Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Montase
Suka
Favorit
Bagikan
6. Act 2 (1)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH SAKIT - UNIT GAWAT DARURAT - SORE HARI

Wildan duduk sambil bermain HP di samping kasur Reina. Reina sudah sadar sepenuhnya, dengan pelipisnya yang lebam dan tergores, tertutup oleh perban.

REINA
Lama banget hasil tes nya.
WILDAN
Harusnya sih udah. Udah 30 menit soalnya --- Masih pusing ?
REINA
Lumayan. Parah banget lukanya ?

Wildan memotret wajah Reina dan memperlihatkan hasilnya.

REINA
(Tertawa)
Kaya habis dikeroyok.

Dokter Eva menghampiri mereka dengan membawa hasil tesnya. Reina melihatnya terkejut.

DOKTER EVA
Halo Reina, masih sakit kepalanya ?
REINA
(ke Wildan)
Loe manggil Dokter Eva ?
WILDAN
(kebingungan)
Enggak, bukan. Bukan yang ini dokternya. Cowok tadi---
DOKTER EVA
---Iya tadi itu dokter jaga. Pas keluar hasil tes darahnya, dia langsung menghubungi saya.
WILDAN
Ooh. Hasilnya gimana dok ?
REINA
Udah pasti jelek hasilnya.
DOKTER EVA
Kamu gak mau tahu detailnya ?
REINA
Kalau saya tahu detailnya, saya bisa sembuh dok ? Enggak kan ? Ya udah, saya mau pulang aja. Boleh kan dok ?
DOKTER EVA
Saya sebenernya gak saranin untuk kamu pulang. Kamu harusnya rawat inap dengan kondisi dan hasil tes kamu yang seperti ini.
REINA
Saya pingsan gara-gara kepala saya kebentur. Ngapain harus tes darah segala sih.
WILDAN
Bentar, maaf motong. Jadi, Reina ini kenapa Dok ?

Dokter Eva melihat Reina terkejut.

DOKTER EVA
(ke Wildan)
Dia gak kasih tahu kamu ?
WILDAN
Kasih tahu ...? Jadi kata asisten saya, Reina tiba-tiba udah jatuh aja di depan pintu, gak sadar. Terus karena pelipisnya luka ya kita panik, jadi kita bawa aja ke rumah sakit.
REINA
Dok... Saya cuman pingin pulang. Saya pingin istirahat di rumah. Itu hak saya kan dok ?

Dokter Eva hanya diam memerhatikan Reina. Wildan melihat mereka kebingungan.

DOKTER EVA
Iya itu hak kamu. Kamu boleh pulang, tapi saya harus bicarakan hasil tes kamu, karena itu kewajiban saya. Sekarang kamu tinggal pilih mau saya bicarakan dengan orang tua kamu, atau dengan teman kamu ?

Reina berpikir sejenak.

REINA
Wil...
WILDAN
Hah ?
REINA
Loe yang ngobrol deh.
WILDAN
Oh, I...Iya udah.
DOKTER EVA
Okay, Sus... ini tolong di urus semuanya.
(ke Wildan)
Mari, kita bicara di luar saja.
WILDAN
Baik dok.

Wildan memerhatikan Reina sejenak lalu berjalan keluar ruangan bersama Dokter Eva. Suster membantu Reina melepaskan infusnya. Reina hanya diam menatap Dokter Eva dan Wildan.


INT. RUMAH SAKIT - SORE HARI

Wildan sedang berada di konter pengambilan obat. Reina duduk termenung, memerhatikan gelas minumannya. Setelah selesai, Wildan menghampiri Reina.

WILDAN
Ini obatnya. Katanya, yang ini, 3 kali sehari satu tablet sebelum makan, buat pusingnya. Kalau yang ini, diolesin aja ke lukanya dua kali, pagi sama malem.

Wildan memberikan obatnya ke Reina.

REINA
Berapa semuanya ?
WILDAN
Udah gak usah Rei. Santai aja.
REINA
Enggak, gue mau lihat aja berapa harganya.
WILDAN
Oh, di dalem plastik struknya.

Reina melihat total harganya, dan memasukkan kembali struk ke plastiknya. Mereka duduk terdiam, memerhatikan orang-orang berlalu-lalang di depan mereka.

REINA
Sorry ya. Jadi ngerepotin. Tadi rencananya, gue gak mau loe tahu kalau gue sakit. Cuman tahu soal buku aja.
WILDAN
Udah gak apa-apa. Yang penting loe sekarang udah sehat.

Reina melihat sinis Wildan.

WILDAN
Maksudnya, luka di pelipis loe gak parah gitu. Masih bisa sembuh.

Wildan tertawa yang hanya dibalas Reina dengan senyuman kecil.

WILDAN
Emang, buku apa yang loe maksud ?
REINA
Gue mau buat buku kenangan untuk gue sendiri. Nanti, loe wawancara rekan kerja gue di teater, loe tanya ke mereka tentang gue se-detail mungkin, gak ada yang ditutup-tutupin. Terus loe foto ekspresi mereka pas mereka lagi ngomongin gue. Tapi loe gak boleh kasih tahu ke mereka tentang project ini. Loe... pura-pura aja, di bayar sama gue untuk bikin buku kenangan buat Teater Rupakata. Pokoknya gak boleh ada satupun orang yang tahu kecuali kita. Ngerti ?
WILDAN
Kalau kayak gitu, lebih enak bikin video gak sih ? Kayak video testimoni gitu. Kalau buku kan, harus dicetak, biayanya juga lebih mahal, lebih lama lagi. Kalau video kan cepet, gampang. Tinggal rekam, udah jadi. --- Makasudnya bukan gak mau bantuin loh ya. Bukan. Ini cuman saran aja. Kalau loe mau.
REINA
Gue mau, loe rekam aja suaranya. Gue mau lihat ekspresi mereka dalam foto. Siapa tahu, gue bisa menemukan kejujuran dari sana.

Wildan mengangguk.

REINA
Kalau soal bayaran, loe gak usah khawatir. Loe tinggal sebut aja berapa ,nanti gue bayar. Kalau hasil loe memuaskan, gue akan tambah dua kali lipat.
WILDAN
Masalah biaya sih gampang. Yang penting sekarang, loe fokus ke kesehatan loe dulu. Ini biar gue yang ngatur, loe tinggal terima jadi aja. Okay? --- Sekarang mending, kita pulang aja, udah malem soalnya. Loe juga kan butuh istirahat.

Reina mengangguk. Wildan berdiri dan mengulurkan tangannya untuk Reina. Reina memegang tangan Wildan. Mereka berjalan meninggalkan ruang tunggu.


EXT. POSE STUDIO AND GALLERY - MALAM HARI

Wildan mengantarkan Reina sampai depan mobilnya.

REINA
Makasih ya buat bantuannya.
WILDAN
Iya sama-sama.

Reina mengambil dompetnya dan memberikan Wildan sejumlah uang.

REINA
Ini, untuk obatnya.
WILDAN
Udah Rei, udah gak apa-apa. Ikhlas kok.
REINA
Iya ini karena loe ikhlas, imbalannya balik lagi. Nih.

Wildan ragu-ragu untuk menerima uang itu. Ia mengambilnya malu-malu.

WILDAN
Makasih ya.

Reina tersenyum.

REINA
Ya udah gue pulang dulu. Bilang makasih juga ke Hans.
WILDAN
Gue ... boleh nanya gak ?
REINA
Apa ?
WILDAN
Orang tua loe tahu soal semua ini ?

Reina menggelengkan kepala.

REINA
Gue ingin simpan rahasia ini sampai hari terakhir gue. Gue harap loe juga bisa. Loe mau kan bantu gue ?

Wildan berpikir sejenak, lalu menganggukan kepala.

REINA
Janji ?
WILDAN
Janji.

Mereka bersalaman.

REINA
Ya udah, gue pulang yah. Dah.
WILDAN
Dah --- Oh iya Rei, bentar ...

Reina berhenti.

WILDAN
Gak ada maksud untuk maksa tapi, mendingan loe cepet-cepet kemo deh. Biar batuknya mendingan.

Reina tertawa mendengarnya. Ia mengangguk dan masuk ke dalam mobilnya.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - KEMUDIAN

Wildan menghampiri Hans dan memberikan kunci mobilnya.

WILDAN
Kata Reina makasih bantuannya. 
HANS
Dokter bilang apa tadi ?
WILDAN
Cuman batuk biasa, sama kurang makan. Jadi lemes.
HANS
Syukur deh kalau gak apa-apa.
WILDAN
Oh ya...

Wildan memberikan Hans sejumlah uang.

WILDAN
Buat lembur. Cukup kan ?
HANS
Cukup bos. Thanks ya.
WILDAN
(mengangguk)
Gue ke atas duluan ya. Kalau balik, pintu semua diperiksa lagi, dikunci yang bener.
HANS
Siap bos.

Wildan menuju ruangannya.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - KANTOR WILDAN, KAMAR MANDI - MALAM HARI

Wildan menyalakan shower. Ia membersihkan badannya dengan sabun. Ia membasahi rambutnya dan menikmati pancuran air hangat menyentuh tubuhnya. Ia memejamkan matanya.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - KANTOR WILDAN - MALAM HARI

Ia merapihkan sofanya, mengambil bantal, guling dan selimut dari dalam lemari. Ia menyalakan televisi dan merebahkan badannya, tetapi belum sepenuhnya tertidur, ia teringat sesuatu dan keluar ruangannya.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - RUANG KARYAWAN - KEMUDIAN

Wildan memasak mie instan dan kopi, lalu ia mengambil cemilan untuk menemani malamnya.


INT. POSE STUDIO AND GALLERY - KANTOR WILDAN - MALAM HARI

Wildan telah selesai menghabiskan mie instannya. Ia menonton televisi sambil memakan cemilannya. Pandangannya fokus melihat ke layar, tetapi pikirannya entah kemana.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar