INT. MINIMARKET - MALAM HARI
Yuda sudah menghabiskan setengah dari kopinya, sedangkan Wildan belum menyentuhnya sama sekali.
YUDA
Dia sebenernya udah lama mau ketemu dan bicara sama kamu, dari kemarin-kemarin. Tapi setiap kali mau pergi, selalu gak jadi. Bilangnya, dia takut dan malu ketemu sama kamu. Kemarin, dia telepon saya, minta ditemani untuk pergi ke studiomu. Dia bener-bener udah siap hari itu. Dokter padahal gak ngasih izin, tapi dia tetep maksa, dia bilang masih kuat. Pas saya mau jemput, Donna udah nangis di depan kamar. Reza cerita, Reina tiba-tiba kejang, muntah darah beberapa menit sebelum saya dateng. Dokter juga bilang kalau, udah gak ada harapan lagi buat Reina. Pasrah. Ikhlas. Cuman dua itu pilihannya.
Yuda menghapus air matanya.
YUDA
Terakhir dia bicara sama saya, dia selalu bilang minta maaf. Saya udah bilang berkali-kali gak ada yang perlu dimaafkan, karena sebetulnya saya yang salah sama dia. Saya yang harusnya minta maaf. Tapi dia selalu “ Enggak... enggak Yah. Ini tetep salah Rei. Harusnya Rei yang bahagiain ayah, tapi malah sebaliknya.” Barusan, saya cium keningnya, saya bisik telinganya, “ Ayah minta maaf ya. Ayah sayang sama Rei. Rei gak punya salah apa-apa ke Ayah. Ayah yang banyak salah, gak bisa jadi orang tua yang baik buat Rei. Ayah minta maaf.” terus dia nangis, saya hapus air matanya, dan saya bilang “Yang tenang Nak. Ayah udah ikhlas kok. Tidur Nak. Tidur.”
Wildan merasakan kesedihan yang sama dengan Yuda.
YUDA
Rekamannya sudah kamu dengar ?
WILDAN
Udah om. Dikirim sama Kak Reza kemarin. Kayanya, dia udah punya firasat makannya bisa bikin rekaman suara buat saya.
YUDA
Kalau menurut saya, bukan firasat aja. Tapi takdir. Saya pernah bilang kan ke kamu. Kalian berdua itu cocok, melengkapi satu sama lain. Kalau Reina masih diberi umur panjang, saya akan jodohkan kamu dengan Reina.
Sekelompok orang memasuki minimarket lengkap dengan membawa terompet dan memakai topi pesta.
YUDA
Tahun baru ya hari ini? Gak kerasa ya. Terlalu cepat waktunya.
INT. RUMAH SAKIT - MALAM HARI
Suasana sangat sunyi malam itu. Tersisa petugas kebersihan yang telaten membersihkan lantai dan juga perawat jaga di UGD dan petugas keamanan. Mereka bekerja ditemani heningnya malam.
INT. RUMAH SAKIT - KAMAR REINA - MALAM HARI
Wildan memandangi Reina dan memegang lembut tangannya. Ia mencium tangannya. Reina membuka matanya lemas dan tersenyum. Wildan mengelus pipinya. Wildan berusaha keras untuk tidak menangis.
WILDAN
Kamu gak usah khawatir. Aku akan baik-baik aja. Kamu adalah kebahagiaan aku. Aku udah bahagia, dan akan selalu bahagia. Kamu gak usah takut. Aku di sini.
Air mata jatuh membasahi pipi Reina, Reina tersenyum. Wildan mencium pipi dan kening Reina.
WILDAN
I love you. I love you so much.
INT. RUMAH SAKIT - RUANG TUNGGU - SORE HARI
Wildan berjalan lemas dari ruang ICU. Maura yang duduk bersama Anya menghampirinya.
MAURA
Om... Auntie Reina gimana ? Masih bangun kan?
Wildan berjongkok di depannya, hanya bisa terdiam, membelai rambutnya. Ia menggelengkan kepala. Maura berusaha masuk ke dalam, tapi dicegat oleh Anya. Ia berteriak memanggil Reina sambil menangis histeris. Anya memeluknya. Wildan berjalan pergi.
INT. RUMAH SAKIT - RUANG ICU - MALAM HARI
Dokter mencabut alat bantu dari tubuh Reina dan menutup tubuhnya dengan selimut. Yuda memeluk Donna yang menangis histeris. Reza yang dirangkul Hassan hanya bisa menatap adiknya yang telah tiada.
INT. TEMPAT TUNGGU BUS - MALAM HARI
Wildan memasang earphone dan mendengarkan rekaman suara Reina. Suasana tempat tunggu cukup ramai oleh penumpang yang merayakan tahun baru.
REINA (V.O.)
Hai Wil...
(tertawa)
Agak malu sebenernya, karena gak pernah bikin rekaman suara untuk orang yang aku suka. --- Aneh gak? Aku? Kamu?--- Katanya, itu sebutan untuk orang yang pacaran, atau untuk seseorang yang spesial ---
Bus pun datang, Wildan menghentikan rekaman dan memasuki bus.
INT. BUS KOTA (BERGERAK) - KONTINU
Wildan mencari tempat duduk. Bis berangkat dari halte. Wildan memutar rekaman lagi.
REINA (V.O.)
Okay, okay, aku gak mau basa-basi. Aku suka sama kamu. Aku... sayang sama kamu. Harusnya sih ngomong langsung yah tapi, akunya terlalu pengecut. Aku takut mengakui kalau semua yang kamu omongin itu bener. Aku takut kalau kamu gak mau ketemu sama aku dan, mungkin kamu gak memiliki perasaan yang sama dengan aku. Apalagi pertemuan terakhir kita, gak berakhir baik. Aku gak sempet minta maaf ke kamu. Aku juga ragu sebenernya, kamu mau mendengarkan rekaman ini. Tapi kalau kamu denger, aku mau minta maaf atas kata-kata dan perbuatan aku ke kamu. Aku juga bersyukur banget dan berterima kasih karena sudah dipertemukan dengan kamu. Kita baru bertemu dalam waktu singkat tapi, kamu berhasil menyadarkan aku, merubah aku. Kamu membuka sesuatu yang gak pernah berani aku hadapi, yaitu kenyataan. Aku baru sadar, ternyata masih banyak orang yang sayang sama aku, peduli sama aku. Aku gak bisa hidup tanpa mereka semua. Aku harusnya membenci diriku sendiri, bukan mereka. Aku adalah karakter antagonis di dalam cerita hidupku sendiri. Itu kenyataannya. --- Wil... I’m scared. I’m so scared. Aku gak berani bilang ini ke Ayah, Bunda, atau Kak Reza. Apa yang terjadi saat nanti aku mati? Aku ingin sama kamu. Aku gak mau sendiri. ---
Reina menangis terisak-isak. Wildan tidak berani melanjutkannya. Ia mencoba menguatkan dirinya, lalu memutar kembali rekamannya.
REINA (V.O.)
--- Aku... Aku ingin kamu selalu bahagia dan jangan pernah berhenti untuk mencari kebahagian kamu. Jangan kayak aku. Kamu punya banyak banget orang-orang yang sayang sama kamu. Ibu, nenek kakek kamu, keluarga aku juga sayang sama kamu, bahkan temen-temenku udah anggap kamu sebagai bagian dari mereka, jadi kamu gak usah takut lagi, Okay? Kamu adalah orang paling kuat yang pernah aku temui---
Wildan berdiri dari tempat duduknya bersiap untuk turun. Bus berhenti, Wildan berjalan keluar.
EXT. TEMPAT TUNGGU BUS / JEMBATAN PENYEBERANGAN / TROTOAR - KONTINU
Wildan memutar rekamannya kembali.
REINA (V.O.)
--- Aku baru sadar saat ngelihat kumpulan foto-foto yang kamu ambil buat aku. Ternyata hidup ini tuh kayak montase, dibangun dari momen-momen terkecil dan terpenting dalam hidup kita lalu digabungkan menjadi satu. Saat kita meninggal, itu adalah potongan terakhir, dan lengkaplah montasenya. Aku seneng banget bisa menemukan potongan montase yang hilang di dalam diri kamu. Sekarang sudah lengkap semuanya, dan aku bisa pergi dengan tenang. Terima kasih Wildan, untuk semuanya. Aku berharap yang terbaik buat kamu. Maaf, aku gak bisa menemani kamu untuk menemukan kebahagiaan itu. I love you Wil... I love you so much. Good bye.
Rekaman berakhir. Wildan menaruh handphone dan earphone nya ke dalam tas. Wildan berjalan melewati kerumunan pawai tahun baru. Wildan tidak peduli dengan segala kemeriahan itu, ia berjalan cepat. Seketika itu tangisannya pecah. Ia lanjut berjalan. Tiba-tiba ia berhenti. Tangisan Wildan semakin menjadi-jadi tapi suaranya tersamarkan dengan bunyi kembang api. Orang-orang berlalu-lalang melewati Wildan tidak ada yang memerhatikannya. Kesedihan Wildan melebur bersama keramaian orang-orang yang berbahagia menyambut tahun baru.