INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - TEMPAT PERTUNJUKKAN - SIANG HARI
Julian dan beberapa anggota komunitas teater berkumpul sambil mendengarkan Poppy yang berdiri di atas panggung.
POPPY
Jadi, kita memutuskan untuk membuat sebuah pertunjukan terakhir Teater Rupakata. Sebuah penutup, yang berjudul ”Rupakata : Sebuah Kisah tanpa Akhir”. Konsep dari pertunjukkannya sendiri akan berbentuk monologue , jadi setiap anggota akan membawakan sebuah cerita yang menampilkan emosi terdalam dari diri kita masing-masing. Sesuatu yang tidak pernah kita ungkapkan sebelumnya. ---
Julian mendengarnya dengan sangat antusias, begitu juga dengan yang lain, kecuali Reina yang sudah mulai bosan. Ia mulai batuk-batuk saat Poppy sedang berbicara.
POPPY
--- Pada akhir acara, akan ada kumpulan video-video kenangan yang pastinya akan menjadi kejutan untuk kalian semua ---
Reina batuk dengan sangat keras, mengalihkan perhatian Poppy dan yang lainnya, Ia berlari meninggalkan ruangan.
POPPY
--- Dan pastinya, pertunjukan ini kita dedikasikan, bukan hanya untuk teater kita tercinta, tetapi juga untuk, abang kita yang ganteng, Bang Julian.
Semuanya bertepuk tangan , membuat Julian tersipu malu.
POPPY
Karena Bang Julian lah, kita bisa bersatu dan menemukan keluarga yang baru, dan kita juga belajar banyak banget dari Bang Julian. Jadi, inilah yang bisa kami persembahkan terakhir kali untuk Bang Julian dan teater kita tercinta.
INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - KAMAR MANDI - SIANG HARI
Reina tidak berhenti batuk-batuk. Ia merasakan perih di dada dan tenggorokannya. Ia mencoba mengambil nafas, menenangkan dirinya. Ia menyalakan wastafel dan mencuci mukanya.
Clara masuk dan melihat Reina tertunduk lemas.
CLARA
Kak...
Reina terkejut, dan langsung mengelap mukanya dengan tisu. Ia berusaha terlihat segar kembali.
CLARA
Kakak kenapa ? Pucet banget mukanya.
REINA
Gak, gak apa-apa. Pusing aja sedikit.
Clara mengelus pundaknya, masih melihatnya dengan khawatir.
CLARA
Beneran ? Aku buatin teh anget ya...
REINA
Beneran gak apa-apa Ra. Santai aja.
CLARA
Ooh ya udah, aku masuk dulu ya Kak. Nanti kalau ada apa-apa, ketuk aja pintunya.
Reina tersenyum. Clara masuk ke dalam bilik kamar mandi. Reina meminum obatnya dan kembali tertunduk lemas. Keringat membasahi dahinya. Ia mengelap mulutnya, tangannya terlihat gemetar.
Clara keluar dari bilik, Reina kembali pura-pura terlihat segar. Clara mengambil tas make-up nya.
CLARA
Lipstick kak ?
REINA
Gue bawa kok. Makasih.
Reina mengeluarkan lipstick nya. Mereka sibuk berdandan.
REINA
Ide siapa monologue ?
CLARA
Kak Poppy.
Reina tertawa sinis mendengarnya.
CLARA
Kenapa kak ?
REINA
Mentang-mentang dia yang biayain, semuanya harus nurut apa kata dia. Sampai-sampai ide kalian aja gak ada yang didenger.
CLARA
Ehmm, Sebenernya, itu semua udah didiskusiin Kak sama anggota yang lain, tapi dari semuanya, ide Kak Poppy tuh yang paling bagus, paling simple, dan semuanya setuju kok.
REINA
Terus peraturannya apa aja ? Yang gak mau ikutan kena denda, gitu ?
CLARA
Gak ada peraturan sih... Emangnya kakak gak mau ikutan ?
Reina tidak menjawab pertanyaan Clara, ia langsung merapihkan pernak-perniknya.
REINA
Sekali-kali gak apa-apa lah, jadi budaknya dia. Toh kita gak akan ketemu lagi habis ini.
Reina tersenyum ke Clara. Clara kebingungan dan tak menggubris perkataan Reina.
REINA
Oh iya ini...
Reina memberikan pembersih wajah Clara yang pernah dipinjamnya.
REINA
Makasih ya.
Reina menepuk pundak Clara dan pergi meninggalkannya yang masih diam berdiri, berusaha mencerna apa yang baru saja disampaikan oleh Reina.
EXT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - SORE HARI
Julian, Leo, Poppy, Clara, Irham dan beberapa anggota teater berkumpul dan berbincang-bincang sebelum mereka berpisah. Reina mengacuhkan mereka dan langsung menuju mobilnya tanpa basa-basi.
JULIAN
REII !!
Reina melihat Julian.
JULIAN
Mau kemana ?
REINA
Mau pulang.
JULIAN
Gak ikut karaokean dulu ? Ayo. Udah lama nih gak kumpul kayak gini.
REINA
Gak bang, makasih. Buru-buru. Dah.
Reina langsung pergi dan masuk ke mobilnya. Mereka hanya diam menatapnya. Clara yang berdiri di samping Leo, sibuk berbicara satu sama lain. Tampak Clara mendekatkan tubuhnya untuk membisikkan sesuatu ke Leo.
LEO
Serius dia ngomong gitu ?
Clara mengangguk.
CLARA
Emang Kak Poppy sama Kak Reina ada masalah apa sih ?
LEO
Gak tahu. Perasaan gue gak ada deh.
CLARA
Jangan bilangin ke Kak Poppy ya kak.
LEO
Iya enggak lah. Nambah panjang nanti masalahnya.
Mobil Reina keluar meninggalkan gedung. Clara dan Leo diam memandanginya.
INT. NOIR KARAOKE - MALAM HARI
Mesin karaoke memainkan sebuah lagu sendu. Reina tidur di kursi sambil memandangi langit-langit yang bermandikan cahaya warna-warni. Microphone berada di meja tidak jauh dari Reina, tetapi Reina tidak berkeinginan untuk datang dan bernyanyi. Ia hanya terdiam dalam lamunannya.
INT. KAMAR KOST REINA - PAGI HARI
Cahaya matahari menembus tirai jendela. Waktu menunjukkan pukul 10. Baju Reina berserakan di lantai. Ia masih terlelap dalam mimpinya. Air liur membasahi bantalnya.
Drrrt ! Drrrt !
Handphone nya bergetar beberapa kali. Matanya terbuka perlahan. Ia masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia mengelap air liur dari bibirnya dan mengambil handphone nya.
REINA
Halo.
YUDA (V.O.)
Kamu dimana ?
REINA
Di kost-an,kenapa Yah ?
YUDA (V.O.)
Temenin ayah yuk.
REINA (V.O.)
Kemana ?
YUDA (V.O.)
Ayah lagi di taman. Nanti ayah kasih tahu lokasinya.
REINA
Males ah. Ngantuk.
YUDA (V.O.)
Kamu lagi pingin apa ? Nanti ayah beliin.
REINA
Beneran ?
YUDA (V.O.)
Iya.
REINA
Ya udah, Rei siap-siap dulu.
YUDA (V.O.)
Jangan lama-lama.
REINA
Okay, dah.
Reina menutup handphone nya dan bangun dari tempat tidurnya.
EXT. TAMAN KOTA - SIANG HARI
Hari itu sangat cerah. Anak-anak berlarian dan bermain dengan canda tawa. Beberapa orang berjalan bersama pasangannya, ada juga yang berkumpul dengan keluarganya, mengambil gambar untuk media sosial mereka. Beberapa juga ada yang hanya duduk memandangi suasana di sana.
Seorang pria memakai kacamata hitam duduk di salah satu bangku sambil memerhatikan orang-orang yang melewatinya, dia adalah Yuda (60), Ayah Reina. Penampilannya sangat berbeda untuk bapak-bapak sepertinya. Ia memakai kaus dan kemeja hitam dipadukan dengan celana jeans. Rambutnya diikat rapih. Kumis dan jenggotnya terlihat terawat. Reina datang dan duduk di sampingnya dengan memakai sweater dan celana training. Tidak lupa ia juga memakai kacamata hitam untuk menutupi matanya yang kelelahan. Yuda melihatnya keheranan.
REINA
Kenapa ?
YUDA
Kamu bawa mobil ?
REINA
Enggak. Naik taksi tadi. --- Jadi, mau ngapain di sini ?
YUDA
Ayah ke sini cuman untuk nunggu kamu. Tujuannya sih ke tempat lain. Ayo.
REINA
Mau kemana ?
YUDA
Berdiri aja dulu. Ayo.
Yuda mengulurkan tangannya. Reina meraihnya dengan rasa malas.
INT. MOBIL YUDA (BERGERAK) - KEMUDIAN
Suasana sangat hening. Yuda fokus menyetir, Reina fokus melihat pemandangan jalan, hanya suara mesin yang meramaikan. Setelah beberapa keheningan, Reina membuka pembicaraan.
REINA
Udah gak sama Mbak Nita lagi ?
YUDA
Hmm ?
REINA
Mbak Nita ... udah gak bareng lagi ?
YUDA
Nita ?
REINA
Pura-pura lupa. Itu loh, yang nemenin Ayah pas ulang tahun aku. Pacar Ayah.
YUDA
Oohh, Nita itu. Udah gak kontakan lagi.
REINA
Udah putus berarti ?
YUDA
Orang gak pernah pacaran kok.
REINA
Perasaan pas terakhir ketemu, Ayah bilang Mbak Nita pacarnya Ayah , malah sampai liburan ke Bali berdua.
YUDA
Perasaan gak pernah ngomong kayak gitu. Cuman temen aja Nita itu. Temen kantor.
Reina menggelengkan kepala mendengar perkataan Ayahnya. Ia melihat Yuda dengan kecewa.
REINA
Ayah kebiasaan deh. Suka nyakitiin perasaan cewek.
YUDA
Kok nyakitin ?
REINA
Ya iyalah. Mbak Nita pasti udah seneng tuh dianggap pacar sama Ayah. Eh malah sekarang ayah mengilang gitu aja. Dibilangnya cuman temen lagi. Sakit tahu.
YUDA
Ayah gak ngilang, udah bicara kok sama Nita nya.
REINA
Ngomong apa ?
YUDA
Ya, ayah bilang aja kalau,selama ini gak pernah ada perasaan apa-apa ke dia. Ayah cuman seneng berteman sama dia.
Reina menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan Ayahnya.
REINA
Gak heran bunda minta cerai sama ayah.
YUDA
Kalau Bunda kamu ya beda cerita. Kita berpisah, karena masih saling mencintai, kalau dipaksakan tetap bersatu, yang ada malah kita saling benci satu sama lain. Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil jalan masing-masing. Sekarang lihat kan bunda kamu bahagia dengan Om Hassan. Ayah juga ikut seneng melihatnya. Yang penting sekarang, yang harus selalu kamu ingat adalah, Ayah dan Bunda gak akan pernah pergi dari kehidupan kalian berdua. Kasih sayang Ayah dan Bunda akan selalu ada buat kamu dan Reza.
REINA
Aneh banget dengernya.
YUDA
Kamu gak suka kalau Ayah ngomong manis kayak gini? Ini jujur loh dari hati yang dalam.
REINA
Suka maksudnya, cuman... Aneh aja gitu. Semenjak cerai sama Bunda, Ayah jadi lebih seneng curhat. --- Belum terbiasa aja.
YUDA
Justru yang aneh itu kalau kamu yang keseringan curhat.
REINA
Aku sering curhat kok.
YUDA
Kamu terakhir curhat pas masih kecil. Ngoceh melulu.
REINA
Masa sih?
YUDA
Iya. Pas udah besar jadi pendiem. Kenapa sih?
Reina terdiam melihat keluar jendela.
YUDA
Tuh kan. Kalau ada masalah tuh diomongin, jangan dipendam. Gak baik. Kamu masih punya keluarga loh, masih punya temen. Kalau pun nanti kamu mati, sendirian, mayatmu itu diurus sama orang lain. Manusia itu makhluk sosial. Gak bisa hidup sendiri. --- Cerita. Cerita. Ya?
Mata Reina berkaca-kaca. Ia mengusap matanya sebelum air matanya jatuh.