INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - RUANG PEMENTASAN - SORE HARI
Latihan baru saja selesai. Beberapa anggota teater berpamitan dengan Poppy. Poppy sibuk mengetik di handphone-nya, mengirimkan sebuah pesan.
DI LAYAR HP POPPY
Pesan tertulis 1 jam yang lalu : “Loe dimana ? Jadi nongkrong bareng gak ?”
Pesan tertulis 30 menit yang lalu : “Wooy, dimana loe ? Mau latihan monologue gak ?”
POPPY (TEKS)
(mengetik)
Kita udah selesai. Kalau mau nyusul, di kafe biasa.
Leo, Clara, dan Irham menghampiri Poppy. Mereka meninggalkan tempat.
INT. POSE STUDIO AND GALLERY - TAMAN BELAKANG - SORE HARI
Wildan memandang api di dalam tong. Ia memandangi api itu sejenak. Ia membuka bajunya yang terciprat darah dan memasukannya ke dalam tong, dan menyaksikannya terbakar.
INT. POSE STUDIO AND GALLERY - KANTOR WILDAN - MALAM HARI
Wildan berbicara dengan Yuda di telepon.
YUDA (V.O.)
Tadi Om udah ngobrol sama tante sama semuanya, mereka ngerti kok. Ini bukan salah kamu. Bukan salah siapa-siapa. Semuanya sudah takdir. Sudah pasti terjadi. Yang penting sekarang semuanya sudah tahu, jadi kamu dan Reina gak sendirian lagi mengatasi masalah ini.
WILDAN
Reina gimana om ?
YUDA (V.O.)
Sudah stabil sekarang kondisinya, tapi masih lemes, pengaruh obat mungkin. Besok mau mulai kemo lagi. Kamu gak usah khawatir. Semuanya pasti baik-baik aja.
INT. RUMAH SAKIT - LIFT - SIANG HARI
Wildan memegang sebuah cake yang terbungkus rapi dengan pita. Pintu lift terbuka.
INT. RUMAH SAKIT - KAMAR REINA - KEMUDIAN
Terdengar suara ketukan pintu, Donna membukanya.
DONNA
Eh, Wildan... Masuk, masuk.
Wildan tersenyum ke arah Reina, Reina hanya melihatnya sinis.
DONNA
Oh iya, kemarin tante lupa gak sempet ketemu kamu. Makasih yah, kamu udah nyelametin Reina. Aduuh, gak kebayang, kalau gak ada kamu Reina gimana jadinya.
WILDAN
Iya tante sama-sama. Oh iya, ini saya bawa cheesecake untuk Reina. Reina boleh makan kue gak tan ?
DONNA
Ooh, boleh-boleh. Daripada gak ada yang masuk sama sekali. Makasih ya. Sini biar tante taruh di kulkas.
Wildan melihat ke arah Reina, yang masih melihatnya dengan sinis. Suasana di antarara mereka begitu canggung.
DONNA
Loh kok malah pada diem ? Gak mau ngobrol ? --- Ya udah tante keluar deh, biar enak ngobrolnya. Lagian tante mau ke minimarket dulu, ada yang mau dibeli. Ayo sini Wildan duduk.
WILDAN
Eh iya tante makasih.
DONNA
Mamah keluar dulu ya. Yang lama ngobrolnya.
Donna mencium kening Reina dan keluar kamar. Keadaan hening beberapa saat. Wildan tidak berani menatap Reina. Reina mengambil handphone nya.
REINA
Udah gue transfer uangnya. Gue udah gak butuh loe lagi. Hapus aja semuanya, udah gak penting. Sekarang loe pulang, gak usah ketemu gue lagi.
WILDAN
Rei, gue minta maaf, okay ? Gue juga gak tahu harus gimana. Masa gue harus diem aja ngelihat loe sekarat kayak gitu ? Gak ngasih tahu orang tua loe ? Loe masih punya keluarga loh. Mereka berhak tahu.
REINA
Gue cuman minta satu doang Wil ...
WILDAN
Iya gue ngerti ...
REINA
Loe bilang janji ... Loe bilang bisa ...
WILDAN
Iya ngerti gue Rei, tahu ...
REINA
YA KALAU NGERTI KENAPA GAK LOE TEPATIN ?! Gue udah percaya sama loe ! Gue rahasiain semuanya karena gue gak mau ngebebanin keluarga gue ---
WILDAN
Oh jadi loe gak masalah ngebebanin ini ke orang lain ? Gitu ?
REINA
Ya harusnya loe bilang kalau loe gak bisa. Gak usah sok-sokan bikin janji.
WILDAN
Bukan sok-sokan. Gue gak mau loe sendirian Rei. Karena gue tahu rasanya sendirian di saat loe punya maaslah yang berat. Loe butuh seseorang yang bisa bikin loe tenang, bisa bikin loe semangat lagi, happy lagi. Gue pingin jadi orang itu buat loe. Gue tahu gue udah ingkar janji sama loe, gue udah bikin loe kecewa. Gue minta maaf... Rei. Gue minta maaf. Loe boleh benci sama gue. Tapi jangan usir gue dari hidup loe.
Reina tiba-tiba tertawa sendiri. Wildan bingung melihatnya.
REINA
Loe orang paling menyedihkan yang pernah gue kenal. Gak salah kalau bokap loe jijik banget punya anak kayak loe. Loe yang harusnya mati. Bukan gue. Bukan kakak loe. Tapi loe ! --- Mendingan sekarang loe pergi ! Sebelum gue panggil satpam ke sini !
Reina bersiap-siap menekan tombol pemanggil perawat.
WILDAN
Rei please dengerin gue dulu ---
REINA
Loe sebut nama gue sekali lagi, gue panggil perawat ke sini untuk usir loe ---
WILDAN
--- Rei gue ---
Reina menekan tombolnya. Wildan terdiam dengan seluruh emosinya. Ia berdiri, hendak keluar dari kamar, tapi ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
WILDAN
Loe beruntung ! Loe beruntung ketemu sama gue ! Loe beruntung gue ada di sana , dan tahu semua ini ! Dokter bilang paru-paru loe udah penuh sama darah ! Kalau kita telat beberapa menit, loe bisa mati ! Gue berharap loe bisa bangun lagi, kita bisa bicara lagi ! Gue pikir loe bakal ngerti ! Tapi enggak, yang ada loe malah marah, nyalahin semuanya, semua orang --- Loe nyalahin gue ! --- Kak Firman gak pantes mati ! Gue gak pantes mati ! Tapi loe ! Loe gak pantes untuk mendapatkan semua kebahagiaan dan cinta yang ada di dunia ini ! Karena loe cuman bisa buang semuanya dengan sia-sia ! Orang-orang yang gue wawancarai, orang-orang yang loe sebut palsu itu, mereka masih sayang sama loe, peduli sama loe ! Gak mikirin seberapa sering loe mengacuhkan mereka, memperlakukan mereka kayak sampah, mereka masih mau jadi temen loe !
Suster masuk ke dalam kamar.
SUSTER
Iya ada apa Mba ?
Wildan mengambil flashdisk dan melemparnya ke Reina.
WILDAN
Bawa ke kuburan loe !
Wildan keluar dari kamar. Suster memandangi mereka kebingungan.
SUSTER
Ada apa Mbak ? Butuh bantuan apa ?
Reina hanya menahan tangisnya.
INT. POSE STUDIO AND GALLERY - KAMAR MANDI - MALAM HARI
Wildan mematung di depan kaca. Memandangi dirinya sesaat. Ia mengepal tangannya dengan keras. Ia berusaha menahan segala emosinya, namun tidak tertahankan---
PRAAAANG !!!
Ia meninju kaca sampai tangannya berdarah.