Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Montase
Suka
Favorit
Bagikan
9. Act 2 (4)

EXT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - SIANG HARI

Wildan berdiri di depan pintu masuk gedung. Ia menelepon seseorang, tapi tidak ada jawaban, ia menutup handphone nya kembali. Ia baru pertama kali ke tempat ini, ia tidak tahu harus kemana atau menemui siapa. Ia mencoba menelepon kembali, tetapi tidak diangkat. Ia nekat masuk ke dalam.


INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - KEMUDIAN

Wildan melihat-lihat sekitar, berharap bertemu seseorang, tetapi suasana gedung terlihat sepi. Ia melihat sebuah ruangan bertuliskan “RUANG PEMENTASAN” . Ia mengintip dari celah pintu, dan terlihat para anggota teater sedang sibuk berlatih. Wildan membuka pintu pelan-pelan dan berdiri di sana.

Clara yang sedang berbicara dengan Leo menyadari keberadaan Wildan.

CLARA
(berbicara pelan)
Di pintu, ada orang.
LEO
Siapa ?

Clara melihat ke arah pintu, Leo mengikuti arah wajah Clara. Terlihat Wildan yang berdiri di dekat pintu sambil kebingungan, melihat sekitar ruangan. Leo langsung berjalan ke arah Wildan.

LEO
Hai.
WILDAN
(terkejut)
Oh, Halo, hai.
LEO
Cari siapa ya ?
WILDAN
Saya cari, bentar...
(melihat HP nya)
Leo, katanya kerja di sini.
LEO
WILDAN ?!
WILDAN
Leo ?
LEO
Ya ampun, iya iya. Reina gak kasih foto loe, jadi gue gak tahu. Ayo masuk masuk.
WILDAN
Tadi udah nelpon sih, cuman lagi sibuk ya, jadi gak kedengeran.
LEO
Iya, di tas HP nya. Sorry ya. Ayo sini-sini.

Leo mengajak Wildan menuju atas panggung.

LEO
Bentar ya.
(ke seluruh anggota)
Guuyys...

Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, tidak mendengar Leo.

LEO
GUUUUUYYSSS ! ATTENTION PLEEAASE !

Leo menepuk tangannya untuk merebut perhatian mereka. Semua anggota melihat ke arah Leo.

LEO
Terima kasih. Jadi Reina rencananya mau bikinin kita buku kenangan, tapi dia berhalangan hadir. Ini Wildan, fotografer sekaligus orang yang mendesain buku kenangan kita. Dia mau jelasin konsep dan detail dari buku kenangan itu sendiri, jadi dengerin ya, okay ?

Leo mempersilahkan Wildan berbicara. Wildan terlihat grogi, tapi ia berusaha untuk tetap bisa menjelaskan dengan tenang.

WILDAN
Halo, semuanya. Ehmmm ... Jadi Gue bakal mewawancarai kalian, satu persatu, dan gue akan menanyakan beberapa hal yang sedikit personal yang ada kaitannya dengan pekerjaan kalian sebagai seorang aktor, dan gue juga akan mengambil foto-foto kalian. Pokoknya, isi dari buku kenangan itu, akan diterbitkan atas izin kalian semua, sebagai narasumber, agar tidak ada kesalah pahaman. Selebihnya, kita have fun aja, be yourself. Okay ? Ada yang mau ditanyakan ?

Semua berbisik ke satu sama lain, beberapa ada yang menganggukkan kepala, mengerti dengan apa yang dijelaskan Wildan. Poppy mengangkat tangannya.

WILDAN
Iya silahkan ...
POPPY
Untuk biayanya berapa ? Soalnya Reina gak ada omong apa-apa ke gue ?
WILDAN
Untuk biayanya semua udah ditanggung sama Reina.
POPPY
Semuanya ?
WILDAN
Semuanya.

Poppy mengerutkan alisnya keheranan, tapi ia percaya saja dengan kata Wildan.

LEO
Okay ada yang mau nanya lagi ? Gak ada ?
(ke Wildan)
Ada yang mau dikasih tahu lagi ?
WILDAN
Gak ada cukup. Tapi gue mau minta izin buat ikut lihat latihannya sekalian ambil foto-foto kalian buat dokumentasi, kalau boleh ?
LEO
Boleh aja silahkan --- Pop gimana boleh gak ?
POPPY
Boleh kok, asal tidak menganggu latihan aja --- Ayo semuanya, kembali ke yang awal !

Para pemain kembali ke atas panggung, sebagian duduk di kursi penonton. Wildan mengeluarkan kameranya dan duduk memerhatikan suasana latihan.


EXT. KAMAR KOST REINA - SORE HARI

Wildan mengetuk pintu dan memanggil Reina. Kamarnya terlihat gelap.

WILDAN
Reeei...

Tidak ada jawaban. Wildan kembali mengetuk.

WILDAN
Reeei... ini Wildan. Kata Pak satpam loe dari pagi gak keluar kost-an. Loe baik-baik aja kan ?

Masih tidak ada jawaban. Wildan menelepon ponsel Reina sambil mengintip dari jendela. Terlihat nyala layar HP dari kamarnya yang gelap. Wildan mematikan ponselnya. Wildan kembali mengetuk dan menunggu beberapa saat.

Ia duduk di kursi depan kamar Reina, menunggunya. Tak berapa lama, pintu terbuka. Wildan langsung berdiri.


INT. KAMAR KOST REINA - KONTINU

Reina berjalan lemas kembali ke kasurnya. Ia menutup tubuhnya dengan selimut. Wildan terdiam dan masuk ke dalam, tidak lupa ia menutup pintu. Wildan menyalakan lampu.

REINA
(lemas)
Jangan dinyalain.

Wildan mematikan lampu. Ia mengambil kursi dan mendekatkannya ke Reina.

WILDAN
Loe kenapa ?
REINA
Gimana tadi ? Lancar ?
WILDAN
Lancar. Gue sempet ambil beberapa fotonya, mau lihat ?

Reina menggelengkan kepala.

WILDAN
Tadi gue lihat latihannya. Mereka keren-keren loh. Gak sabar pingin lihat loe tampil nanti.
REINA
Gue gak akan ikut.
WILDAN
Kenapa ?
REINA
Gak ada waktu lagi.

Wildan terdiam mendengarnya.

WILDAN
Masih ada. Harus optimis dong. --- Lusa gue mau wawancara Poppy. Di rumahnya. Mau ada yang disampain ?

Reina menggelengkan kepala. Wildan mengangguk.

WILDAN
Lukanya gimana ? Udah mendingan ?
REINA
Udah.

Tiba-tiba Reina merasa mual. Ia langsung menuju kamar mandi. Wildan yang khawatir menemaninya dan membantu Reina. Ia memegangi rambut Reina dan membersihkan mulutnya.

WILDAN
Loe mau minum ?

Reina mengangguk. Wildan mengambil segelas air putih dan memberikannya ke Reina. Wildan mengelus pundak Reina.

REINA
Wil...
WILDAN
Ya ?
REINA
Loe mau kan nemenin gue dulu ?
WILDAN
Iya, gak apa-apa. Gue nyantai kok.
REINA
Maaf ya gue ngerepotin.
WILDAN
Gak apa-apa Rei. Gue juga gak tenang pulangnya ngelihat loe kayak gini. It’s okay.

Wildan membantu Reina menuju kasurnya. Wildan menutupi tubuh Reina dengan selimut. Reina merasakan sakit ditubuhnya dan ia mulai menggigil. Wildan memegang dahi Reina.

WILDAN
Panas banget. Mau gue panggilin dokter?

Reina tidak mau.

Wildan merapatkan selimut ke tubuh Reina dan mencoba menghangatkan badannya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar