INT. RUMAH POPPY - PAGI HARI
Poppy berjalan untuk membuka pintu. Pintu terbuka. Terlihat Wildan tersenyum menyapanya.
POPPY
Hai Wil, masuk masuk.
Wildan berjalan masuk ke dalam.
POPPY
Mau minum apa ? Kopi, susu, teh ...
WILDAN
Air putih aja.
POPPY
Bener ? Gue bikinin kopi yah.
WILDAN
Teh aja deh.
POPPY
Okay. Duduk, duduk.
Poppy memasak air untuk teh.
POPPY
Pakai gula, susu ?
WILDAN
Gula aja.
Poppy menyiapkan minuman untuk mereka berdua.
POPPY
Gak susah kan cari alamatnya ?
WILDAN
Lumayan sih. Panjang banget jalannya. Rumahnya gede-gede lagi. Pas mau masuk ke sini ditahan dulu sama satpam. Dikiranya maling.
POPPY
Maaf ya, baru-baru ini ada yang kemalingan soalnya. Tetangga depan.
WILDAN
Rumah sebesar dan seketat itu masih ada yang bisa maling ?
POPPY
Katanya sih orang dalem. Tapi ya gak tahu juga. Toh juga mereka kemalingan gak akan ada ruginya.
Poppy memberikan teh untuk Wildan.
WILDAN
Makasih.
Poppy duduk di dekat Wildan sambil meminum tehnya.
POPPY
Jadi gimana nih, mau kita mulai sekarang sambil nyantai minum teh ? Atau gue harus dandan dulu terus nyiapin ruangan buat wawancaranya ?
WILDAN
Mau nyantai kayak gini boleh, mau dandan dulu silahkan. Yang penting senyaman mungkin. Soalnya kan ini buat loe.
POPPY
Ya udah kalau gitu gue siap-siap dulu. 15 menit. Habis itu, kita mulai. Okay ?
WILDAN
Okay.
Poppy berjalan menuju kamarnya.
POPPY
Anggap aja rumah sendiri. Gak usah malu-malu.
Wildan melihat sekeliling rumah, begitu luas. Ia melihat-lihat foto keluarga yang terpajang di dinding dan di meja. Terlihat foto besar Poppy dan kedua orang tuanya di dinding depan ruang tamu. Wildan mengambil salah satu foto di meja. Foto Poppy semasa kecil sedang memegang sebuah piala dengan menggunakan gaun warna putih yang cantik.
Rumah Poppy berhiaskan ornamen-ornamen mewah dengan lantai dan warna dinding yang menonjolkan sisi estetik dari rumah itu. Wildan merasa canggung untuk berkeliling lama-lama dan memilih untuk duduk dan menghabiskan tehnya.
EXT. RUMAH POPPY - TAMAN BELAKANG - SIANG HARI
Suasana sangat sejuk, angin berhembus sepoi-sepoi. Wildan menyalakan perekam suara di handphone-nya. Wildan mengambil beberapa gambar Poppy dengan pakaian dan riasan yang sangat cantik.
POPPY
Dari kecil, gue udah ikut dunia modeling, dan sering banget juara. Bahkan pernah dapet tawaran dari agensi model terkenal di Amerika. Pas ke Amerika, gue pernah nonton pertunjukkan teater. Ada satu karakter, dia tampil cuman sebentar tapi, kisahnya mirip banget sama hidup gue. Dia merasa sendiri, depresi, sedih, tapi dia punya banyak orang di sekitarnya, dan semuanya tampak bahagia, termasuk dia. Lalu dia memutuskan untuk bunuh diri, karena akhirnya dia menyadari bahwa semuanya itu palsu, gak ada yang benar-benar tulus sayang sama dia. Waktu nonton tuh gue nangis banget, aktingnya bener-bener meyakinkan. Akhirnya pas balik ke rumah, gue mutusin untuk berhenti jadi model dan lanjut jadi aktris. Karena udah terlanjur berakting di dunia nyata, kenapa gak diasah aja bakatnya.
WILDAN
Jadi selama ini, loe pura-pura suka sama modeling ?
POPPY
Itu kemauan orang tua gue. Maksa sih lebih tepatnya. Nyokap dulunya model jadi ... harus ada darah keturunannya.
WILDAN
Terus orang tua gimana pendapatnya ?
POPPY
Marah, kecewa, mereka bilang, menurunkan derajat keluarga main di teater kecil kayak gitu. Tapi lama-kelamaan, mereka jadi bodo amat. Selama gue gak main film porno, mereka fine fine aja.
WILDAN
Kalau soal... Reina ?
POPPY
Kenapa soal dia ?
WILDAN
Gue sempat nanya ke anak-anak yang lain, katanya loe sama Reina dulu deket banget, terus sekarang, hubungannya agak kurang baik, emang lagi ada masalah apa ?
POPPY
Kaitannya sama gue apa ?
WILDAN
Ya mungkin, itu ada pengaruhnya dengan karir loe sebagai aktris, atau dengan gaya berakting loe.
POPPY
Kayanya gak ada deh. Gue sama dia berkarir di tempat dan level yang sama, jadi dia sama sekali gak memberikan pengaruh apapun ke gue. Tapi kalau soal hubungan gue dengan dia, di luar pekerjaan, ya gue sendiri sih gak punya masalah dengan dia. Gue selalu menganggap dia temen kok, dan gue selalu berusaha untuk peduli sama dia, tapi dianya yang selalu cuek dan pergi. Bukan cuman gue sih, anak-anak juga ngerasain hal yang sama. Dia tuh orangnya gak bisa ditebak, kadang kalau ngomong juga, suka nyelekit, bikin sakit hati. Dia tuh gak pernah mikirin perasaan orang lain, cuman mikirin buat dirinya dia sendiri. Makannya gue kaget, tumben banget dia mau bikin buku kenangan buat kita. Dibayar sendiri lagi. Gue sih curiga dia punya maksud tersendiri di balik semuanya.
Wildan terdiam sambil terus mengambil foto Poppy.
POPPY
Tapi kalau soal pekerjaan, menurut gue dia itu berbakat banget, dan professional. Semua anggota rupakata pasti ketakutan kalau harus beradu akting sama dia. Metode aktingnya tuh, terlalu ekstrim buat kita, dan paling males kalau udah dibanding-bandingin sama dia. Bang Julian pernah bilang, kalau Reina itu aset berharganya Rupakata. Kita rada gak suka sih, tapi ada benernya juga.
Poppy diam sejenak. Wildan berhenti mengambil fotonya.
POPPY
Gue juga gak ngerti kenapa dia ngejauhin gue. Kalau ada salah pasti gue selalu minta maaf, dan dia juga tipe orang yang gak mau memperpanjang masalah. Setiap kali ditanya jawabannya selalu “Gak apa-apa” , “Santai”, habis itu ngilang aja. Makannya gue rada khawatir sama dia, suka memendam masalah sendiri. Takutnya kenapa-napa, gue gak tahu, malah gak bisa nolong dia.
Wildan hanya mendengarkan.
INT. KAMAR KOST REINA - SORE HARI
Wildan masih memikirkan pembicaraannya dengan Poppy. Ia hanya diam memandangi Reina yang sibuk melihat hasil di kameranya.
WILDAN
Loe gak mau bikin buat orang tua ?
REINA
Gak. Gak penting. Gue ini anak yang tidak diinginkan. Mereka cuman pingin gue mati. Supaya beban hidup mereka berkurang.
WILDAN
Kok loe ngomong gitu sih ? Orang tua mana yang gak sedih kalau anaknya meninggal. Kalau mereka tahu, mungkin mereka mau gantiin posisi loe.
REINA
Waktu gue ketahuan mabok sama nyokap, loe mau tahu nyokap bilang apa ? Dia bilang kalau gue itu gak pantas untuk dilahirkan. Pantesnya mati! Dan dia selalu ngebangga-bangain kakak gue melebihi apapun. Jujur ya, kakak gue itu orangnya bangsat, penjilat, muka dua. Dia yang ngajarin gue mabok. Bahkan pernah nyoba pake drugs. Setiap kali gue cerita ini ke nyokap, dia gak pernah mau percaya. Sedangkan bokap gue. Dia gak pernah mau peduli. Dia gak mau ada masalah orang lain di hidupnya, termasuk masalah tentang anak-anaknya. Itulah kenapa gue gak mau mereka tahu soal penyakit gue.
Reina kembali melihat hasil foto-foto Wildan.
REINA
Selanjutnya siapa ?