Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Montase
Suka
Favorit
Bagikan
14. Act 2 (9)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH SAKIT - RUANG KEMOTERAPI - SIANG HARI

Wildan menemani Reina melakukan sesi kemoterapinya.

WILDAN
Tumben minta ditemenin ? Bosen yah ?
REINA
Enggak, takut ada yang godain aja.
WILDAN
Siapa yang mau godain ? Bapak itu ?

Wildan merujuk ke lelaki tua yang tertidur menganga di kursinya. Reina hanya tertawa melihatnya.

REINA
Gak apa-apa kan, nemenin dulu ?
WILDAN
Gak apa-apa, gak apa-apa. Asal bayarannya nambah aja.
REINA
Iya tenang aja. Mau berapa?
WILDAN
Enggak. Enggak. Bercanda. Ikhlas kok. Ikhlas. --- Oh iya, ehm... Ibu gue mau adain makan malam di rumah, peringatan ulang tahun kakak. Gue mau ajak loe boleh gak ? Soalnya kalau ngajak Hans gak enak, dikira ada apa-apa nanti.
REINA
Emangnya gak ada cewek lain yang mau loe ajak ?
WILDAN
Gak ada.
REINA
Gak ada atau emang loe pingin ngajak gue nge-date ? Hmm ?
WILDAN
Kalau mau ajak nge-date, gimana ? Masih mau ?
REINA
Mmmmmm ....
WILDAN
Ah lama, ya udah gue ajak Hans aja.
REINA
Eh iya ya, mau mau. Tapi gak ngerepotin kan ?
WILDAN
Ya enggaklah. Kalau ngajaknya satu kampung baru.
REINA
Nanti kita ketemuan di mana ?
WILDAN
Berangkat bareng aja, nanti gue jemput. Tapi kalau ke sananya pakai angkutan umum, gak apa-apa kan ? Mobilnya belum beres, masih di bengkel.
REINA
Gak apa-apa kok. Santai aja.

Wildan tersenyum,tersipu malu.

REINA
Loe mau pakai baju warna apa ?
WILDAN
Gak tahu. Kenapa, mau samaan ?
REINA
Lucu kali ya kalau samaan.
WILDAN
Lucu ya. Apa ya warnanya ? Biru gelap ?
REINA
Biru gelap...Lucu sih.
WILDAN
Lucu kan ? Jadi, biru gelap ?
REINA
Biru gelap.
WILDAN
Siip.

Wildan menguap dan mengusap wajahnya.

WILDAN
Numpang bahu boleh gak ?

Reina menepuk-nepuk bahunya. Wildan menaruh kepalanya di bahu Reina.

REINA
Yang di kemo siapa, yang lemes siapa.

Wildan tertawa.

WILDAN
Eh gak berat kan ?
REINA
Enggak. Enggak.

Wildan memejamkan matanya. Reina menyandarkan kepalanya di kepala Wildan.


EXT. RUMAH ORANG TUA WILDAN - MALAM HARI

Wildan dan Reina berjalan menuju pintu depan. Mereka menggunakan pakaian berwaran biru gelap. Wildan mengetuk pintu dan terlihat sedikit gugup, ia menggigit bibirnya dan melihat ke bawah. Reina melihatnya, menyadari kegugupannya. Pintu terbuka. Ibu Wildan (Citra, 60an) sangat bahagia melihat kedatangan anaknya.

WILDAN
Bu...

Citra memeluk erat putranya yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Wildan memejamkan matanya, hampir menangis. Citra memegang wajah anaknya itu.

CITRA
Gimana kabarmu nak ?
WILDAN
Baik bu. Ibu gimana ?
CITRA
Baik, baik. Ini siapa nak ?
WILDAN
Ini temen Wildan bu. Reina.
REINA
Halo tante.

Reina menjulurkan tangannya untuk bersalaman, Citra membalasnya disambung dengan cipika-cipiki, membuat Reina sedikit terkejut.

CITRA
(memegang wajah Reina)
Cantik banget temen kamu ini. Jadi pangling ibu. Ya udah yuk masuk, masuk.


INT. RUMAH ORANG TUA WILDAN - RUANG KELUARGA - MALAM HARI

Wildan, Reina, Fifi, Teguh, dan Kakak Ipar Wildan (Monica, 30an) duduk berkumpul bersama orang tua Wildan. Mereka semua memejamkan mata, memanjatkan doa dalam hati.

Foto Firman berdiri gagah dengan seragamnya terpajang di dinding.


INT. RUMAH ORANG TUA WILDAN - RUANG MAKAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Di meja makan penuh dengan banyak hidangan lezat. Mereka menikmati hidangan dengan lahap.

ARI
Reina kenal sama Wildan dari mana ?
REINA
Kita temen SMA om.
ARI
Ooh. Kerja apa Reina ?
REINA
Saya aktris Om.
ARI
Aktris ? Pernah main film apa ?
REINA
Saya lebih ke teater Om.
ARI
Teater. Teater apa ?
REINA
Teater Rupakata.
ARI
Rupakata ? Belum pernah denger om.
REINA
Iya itu teater kecil om. Rata-rata penontonnya anak-anak klub Drama SMA atau murid sekolah jurusan teater gitu om. Tapi kita udah punya gedung sendiri kok.

Ari hanya tersenyum dan melanjutkan makannya. Reina merasa canggung dan melanjutkan makan.

FIFI
Wil, gimana project kamu yang foto pre-wed itu ?
WILDAN
Lancar Nek. Kliennya juga seneng kok.
TEGUH
(ke Ari)
Ri. Anakmu ini, kliennya bukan orang sembarangan. Anaknya menteri. Ya wil ?

Wildan hanya mengangguk.

ARI
Udah berapa banyak orang-orang terkenal yang kamu foto ?
TEGUH
Gak penting lah berapa banyak, yang penting kan koneksinya. Anak menteri ini kenalannya temen Wildan. Nanti kalau bagus hasilnya, pasti di kenalin lagi ke yang lain.
ARI
Jadi ngemis kamu ?
CITRA
Pak...

Wildan diam sejenak dan menarik nafas, menenangkan dirinya. Reina terkejut dengan perkataan Ayah Wildan, ia memandangi Wildan.

WILDAN
Temen Wildan suka sama hasil foto Wildan, akhirnya dikenalin sama orang ini---
ARI
--- Ya berarti semua ini karena temenmu, bukan karena studio kamu terkenal.

Wildan menatap ayahnya penuh amarah, tapi ia dapat menahannya.

WILDAN
Iya pak. Itu karena temen Wildan. Wildan ngemis ke temen Wildan.

Ari dan Wildan saling bertatapan sejenak. Ari mengalihkan pandangannya, tidak peduli dan lanjut makan, begitu juga Wildan. Suasana menjadi canggung. Monica memecah keheningan.

MONICA
Wil. Waktu itu temen-temen Mbak pada seneng ngeliat foto-foto ulang tahunnya Arvin. Pas Mbak kasih tahu kalau kamu yang foto, terus Mbak kasih lihat foto kamu, mereka mau difotoin sama kamu. Nanti temen-temennya mbak mau mampir ke studio, mau foto grup katanya. Gak apa-apa kan kalau digangguin sama ibu-ibu ?
WILDAN
Iya mbak gak apa-apa. Saya pernah kok digodain bapak-bapak, jadi udah biasa.

Suasana berubah menjadi hangat kembali.


INT. RUMAH ORANG TUA WILDAN - RUANG KELUARGA/DAPUR - MALAM HARI

Monica sedang menggendong Arvin (1th) yang baru bangun dari tidurnya. Fifi bermain-main dan bercanda dengan cucunya itu. Teguh menikmati kudapannya sambil mennton televisi.

Reina membantu Citra membuat minuman dan makanan pencuci mulut.

REINA
Segini cukup tante manisnya ?

Citra mencicipi sup buah buatan Reina.

CITRA
Cukup. Cukup. Enak.

Reina senang mendengarnya.

CITRA
Wildan pasti sudah menganggap kamu, orang yang spesial buat dia.
REINA
Maksudnya tante ?
CITRA
Dia itu orangnya pendiam, gak terlalu banyak temennya. Jadi sekalinya dia bawa orang lain ke sini, pasti orang itu punya arti yang spesial buat dia. Wildan itu cuman deket dan selalu cerita apapun ke kakaknya. Makannya pas kakanya meninggal, dia lebih murung dari sebelumnya. Hubungan dia sama ayahnya juga udah gak baik lagi. Dia jadi jarang ke rumah, jarang ngomong sama tante. Seakan-akan dunianya itu, hancur. Tante tuh selalu khawatir Wildan kenapa-kenapa kalau sendirian. Saat kakaknya masih hidup, pasti kakanya yang selalu kasih tahu tante keadaanya. Makannya tante tadi seneng banget ngeliat kamu. Tante bisa merasakan, dia sudah kembali bahagia.

Reina terdiam mendengar penjelasan Citra.

BAK !!

Suara pintu yang tertutup keras mengaggetkan seisi rumah, tidak terkecuali Citra dan Reina. Wildan berjalan cepat keluar rumah dengan mukanya yang memerah karena menahan emosi.

CITRA
Sebentar ya Rei.

Citra yang menyadari hal ini langsung berjalan menuju kamar. Reina hanya berdiri kebingungan di sana. Citra dan Ari berdebat di dalam kamar, suaranya dapat terdengar sampai ke dapur.

CITRA (O.S.)
BISA GAK SIH PAK EMOSINYA TAHAN DULU! ---
ARI (O.S.)
NASIHATIN ANAK KAMU, JANGAN INJAK LAGI RUMAH INI! ---
CITRA (O.S.)
DIA JUGA ANAKMU PAK! ADA TAMU INI MALU ---
ARI (O.S.)
BIARIN, BIAR SEMUA TAHU! GAK ADA UNTUNGNYA PUNYA DIA! PEMBAWA SIAL! ---

Perdebatan terus berlanjut. Reina terdiam mendengarkannya.


EXT. RUMAH ORANG TUA WILDAN - HALAMAN DEPAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Wildan berusaha mengatur emosinya agar kembali tenang. Reina datang dari belakang dan menyentuh pundaknya dengan pelan. Wildan membalikan badannya, melihat Reina.

WILDAN
Maaf ya.
REINA
Loe gak apa-apa ?

Wildan diam sejenak, lalu ia menggelengkan kepalanya. Reina iba melihat Wildan.

REINA
Mau pulang sekarang ?

Wildan mengangguk.

REINA
Gue ambil tas dulu ya.

Reina masuk ke dalam rumah.


INT. BUS KOTA (BERGERAK) - MALAM HARI

Wildan sedari tadi tidak berbicara apa-apa, ia hanya menatap jalan dengan tatapan kosong. Reina yang khawatir dengannya, hanya melihat dengan iba, ia memberikan Wildan waktu untuk menenangkan dirinya.

WILDAN
Waktu gue umur 17 tahun, gue pernah nyium kaki bokap, mohon-mohon ke dia untuk sayang sama gue. Balasannya, dia malah nendang badan gue, ngelihat jijik, terus bilang “Kalau kamu pingin Bapak sayang sama kamu, usaha, jangan ngemis kayak gini.”. Sampai sekarang, gue berusaha untuk dapet kasih sayang dia, gak ada yang berhasil. Buat dia gue itu manusia lemah yang seharusnya gak lahir ke dunia ini. Tadi gue cuman mau ngobrol aja , berdua , kayak bapak sama anak. Tapi dia ngiranya gue mau minta duit. Dateng ke rumah tuh cuman ada maunya aja. Sumpah Rei, gue dateng ke rumah tuh niatnya mau silatutahmi sama keluarga, mau memperbaiki hubungan gue sama bokap, apalagi ini ulang tahunnya kakak, gak ada sama sekali niat gue mau ngemis uang, gak ada. Habis itu dia ngomong lagi, untuk kesekian kalinya, yang harusnya mati itu gue bukan Kak Firman. Gue sebenarnya udah males nanggepinnya, tapi pas dia bilang, kalau dia sebenernya pernah nyuruh Kak Firman untuk bunuh gue dan bakal nutupin semuanya, disitu ... emosi gue gak ketahan Rei. Gue cekik lehernya, sekeras mungkin, sampai mukanya merah. Gue gak ngerti, salah gue apa. Apa yang dibenci dari gue gitu loh. Beribu-ribu kali minta maaf, gak ada yang diterima. Gue bikin sesuatu untuk dia, gak pernah diakui.

Wildan mengusap mukanya, menarik nafas, menenangkan emosinya.

WILDAN
Kak Firman harusnya nurut apa kata Bapak. Capek gue, gak tahu harus gimana lagi. Pingin mati rasanya --- Eh, sorry Rei, seharusnya gue gak ngomong gitu. Sorry juga, acara nge-date nya jadi ancur gara-gara gue.
REINA
Gak apa-apa Wil. Gue ngerti kok. Gue malah seneng jalan berdua sama loe. Maksudnya gue bukan seneng di atas penderitaan loe ya, enggak sama sekali. Cuman, gue udah lama gak denger curhatan orang, dengerin masalah mereka, ngobrol berdua kayak gini. Gue kira cuman masalah gue aja yang paling berat --- Pokoknya kalau loe ada apa-apa, loe cerita ke gue, jangan disimpen sendiri. Ya ?
WILDAN
Gimana kalau, setiap ada masalah, kita harus cerita, dan akan menjadi rahasia kita berdua, orang lain gak boleh ada yang tahu ?
REINA
Okay, janji ?
WILDAN
Janji.

Wildan dan Reina mengikat janji dengan kelingking mereka. Wildan melingkarkan tangannya ke pundak Reina. Reina menyandarkan kepalanya.


EXT. JALANAN KOTA - VARIOUS - MALAM HARI

WILDAN (V.O.)
Lanjut lagi yuk nge-date nya. Kita jalan-jalan keliling kota malam hari. Gue akan bikin, malam ini, malam yang tak terlupakan buat loe.
REINA (V.O.)
Gimana caranya ?
WILDAN (V.O.)
Lihat aja nanti.

Reina dan Wildan berbincang dan bercanda sepanjang jalan. Mereka terlihat sudah melupakan masalah yang sebelumnya, hanya bahagia yang tampak diwajah mereka.

Mereka berhenti di gerobak jajanan kaki lima dan membeli roti bakar. 

Mereka duduk menghabiskan roti bakar sambil berbincang dan bercanda. Mereka berbagi dan menyuapi roti bakar ke satu sama lain.

Mereka berhenti di jembatan penyeberangan, memandangi suasana malam hari dari atas sana. Cahaya lampu dari kendaraan yang melintas ataupun gedung-gedung bertingkat menambah kesan indah di malam hari.

REINA
Bayangin kalau semua penduduk di kota ini lenyap, dan cuma tersisa kita berdua. Masih seindah ini gak yah?
WILDAN
Gak sih pasti. Tapi jauh lebih tenang, lebih bebas. Walaupun cuman sesaat.

Reina memandangi Wildan dalam-dalam.

REINA
Loe suka sama gue ?

Wildan berpikir sejenak.

WILDAN
Iya. Gue suka sama loe. Maaf ya.
REINA
Buat apa ? Gue juga suka sama loe .
WILDAN
Kenapa ?
REINA
Loe kenapa ? --- Gak butuh alesan kan ?

Mereka saling tersenyum, lalu memandangi jalanan dari atas jembatan

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar