Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Montase
Suka
Favorit
Bagikan
19. Act 3 (1)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH SAKIT - KAMAR REINA - SORE HARI

Donna dengan telaten kesana-kemari merapihkan perlengkapan Reina. Reina tertidur lemas, hanya bisa menyaksikan bundanya.

DONNA
Mau bunda lap aja atau mau di kamar mandi ?
REINA
Di kamar mandi aja Bun.
DONNA
Kuat kamunya ?

Reina mengangguk. Donna membantu Reina menuju kamar mandi.

Donna membuka baju Reina dengan hati-hati. Terlihat tubuh Reina yang semakin kurus. Donna membasuh tubuh Reina perlahan. Ia membasuh kepala Reina, dan mengambil rambut Reina yang rontok. Suasanya yang hening itu terpecahkan oleh tangisan Reina.

REINA
Maafin Reina Bun... Maafin Reina...

Donna mencium kening putrinya dan mencoba menenangkannya.

DONNA
Kamu gak salah apa-apa. Udah yah, udah. Bunda di sini. Bunda sayang sama kamu.

Reina terus menangis. Donna memeluknya dengan erat, menciumnya berkali-kali, tidak ingin melepaskannya.


EXT. BLUE OCEAN CAFE - MALAM HARI

Michael berpamitan dengan karyawan-karyawannya.

MICHAEL
(ke Karyawannya)
Ya, hati-hati semuanya. Besok jangan pada telat. Eh yang di dapur udah di susun semua, kayak yang tadi saya bilang ?
KARYAWAN (O.S)
Udah Pak.
MICHAEL
Okay, okay. Thank You. Istirahat semuanya, jangan banyak keluyuran.
KARYAWAN (O.S.)
Siap Pak. Makasih. Pamit Dulu.

Kelly menghampirinya setelah menutup toko. Michael mencium Kelly, berpamitan.

MICHAEL
Hati-hati ya.
KELLY
Iya. Kamu Juga. Rei ...

Kelly berpamitan dengan Reina yang berada di dalam kafe, tersenyum kepadanya.


INT. BLUE OCEAN CAFE - KEMUDIAN

Reina dan Michael duduk bersampingan dalam hening.

MICHAEL
Bunda gak akan marah kamu pulang jam segini ?
REINA
Enggak sih kayanya.
MICHAEL
Dulu tuh, kalau mau ngajak kamu pacaran, paling takut kalau minta izin ke bunda kamu. Harus nyiapin seribu alasan kalau mau ngajak kencan. Ayah sih yang paling santai, malah pingin nongkrong jadinya bukan ngajak kamu pacaran.

Mereka tertawa mengingat masa lalu mereka.

MICHAEL
Kakakmu gimana kabarnya ?
REINA
Baik. Selalu. Kelihatannya sih baik-baik aja. Gak ada masalah sama sekali. Sedih juga enggak.
MICHAEL
Kakak mu pasti sedih lah. Cuman gak mau ngelihatin di depan kamu. Ya mirip-mirip lah sama adiknya.
REINA
Aku emang gitu ya ?

Michael tertawa puas.

REINA
Kenapa ?
MICHAEL
Iya, kamu kayak gitu. Persis banget.
REINA
Terus, perasaan kamu gimana ?
MICHAEL
Perasaan kamu gimana ? Ngelihat kakak kamu kayak gini ?

Reina berpikir sejenak.

REINA
Aku ngerasa, gak berguna dan bingung. Aku gak tahu harus ngapain pas bareng dia, tapi aku ingin selalu ada buat dia. Aku gak tahu apa-apa tentang dia. Cuman tahu, dia itu kakak aku, dan dia itu nyata. Aku gak pernah ngerti sama perasaan aku ke dia. Dia mati aja mungkin aku gak sedih. Aku gak pernah merasakan emosi yang nyata untuk Reza. Apa aku orang yang jahat? Karena punya perasaan kayak gitu?
MICHAEL
Itu gak jahat sama sekali. Kita cuman bingung aja. Itu perasaan aku ke kamu. Setiap hari aku selalu berpikir, aku ini pacar yang jahat, kurang perhatian. Persis dengan apa yang kamu bilang tadi. Tapi aku selalu yakin, suatu saat nanti kamu pasti berubah. Gak ada manusia yang bisa menahan beban emosinya sendiri. Di satu titik, kita pasti butuh orang lain untuk bisa menanggung beban itu bersama. Superman aja masih butuh Lois Lane. Iya kan ?

Reina tersenyum mendengarnya.

REINA
I’m sorry.
MICHAEL
It’s okay. You’re a good person Rei. Always.

Reina bersandar di bahu Michael. Mereka menikmati heningnya malam bersama.


INT. RUMAH SAKIT - KAMAR REINA - SORE HARI

Reina menghadap kaca memerhatikan Reza yang sedang membantu mencukur habis rambutnya. Reina menghapus air matanya yang terjatuh.

REINA
Makasih yah.

Reza mengangguk.

REINA
Gimana menurut loe ? Bagus gak ?
REZA
Bagus, bagus.

Reza menjawabnya singkat, tidak berani menatap muka adiknya. Di keheningan itu, Reza hendak keluar meninggalkan Reina.

REINA
Rez ?
REZA
Hmm ?
REINA
Gue boleh nanya gak ?
REZA
Apa ?

Reina berpikir dahulu.

REINA
Warna kesukaan loe apa ?

Reza kebingungan mendengarnya.

REZA
Hijau gelap. Kenapa emangnya?
REINA
Hijau gelap? Bagus ... Gue suka biru gelap.

Reza terenyum mendengarnya. Ia berdiri bersampingan dengan Reina.

REZA
Berarti loe suka sama kado topi dari gue ?
REINA
Suka banget.
REZA
Kok gak pernah di pake ?
REINA
Ya malulah kalau dipakenya di depan loe.
REZA
Tapi masih ada kan ?
REINA
Masih.

Reza membelai lembut kepala Reina.

REZA
Nanti dipakai aja topinya ya.
REINA
Gue gak malu kok.
REZA
Iya, tapi gue belum pernah lihat loe pakai topi itu. Tambah cantik pasti.
REINA
Makasih Kak.

Reza melihat sejenak wajah adiknya, dan ia tak kuasa menahan tangisnya. Reina memeluknya. Reza terhanyut dalam kesedihannya.


INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - RUANG PEMENTASAN - SORE HARI

Irham, Leo, Clara dan Poppy bergegas untuk pulang sehabis latihan.

IRHAM
Itu serius si Reina yang nge chat ?
LEO
Iya tumben banget ngomong gitu. Salah kirim kali.
CLARA
Ya enggaklah Kak. Nih “ Ra, kalau udah selesai latihan, Loe, Poppy, Irham sama Leo, Jangan pulang dulu. Gue mau ketemu. Mau ngobrol.” Tuh, masa salah kirim.
LEO
Ya takutnya loe salah baca.
IRHAM
Oh mungkin mau ngomongin masalah ---
CLARA
(ke Poppy)
--- Kak Poppy, Kak Poppy !

Clara mengejar Poppy yang hendak keluar untuk pulang.

CLARA
Kak Poppy mau kemana ?
POPPY
Ya baliklah, mau kemana lagi ?
CLARA
Tapi kan kata Kak Rei jangan pulang dulu.
POPPY
Males ah, gak penting.
CLARA
Tapi Kak Rei mau ngobrol juga sama Kak Poppy.
POPPY
Kalau emang dia mau ngobrol, harusnya dia nelpon gue dong. Nge - chat lah kalau gak berani. Niat minta maaf aja gak ada. Udah, kalau misalnya dia nanya, bilang aja gue males ketemu sama dia. Kalau mau samperin ---

Seketika itu juga, Reina sudah berdiri di dekat pintu. Mereka semua terdiam, terkejut melihat kondisi Reina.

POPPY
Rei ?


INT. GEDUNG TEATER RUPAKATA - RUANG PEMENTASAN - KEMUDIAN

Mereka semua terdiam sehabis mendengar cerita Reina. Clara menangis tersedu-sedu.

CLARA
Kenapa sih Kakak tuh gak pernah mau ngomong sama kita? Emang kita bakal musuhin kakak? Ngejauhin kakak? Apa salahnya sih Kak minta bantuan kita. Kan kata Kak Irham, kalau ada apa-apa cerita. Kita di sini buat Kakak. Kita semua sayang sama Kak Rei.

Reina mencoba menahan tangisnya, ia terdiam sejenak.

REINA
Buku itu, gue bikin karena, gue benci sama kalian. Gue yakin, gak ada yang bener-bener sayang atau peduli sama gue. Semuanya palsu. Dan gue gak mau mati, tanpa tahu kenyataannya. Tapi ternyata, kenyataanya, gue yang palsu, yang gak peduli sama kalian. Waktu Irham cerita, gue sadar, kalau gue itu, gak tahu apa-apa tentang kalian. Nanya kabar kalian aja gak pernah. Apa yang kalian suka, apa yang kalian benci, gue gak pernah mau tahu. Selama ini gue gak pernah ada buat kalian.

Reina tertunduk dan ia tidak bisa lagi menahan tangisnya.

REINA
Gue minta maaf. Gue minta maaf karena udah anggep kalian sampah. Udah jahat ke kalian. Gue nyesel, gak pernah ngabisin waktu bareng kalian, seneng-seneng bareng kalian. Gue minta maaf...

Reina tidak sanggup melanjutkannya. Poppy langsung memeluknya.

POPPY
Kita udah maafin loe Rei. Kita udah bahagia, bisa kenal sama loe.

Clara memeluk Reina.

CLARA
Kita sayang sama Kak Rei. Kak Rei gak usah takut, ya?

Irham dan Leo ikut memeluk Reina. Mereka terhanyut dalam kesedihan itu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar