Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Montase
Suka
Favorit
Bagikan
4. Act 1 (4)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. MOBIL YUDA - SIANG HARI

Mereka berhenti di dekat sebuah rumah dengan bendera kuning dan karangan bunga menghiasi halaman depan. Reina melihatnya kebingungan. Yuda sibuk membalikkan badannya ke kursi penumpang, mengambil sesuatu.

REINA
Kenapa berhenti di sini ? Mau ngelayat ?
YUDA
Nih...

Yuda memberikan sebuah syal untuk Reina. Reina hanya melihat kebingungan.

REINA
Beneran mau ngelayat ?
YUDA
Iya.
REINA
Tuh ayah kebiasaan deh, suka ngedadak gini, gak pernah bilang.

YUDA

Kalau ayah bilang mau ngelayat, pasti kamu alasannya banyak, gak mau ikut. Udah nih pake aja.

REINA

Ya lihat aku pakai apa. Gak pantes, kayak mau ke minimarket.
YUDA
Udah gak akan ada yang merhatiin juga.

Reina memakai syalnya.

REINA
Punya siapa syalnya ?
YUDA
Gak tahu, ada di mobil.

Yuda keluar dari mobil, di susul Reina.


INT/EXT. RUMAH DUKA - KEMUDIAN

Mereka masuk ke halaman depan rumah. Yuda menyapa para pelayat dengan ramah. Mereka masuk ke ---

RUANG TAMU

Acara pemakaman sudah selesai, tetapi para pelayat masih banyak berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa ke keluarga. Beberapa dari mereka terlihat masih ada yang menangis, berbicara satu sama lain, dan juga memanjatkan doa. Yuda menyuruh Reina untuk duduk.

YUDA
Duduk aja di sini. Ayah mau ke sana dulu.
(ke pelayat)
Bu, nitip anak saya bentar ya.
PELAYAT
Oh iya pak.

Yuda berjalan meninggalkan Reina yang merasa malu ayahnya berbicara seperti itu. Pelayat itu memberikan senyuman ke Reina, Reina membalasnya dengan senyuman canggung.

Reina memerhatikan ayahnya dari jauh.

Yuda berbicara dengan seorang pria (60) sambil memegang pundaknya. Tampak pria itu mulai menangis dan memeluk Yuda. Yuda berusaha menenangkannya.


EXT. RUMAH DUKA - GARASI - SIANG HARI

Para pelayat masih berdatangan masuk ke dalam rumah. Yuda tersenyum menyapa para pelayat yang lewat sambil meneguk kopinya. Reina duduk di sebelahnya, memerhatikan para pelayat yang hadir.

REINA
Banyak juga yang dateng. Emang semuanya pada kenal sama yang meninggal ?
YUDA
Ya enggak semua. Walaupun cuman tahu namanya aja, tapi sebagai manusia kita harus saling mendoakan.
REINA
Paling juga sedihnya cuman pura-pura. Orang yang benci sama dia, pasti seneng banget orangnya udah gak ada.
YUDA
Heeh kalau ngomong dijaga ! Gak Sopan !
REINA
Emang bener kan ? Reina yakin, kalau nanti Rei meninggal, semua orang pasti bahagia. Akhirnya beban hidup mereka berkurang satu.
YUDA
Berarti kamu seneng dong, kalau Ayah meninggal ?

Reina terdiam sejenak, ia tidak berani melihat Ayahnya.

REINA
Tenang aja Yah, Rei udah pesen ke Tuhan biar dipanggil duluan.

Reina berjalan keluar meninggalkan ayahnya yang masih tercengang mendengar omongannya.

YUDA
Reei mau kemana ? --- REEI ...

Yuda ikut menyusulnya.


INT. JACK’S DINER - SORE HARI

Tempat makan dengan suasana 50an menjadi pilihan mereka untuk makan siang. Yuda melahap makanannya. Reina memotong kecil-kecil steak pesanannya, dan memakannya dengan pelan-pelan, tidak ada nafsu makan. Yuda memerhatikan Reina yang terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

YUDA
Makan yang banyak. Dari tadi kamu ngelantur terus pasti laper kan ? Jangan sedikit-sedikit makannya. Kayak gini nih ---

Yuda melahap suapan besar makanannya. Reina melihatnya jijik.

REINA
Malah jadi gak nafsu.
YUDA
Ya udah, yang penting dihabisin, jangan dibuang-buang.
REINA
Soal omongan yang tadi ... Cuman bercanda doang, gak serius. Reina pasti sedih lah, kalau Ayah atau Bunda dulu yang meninggal. Kalau tuhan ada di sini dan nanya siapa yang mau pergi duluan, pasti Reina jawab ---
YUDA
--- Udah udah. Gak usah bahas kayak gituan. Gak enak didengernya. Ayah tuh ngajak kamu pingin seneng-seneng, ngilangin stress. Udah lama kita gak pergi kayak gini. Malah diajak ngomongin mati. Mending ganti topik deh, yah ? Mmm ... Ahh, pacar aja deh pacar. Gimana ? Udah dapet yang baru ?

Reina menggelengkan kepalanya.

YUDA
Masa ? Gebetan deh ? Masa gak punya ? Anak Ayah cantik kayak gini, pasti banyak dong, yang minta nomor HP, ajak kenalan.
REINA
Ada, tapi sama semua. Manis di awal. Tukang pamer. Paling juga kalau udah jadian, cuman bertahan satu minggu manisnya, habis itu jadi bosen, terus putus, terus ketemu lagi yang baru, manis lagi di awal, bosen, terus aja kayak gitu polanya.
YUDA
Lagian kamu malah putus sama yang dulu. Siapa namanya ?
REINA
Michael.
YUDA
Michael. Padahal ayah udah setuju loh, kamu sama dia. Emang kenapa sih putusnya ?
REINA
Udah gak cocok aja. Punya jalannya masing-masing.
YUDA
Semua orang juga gitu alasannya kalau putus. Tapi masih tetep baik kan hubungan kalian ? Masih sering kontakan ?
REINA
Masihlah. Emang ayah habis manis sepah dibuang.
YUDA
Eh, Ayah gak gitu ya orangnya.
REINA
Coba telpon tante Nita.

Yuda mengambil handphone dan berpura-pura menelpon Nita.

YUDA
Gak diangkat.
REINA
Mana coba lihat ? Bohong nih pasti.
YUDA
Enggak, emang gak aktif nomornya.

Yuda saling bercanda dan berebut handphone dengan Reina.

REINA
Sini lihat sini.
YUDA
Gak aktif nih anak susah banget sih dibilangin.

Reina berhasil merebut handphone Yuda.

REINA
Tuuh, mana mana, gak di pencet juga nomornya. Huuh, Ayah pengecut nih. Aku pencet yah.
YUDA
Reei, jangan ... Reei
REINA
Pencet aah ... Nita ...
YUDA
Reei ... Reei...

Mereka saling memperebutkan handphone dan terhibur karenanya. Para pengunjung melihat kelakuan aneh mereka.


EXT. MINIMARKET - SORE HARI

Yuda menurunkan Reina di pinggir minimarket. Reina keluar dari mobil.

REINA
Makasih Yah.

Reina berjalan menuju minimarket.

YUDA
(berteriak)
REII !!

Reina mendekati mobil.

REINA
Kenapa yah ?
YUDA
Jangan pulang malem. Jangan lupa makan. Kalau udah sampai kost-an, telpon ayah.
REINA
Ada lagi ?
YUDA
(diam)
Jangan lupa ... cari pacar. Biar ke minimarketnya gak sendirian.
REINA
Nyebelin banget sih Yah. Udah sana pergi-pergi.
YUDA
Bye ... love You

Reina terseyum jengkel melihat kelakuan Ayahnya. Ia berjalan menuju minimarket.


INT. MINIMARKET - KEMUDIAN

Reina menuju ATM. Ia memasukkan kartu dan pin. Ia mengecek saldonya. Tertera di layar ATM sisa saldonya, “Rp 500.000,-” . Dahinya mengerut, ia kebingungan. Ia berpikir sejenak. Di layar ia memilih pilihan “Rp 200.000,-” dan langsung mengambil uangnya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar