofa.


WANITA PARUH BAYA (55 TAHUN)
Silakan diminum dulu.

FITRA
(menoleh, lalu tersenyum) Iya, Bu. Haturnuhun.


Wanita paruh baya itu kemudian keluar. Fitra mengalihan perhatiannya ke seisi ruangan.

ESTABLISH ruang tunggu bengkel. Tampak beberapa foto tertempel di dinding. Sebuah foto hitam putih memperlihatkan seorang pria gagah berseragam tentara yang berdiri didampingi seorang wanita berpakaian kebaya. Beberapa pigura memajang potongan artikel koran. Salah satunya menampilkan wajah Pak Ali yang berpose di depan mobil sedan dengan lambang singa.


SUARA PRIA (OS)
Tante-tante ini dari Bandung bukan, ya?


Fitra, Gya, dan Christie menoleh ke arah pintu.


CUT TO


34. (CIREBON) INT. BENGKEL — DAY


Seorang pria berusia sekitar 40-an tahun tampak berdiri di depan pintu, memperhatikan Christie, Fitra dan Gya.


RUSWANDI (40 TAHUN)
Ah, iya! (menjentikkan jari) Tante-tante ini dari bengkelnya Pak Saepul, kan? Saya ingat kemarin mengambil ECU di tempat Pak Saepul, terus saya lihat mobil putih. Saya ingat banget karena warna velg-nya putih juga.


Fitra menaikkan alis, sementara Christie tampak berusaha tersenyum, raut wajahnya menyiratkan rasa tidak nyaman.

Ruswandi menghampiri Fitra dan bersalaman.


RUSWANDI
Ruswandi. Panggil saja Om Rus.

FITRA
Fitra. 


Ruswandi kemudian menyalami Christie dan Gya. 


RUSWANDI
Santai aja. Di klub, semua keluarga. Kalo ada apa-apa, minta tolong aja. (tersenyum) Kalo di klub, panggilan kami itu “Om” dan “Tante”. Soalnya, kalo “Bapak” atau “Ibu” terlalu resmi, tapi “Mas” atau “Mbak” juga kurang pas karena banyak member yang udah berumur. (tertawa) Makanya, jalan tengahnya, kita pakai panggilan “Om” dan “Tante” saja.


Raut wajah Christie yang tadinya seakan tidak nyaman sontak berubah. Ia kemudian tersenyum geli.


FITRA
Makasih, ya … Om. (agak canggung) Nggak nyangka ketemu lagi di sini. (tertawa)

RUSWANDI
(tertawa) Jodoh, mah, nggak kemana. (geli) Kita ketemu di sini juga udah ada yang ngatur. (PAUSE) Saya benerin mobilnya dulu, ya. Tante-tante silakan bersantai di sini dulu. Itu juga ada kamar mandi kalau mau mandi.


Ruswandi kemudian keluar.


DISSOLVE TO


35. (CIREBON) INT. BENGKEL — DAY


Christie, Fitra, dan Gya tampak tengah duduk di ruang tunggu. Ketiganya tampak lebih segar dari sebelumnya. Rambut Christie dan Gya tampak basah. Christie tampak mengenakan kaos lengan pendek. Sedangkan Gya hanya tinggal mengenakan sweater abu-abunya dengan lengan digulung sesiku tanpa kemeja putih di baliknya. Fitra juga sudah mengganti pakaiannya dengan kaos berwarna dominan putih. Ia tampak tengah mengetik sesuatu di ponselnya.


GYA
(meraih remote dan menyalakan televisi) Seumur-umur, baru kali ini aku mandi di bengkel.

FITRA
(menoleh, lalu tertawa) Aku pun nggak nyangka bakal ketemu orang yang kemarin di bengkelnya Pak Saepul. (kembali fokus dengan ponselnya)

GYA
(melirik keluar sebentar) Tapi … berarti aman, kan, kita di sini?

FITRA
(kembali menoleh) Ha? Aman, Mbak. Anggap aja ini skenario dari ‘Yang Di Atas’. (tertawa)


Tampak Christie tidak merespons obrolan kedua temannya. Matanya tampak serius memperhatikan layar ponselnya. Beberapa kali ia tampak seperti mengetik. Ia seperti tengah terlibat percakapan serius melalui ponselnya.


CUT TO



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar