Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
87. EXT. LOVIN'S CAFE – SIANG
Cast: Kika, Igo
Kika dan Igo seperti biasa janjian bertemu setelah kuliah selesai. Mereka duduk di meja sudut ruangan di balkon lantai dua, seperti kunjungan sebelum-sebelumnya. Meja ini memang nyaman, letaknya agak terpisah dengan meja lain dan bisa langsung melihat pemandangan taman di sekitar kafe. Cocok sekali untuk pasangan kekasih.
IGO
Lo masih keukeuh gak mau pulang?
KIKA
(menggeleng)
Lo sendiri? Udah berubah pikiran lanjutin niat lo ke Aussie?
IGO
Kemungkinan jadi. Gue kelarin dulu SKS semester ini, langsung cabut!
Kika berubah murung. Igo memperhatikannya diam-diam dengan mencuri-curi pandang.
IGO (CONT'D)
Lo gak usah sedih gitu deh. Kita kan masih bisa berhubungan lewat chatting, telepon, atau video call. Gak susah, kan?
KIKA
Lo memang selalu gak ngerti perasaan gue!
Kika berusaha menahan perasaan galaunya. Saat menambahkan ekspreso ke dalam kopinya, lalu mengaduk-aduknya dengan keras hingga menimbulkan suara sendok dan cangkir beradu.
IGO (VO)
Sendainya lo tau, gue juga gak bisa jauh dari lo. Gak kebayang gimana beratnya menahan rindu. Tapi ini jalan hidup gue, Ka!
CUT TO
88. INT. RUMAH BEN – MALAM
Cast: Kika, Papa Ben, Gina, Zia
Kika sedang memusatkan pikirannnya pada tugas kuliahnya. Ia sedang merancang pakaian adibusana yang menjadi tugasnya kali ini. Secangkir kopi terletak di meja menjadi satu-satunya teman akrab.
INSERT: Zia perlahan membuka pintu sedikit, mengintip kakaknya. Lalu ia masuk dengan mengendap-ngendap. Tentu saja ia mengincar ponsel Kika yang tergeletak di meja.
Saat Zia meraih ponsel, Kika kaget dan refleks menepis tangan adiknya hingga tak sengaja menyenggol cangkir kopi. Sayangnya kopi tumpah mengenai kertas gambar Kika yang hampir selesai. Bukan itu saja ponsel pun terbanting jatuh hingga layarnya retak. Sontak Kika kalap dengan kelakuan adiknya itu.
KIKA
(berteriak marah)
Zia! Apa-apaan sih kamu? Lihat! Semua rusak gara-gara kamu!
Zia
(menangis)
Mamaa! Mamaa, Kakak jahat, Ma!
KIKA
Ayo ngadu, ngadu sana! Bisa gak sih, gak gangguin gue?
Saat itu muncul Gina mendengar keributan di kamar Kika. Gina langsung marah dan membela Zia tanpa peduli penyebabnya.
GINA
Kika! Berani-beraninya kamu berbuat kasar sama adikmu! Gitu ya kebiasaan kamu, diajarin mamamu? Pantas saja, kalian ibu sama anak sama aja. Sama-sama gak bener!
KIKA
Eh jangan bawa-bawa mamaku, ya! Asal Tante tau, Tante tuh yang gak bener! Udah ngerebut suami orang, masih nyalahin orangnya. Dasar pelakor!
GINA
Apa kamu bilang?
Tangan Gina melayang hampir mendarat si pipi Kika, seandainya Papa Ben tak keburu datang untuk melerai. Gina cepat-cepat menurunkan tangannya.
PAPA BEN
Kalian ini ada apa ribut-ribut malam-malam begini?
GINA
Lihat tuh kelakuan anak kesayanganmu, Mas! Sama adik sendiri saja masa tega nyakitin dan dibentak-bentak.
PAPA BEN
Benar, Kika? Jawab! Benar gak apa kata mamamu?
KIKA
Dia bukan mamaku! Dia perebut suami mamaku!
PAPA BEN
Jaga mulutmu, Kika! Kamu sudah lancang!
Papa Ben hampir saja tak bisa menahan emosi. Sementara itu, Gina tersenyum sinis dan merasa penuh kemenangan melihat anak tirinya kena marah papanya.
Kika tak kuasa menahan air matanya keluar. Ia terisak, apalagi ketika papanya menyuruhnya meminta maaf kepada mama dan dik tirinya itu.
PAPA BEN
Ayo minta maaf kamu sama mama dan adikmu, Kika! Dan jangan ulangi lagi kelakuanmu kalau masih mau tinggal di rumah ini.
KIKA
Aku gak salah, Pa! Zia yang menumpahkan kopi ke tugasku, juga memecahkan handphone-ku! Harusnya dia yang minta maaf. Bukan aku!
Papa Ben terdiam sambil memeriksa tugas yang basah dan kotor oleh noda kopi. Ia pun memungut ponsel dari lantai. Terlihat ada retakan di layarnya.
PAPA BEN
(melunak)
Sudahlah! Zia masih kecil. Ia masih belum tahu apa-apa. Harusnya kamu bisa menjaganya. Kalau ponselnya ada gangguan, biar nanti Papa ganti yang baru!
GINA
Mas! Bukan begitu caranya mendidik anak! Kasih dia pelajaran atau hukuman kek, biar gak seenaknya dia bikin ulah!
PAPA BEN
Sudahlah! Aku pusing! Jangan bikin ribut terus!
GINA
Ini kan semenjak dia ada di rumah kita! Sebelum dia ke sini, apa suka ada keributan? Enggak, kan? Kamu nggak adil, Mas!
PAPA BEN
Sudah! Sudah!
Papa Ben pergi meninggalkan kamar Kika disusul istrinya dan Zia.
KIKA (VO)
Ya, perempun itu benar. Papa memang gak adil! Dan aku gak mau lagi jadi penyebab keributan di rumah ini. Aku harus pergi!
CUT TO
89. INT. RUMAH ROSA – MALAM
Cast: Mama Ocha, Papa Jun
Malam itu, seperti biasa di ruang tengah, Papa Jun sedang menghabiskan waktunya dengan membaca. Mama Ocha datang membawa cake kesukaan suaminya. Ia sengaja membuatnya untuk merayu Papa Jun agar mau meminjamkan restorannya, untuk menggelar acara amal juga menjadi salah satu donatur.
PAPA JUN
Makasih, emmh... kayaknya enak nih. Dari wanginya aja udah menggugah selera.
MAMA OCHA
Iya dong, Mas. Sengaja kubikinkan untukmu.
Mama Ocha terdiam sejenak. Papa Jun langsung melahap cakenya.
MAMA OCHA (CONT'D)
Emh, Mas... ada yang ingin kusampaikan. Mas punya waktu, kan? Sebentaar saja.
PAPA JUN
Bicaralah!
MAMA OCHA
Gini lho Mas, aku dan ibu-ibu sosialita temanku, bermaksud mengadakan charity show yang merupakan agenda tahunan.
PAPA JUN
Ya bagus dong! Aku setuju-setuju aja kalau itu memang kegiatan positif. Janganlah kerjaan kalian cuma arisan ini itu, pamer sana-sini, shoping-shoping, ngabisin duit gak jelas.
MAMA OCHA
(mulai kesal)
Mas! Bukan gitu. Kami gak seperti itu! Justru kami sudah banyak membantu orang-orang yang kekurangan, kami dirikan yayasan untuk mengelola panti asuhan dan panti jompo. Tapi kami kan tak bisa kalau hanya mengandalkan donatur tetap, makanya setiap tahun adakan acara bazaar, fashion show atau acara lainnya yang tujuannya untuk menggalang dana.
Dan kebetulan, event tahun ini aku yang pegang, Mas.
PAPA JUN
Ya, terus? Baguslah! Berarti kamu dipercaya untuk bertanggung jawab.
MAMA OCHA
Ya, Mas. Emh, dan ibu-ibu itu, maunya kami menggelar acara di tempatmu, Mas.
PAPA JUN
(menaikan kacamatanya)
Di tempatku? Maksudmu, di restoranku?
MAMA OCHA
Iya, Mas. Mereka memohon agar Mas mau meminjamkan tempatnya secara gratis, semalam saja.
PAPA JUN
(meletakkan buku dan melepas kacamatanya)
Sayang, niatmu dan teman-temanmu itu baik. Tapi bukannya aku setuju lantas memberikan tempatku begitu saja. Ingat sayang, semalam itu kalau diperhitungkan dari berapa banyaknya tamu yang datang dalam satu jam. Kalikan berapa jam lamanya restoran ditutup. Sudah berapa kerugianku bila ditukar dengan gratisan?
MAMA OCHA
(tersentak)
Mas! Aku gak nyangka kamu akan bicara gitu. Perhitungan banget sih? Ini kan untuk amal, Mas! Lagian aku kan sudah jadi istrimu!
PAPA JUN
Istri ya istri, dan bisnis adalah bisnis. Ingat Cha, di sini bukan hanya kamu, tapi komunitas. Gak salah kan jika kita profesional. Kita juga berdiri atas nama perusahaan. Perlu diingat lagi. Aku merintis usaha ini dari nol. Usaha ini memang peninggalan ayahku. Tapi dulu pernah bangkrut karena ayah tak bisa mengelolanya dengan baik. Tak mudah untuk bangkit dari keterpurukan. Aku jatuh bangun hingga tak punya apa-apa, direndahkan, dihina orang, hingga saat itu mamanya Igo pergi meninggalkan aku. Dari situ aku bangkit, belajar lagi, dan mencoba bertahan hingga sukses seperti sekarang ini. Bahkan aku sedang mempersiapkan cabang yang lebih besar lagi.
MAMA OCHA
Tapi aku heran, Mas. Kesuksesan yang kamu raih ini untuk apa dan untuk siapa? Sedangkan terhadap anakmu saja kamu seolah menganganggapnya tak ada.
Papa Jun terdiam. Ia seperti tertampar oleh ucapan Rosa. Namun hatinya yang keras tak mengubah pendiriannya.
Belum selesai mereka berdebat apalagi menyelesaikan masalahnya, ponsel Rosa berbunyi.
CU: layar ponsel menampilkan nama Ben.
Rosa tampak ragu untuk menjawab panggilan dari mantan suaminya itu. Namun ponsel itu berbunyi terus menerus hingga akhirnya ia angkat karena tak mau timbul kesalahpahaman dari Jun.
PAPA BEN (OS)
Kika sudah pulang ke rumahmu? Dia pergi setengah jam yang lalu setelah bertengkar dengan adiknya.
MAMA OCHA
Apa? Pergi? Dia belum ada ke sini. Kamu apakan dia?
PAPA BEN
Jangan berpikir macam-macam dulu. Saya sudah mendamaikan tapi dia salah paham. Maksudku bukan mau membela adiknya. Tapi....
MAMA OCHA
Dengar ya, aku tak mau jika terjadi sesuatu dengan anakku. Pasti ada sesuatu yang bikin Kika pergi. Bukan hanya sikap adiknya itu! Ingat ya, aku gak terima jika terjadi sesuatu terhadap Kika.
PAPA BEN (OS)
Awalnya kan justru kamu yang bikin masalah dengannya. Kenapa malah aku yang kena getahnya? Kamu mestinya yang harus tau diri! Jangan bisanya nyalahin orang!
Mama Ocha menutup panggilan dengan marah. Sementara itu muka Papa Jun bertambah tegang mendengar pembicaraan antara Rosa dan mantan suaminya di telepon.
CUT TO
90. EXT. PINGGIR JALAN – MALAM
Cast: Kika
Sebuah motor matik melaju membelah malam dalam gelap. Tak lama motor itu menyalakan lampu sein kiri seolah akan menepi. Benar saja, motor berhenti di depan toko yang masih buka. Ia memarkirkan motornya lalu masuk ke toko. Ia sedang membeli beberapa makanan dan minuman. Setelah membayar di kasir, Kika keluar namun tak segera melanjutkan perjalanannya. Ia mengeluarkan ponselnya. CU: Jam digital menunjukkan pkl. 21.30 WIB. Dan 53 panggilan tak terjawab. Kika tak menghiraukan panggilan itu. Kika malah mencari nomor kontak dan berhenti pada nama Keysha. Lalu ia melakukan panggilan pada nomor tersebut.
KIKA
Key! Gue lagi di jalan ni, gak tau mau ke mana. Gue berantem sama mama dan adik tiri gue sampai akhirnya gue minggat. Tapi gue gak tau harus ke mana. Lo tau sendiri kan gue juga lagi ada masalah sama nyokap?
KEYSHA(OS)
Aduh Kaa... Lo tu ya, tambah banyak aja masalah hidup lo! Ya udah, gue ngerti kok. Lo ke tempat kos gue aja. Tapi buruan, sebelum jam sebelas malam gerbang udah digembok ibu kos!
KIKA
Iya, iyaa gue tau. Makasih ya, Key. Lo memang sahabat gue yang paling ngertiin gue. Gue on the way ya?
Kika menghidupkan kembali motornya. Setelah helm terpasang, ia melajukan motornya menuju tempat kos Keysha.
CUT TO