Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Montase
Suka
Favorit
Bagikan
21. Act 3 (3)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - RUANG PEMENTASAN - MALAM HARI

Sebuah video perpisahan menjadi penutup dari pementasan terakhir mereka. Para hadirin memberikan standing ovation untuk penampilan terakhir dari teater rupakata. Keluarga Reina ikut hadir menonton pertunjukkan itu. Wildan berada di samping panggung tersenyum bangga melihat penampilan mereka.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - MALAM HARI

Wildan mengadakan pameran dan pesta kecil-kecilan untuk merayakan keberhasilan penampilan mereka dan juga sebagai sebuah perpisahan. Semua orang terkagum dengan karya Wildan. Wildan menyendiri berdiri di pojok ruangan, tersenyum memandangi kerumunan orang. Irham dan Leo menghampirinya.

LEO
Mojok mulu kayak tempat sampah loe.
IRHAM
Tahu gabung napa. Kita nyari-nyari dari tadi.
WILDAN
Clara sama Poppy mana ?
IRHAM
Tuh biasa, lagi narsis di depan potret mereka. Ke sana yuk, gangguin mereka. Dari pada di sini, nanti dikira tempat sampah beneran lagi.
WILDAN
Engga ah di sini aja.
LEO
Takut banget sih loe sama keramaian, kaya jin aja. Ham, tarik Ham. Tarik paksa.
IRHAM
Siaaap. Ayo.

Irham dan Leo menarik lengan Wildan.

WILDAN
Okay, okay. Gue ikut, ikut. Jangan ditarik. Malu.
LEO
Gitu dong, kayak anak SD aja loe, ditarik-tarik.

Clara dan Poppy masih asik berpose dibantu oleh Hans sebagai fotografernya. Irham, Leo, dan Wildan bergaya dibelakang tanpa sepengetahuan mereka.

HANS
Okay sekali lagi ya. Lebih cantik, lebih seksi lagi. 1,2... Okay.
POPPY
Coba lihat.

Poppy melihat hasilnya.

POPPY
Ih apaan sih, ganggu aja...
IRHAM
Bagus kan jadinya? Seksi.
POPPY
Jijik lebih tepatnya.
(ke Hans)
Makasih ya Hans sekali lagi.
HANS
Okay. Gue tinggal dulu ya.
CLARA
Iya Kak. Semangat kerjanya.

Hans tersenyum. Clara melambaikan tangannya ke Hans.

CLARA
Ya ampun manis banget Kak senyumnya. Gak tahan.
POPPY
Nih anak dari tadi kecentilan terus di depan si Hans. Gayanya tuh pas di foto tuh, waah, seksi banget, tebar pesona ...
LEO
Diajarin siapa loe kayak gitu ? Cukup gue yang centil ya, ga usah ikut ikutan.
CLARA
(ke Wildan)
Kak Hans masih jomblo kan kak ? Belum nikah kan ?
WILDAN
Aduh gimana ya bilangnya. Dia tuh gak suka... Cewek.

Clara terdiam sejenak. Irham dan Poppy menahan tawanya.

CLARA
Oh.
WILDAN
Iya, dia udah punya pacar orang Amerika. Bulan depan mau resign, mau nikah soalnya di sana. Sorry ya Ra. Nanti gue cariin deh yang mirip sama dia. Maksudnya, fisiknya, Okay ? Jangan sedih dong. Semangat, semangat.
CLARA
Semangat kak, semangat. Masih banyak kan Kak cowok di dunia ini yang lurus ?
WILDAN
Masih, masih.
POPPY
(meledek)
Manis banget senyumnya ...

Clara mencubit Poppy. Hans berlari menghampiri mereka.

IRHAM
Panjang umur nih orang.
HANS
(ke Wildan)
Bos... Ada bokap loe datang. Belum gue izinin masuk. Dia ngotot mau ketemu sama loe.

Wildan berpikir sejenak.

WILDAN
Bentar yah.

Wildan pergi keluar untuk menghampiri ayahnya.


EXT. POSE STUDIO AND GALLERY - MALAM HARI

Ari menunggunya di luar gedung. Wildan hanya berdiri mematung melihat ayahnya. Akhirnya dia memberanikan diri menghampirinya.

WILDAN
Mau apa lagi ?
ARI
Bisa kita ngobrol di dalam ?
WILDAN
Di sini aja, gak enak dilihat banyak orang.
ARI
Gak akan lama kok. Setelah selesai, bapak janji akan pergi, gak akan ketemu kamu lagi.

Dengan berat hati Wildan mengizinkannya masuk ke dalam.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - MALAM HARI

Mereka duduk saling berjauhan sambil menatap sebuah foto di depan mereka.

ARI
Bapak turut berduka atas meninggalnya temen kamu. Dia orang yang baik.

Ari terlihat takjub dengan studio Wildan.

ARI
Studiomu bagus ya ternyata ... Tahu gini, bapak sering-sering kemari. Kamu habis berapa untuk bangun semua ini? Banyak pasti ---
WILDAN
--- Kalau bapak ke sini cuman untuk menghina Wildan, lebih baik pulang. Wildan gak mau bikin keributan. Tujuan Bapak apa ke sini?
ARI
Bapak ke sini tidak ada niatan untuk menghina atau bertengkar sama kamu. Bapak mau berdamai. Mau minta maaf ke kamu.

Wildan menatap ayahnya terkejut.

ARI
Beberapa hari setelah kamu dan bapak bertengkar itu, Reina datang ke rumah. Dia nyeritain semuanya, tentang perasaan kamu ke Bapak selama ini. Bapak awalnya gak mau mendengarkan omongannya, karena bapak pikir itu cuman akal-akalanmu saja, untuk mendapatkan perhatian Bapak. Bapak usir dan suruh dia jangan kembali lagi. Tiba-tiba Reina berlutut memohon kepada Bapak untuk berbaikan dengan kamu, bahkan ia sampai mencium kaki Bapak. Ibumu langsung memeluk Reina yang menangis. Lalu Bapak tanya, kenapa dia sampai melakukan hal seperti itu, seberapa pentingnya kamu untuk Reina ? Dia bilang, kamu adalah alasan dia bisa tetap bahagia. Melihat kamu tersenyum dan tertawa, membuat dia semangat untuk terus melanjutkan hidup. Walaupun dia tahu kematian tidak bisa dihindari. Dia berpikir, kalau Bapak memaafkan kamu, kamu akhirnya akan bahagia, walaupun Reina sudah tidak ada di dunia ini lagi.

Wildan mengepalkan tangannya, menahan semua emosinya. Ari melihatnya.

ARI
Kalau kamu ingin mukul Bapak, silahkan. Gak apa-apa. Luapkan emosi kamu. Jangan diem aja. Biar enak.
WILDAN
Wildan salah apa sih Pak? Sampai Bapak, benci banget sama Wildan? Bapak mau bunuh Wildan. Bapak inget, ngomong kayak gitu? Gimana caranya Wildan maafin Bapak? Wildan gak pernah ngerti apa salah Wildan sampai Bapak siksa Wildan kayak gitu. Ini bukan pertama kalinya Wildan ngomong kayak gini. Udah berkali-kali. Kalau bukan karena Reina, Bapak pasti gak akan ke sini. Iya kan? Jadi buat apa? Sia-sia Bapak ke sini.

Wildan menatap Ayahnya dengan penuh emosi. Ari terdiam, menunduk melihat lantai, tidak berani menatap mata putranya.

 ARI
Reina merubah kamu, menjadi orang yang lebih baik lagi. Hal yang gak pernah Bapak lakukan ke kamu. Rasa benci Bapak ke kamu begitu besar, sampai Bapak lupa, kalau kamu itu darah daging Bapak sendiri. --- Kamu berbeda sama Firman. Kamu ingin bebas, gak mau di atur, ingin jadi diri sendiri. Bapak takut kamu akan gagal dan bawa malu nama keluarga. Tapi semua itu salah. Seharusnya Bapak tidak benci kamu karena hal itu. Firman gak mau jadi tentara. Dia itu ingin jadi pelukis. Tapi Bapak paksa dia, Bapak ancam dia. --- Bapak sudah menyiksa kalian berdua, dan Bapak tidak sempat minta maaf ke Firman.

Ari menyentuh pundak Wildan. Wildan terkejut dengan hal itu.

ARI
Bapak minta maaf. Bapak yang salah. Gak bisa jadi orang tua yang baik buat kamu. Jangan salahin diri kamu lagi. Kamu anak yang baik. Bapak bangga punya anak seperti kamu.

Ari mengelus kepala Wildan. Widan hanya terdiam melihat Ayahnya. Ari berdiri dan berjalan meninggalkan gedung.

Wildan duduk termenung berusaha untuk menenangkan dirinya.

POPPY
Nih...

Poppy memberikan Wildan segelas minuman.

WILDAN
Thanks.

Irham, Clara, dan Leo menyusul Poppy yang duduk menemani Wildan. Mereka semua menatap ke arah yang sama dengan Wildan. Terdiam mengaggumi foto di depan mereka.

POPPY
Cantik banget dia.
CLARA
Iya.

Clara tiba-tiba terkejut melihat foto di depannya.

CLARA
Ih, ini pas aku pertama kali gabung teater. Ya ampun kucel banget mukanya.
LEO
Mana?
CLARA
Nih.
LEO
Oh iya.

Irham dan Poppy mencari foto mereka.

IRHAM
Wuih gila. Keren banget gue di sini. Ini pas masih pacaran sama Reina. Emang ganteng banget gue dari dulu.
LEO
Norak loe. Lihat Nih foto gue.
IRHAM
Anjing, loe kurus banget Le. Ganteng banget lagi. Putih kulitnya.
LEO
Bangsat, body shaming dasar. Sirik bilang bos.
POPPY
Oh my god... Ini pas pertama kali gue sama Reina gabung di Rupakata. Ya ampun. Bocah banget muka gue.
CLARA
Belum kenal make up nih Kak Poppy.
POPPY
Iya. Polos banget.

Wildan bahagia melihat teman-temannya bercanda mengenang masa lalu mereka di dalam foto-foto tersebut.

Dari kejauhan, terlihat mereka berkumpul di sebuah Montase yang membentuk wajah Reina. Pengunjung masih ramai mengelilingi pameran itu. Irham, Leo,Clara,Poppy, dan Wildan; Mereka terhanyut dalam kebahagiaan mengenang kembali masa-masa indah bersama lewat montase foto tersebut.

CUT TO BLACK.

THE END.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar