Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cek Ombak (melulu)
Suka
Favorit
Bagikan
17. Perang Dunia Cinta

75. EXT. KAMPUS KIKA – PARKIRAN MOBIL – SIANG

Cast: Igo

Masih di dalam mobilnya, mata Igo tampak berbinar. Ia langsung menelepon Rosa.

IGO

Ma, aku punya berita bagus. Mama mau dengar?

MAMA OCHA (OS)

Berita apa, Igo? Coba katakan, Mama gak sabar mau dengar.

IGO

Aku sudah tau di mana Kika berada, Ma.

MAMA OCHA (OS)

Ooh, kalau itu Mama juga udah tau. Tadi pagi papanya Kika sudah laporan. Tapi makasih lho, kamu udah perhatian. Kamu memang anak baik, Igo.

IGO

Jadi, Mama udah tau? Kenapa gak kasih tau aku? Aku lho Ma, nyariin Kika sampai ke kampusnya. Eh, tunggu dulu Ma, bolehkah aku minta alamatnya?

MAMA OCHA (OS)

Boleh, nanti Mama kirim alamatnya ke WA kamu ya? Kamu tolong bujuk dia untuk pulang.

IGO

Ok, Ma! Nanti malam aku akan pulang cepat dari resto untuk nemuin Kika. Bye!

CUT TO

76. INT. RUMAH BEN – MALAM

Cast: Igo, Kika, Papa Ben, Gina

Turun dari mobil yang terparkir depan rumah Ben, Igo langsung memencet bel. Tak lama keluar Papa Ben yang memandang heran terhadap Igo.

IGO

Malam, Om. Saya Igo, teman... eh, maksud saya, saudara tirinya Kika.

PAPA BEN

Oh, berarti kamu anaknya Juno, suami Rosa?

Igo mengangguk sambil tersenyum dan berusaha terlihat sopan.

PAPA BEN (CONT'D)

Masuk, silakan duduk dulu. Saya panggilkan Kika di kamarnya.

Igo duduk di sofa dengan gugup. Ia menunggu sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tanpa disadari, ia menggetarkan sebelah kakinya, semeqqntara jarinya ia pilin-pilin. Tak lama Kika datang setengah kaget melihat kedatangan Igo.

KIKA

Lo, ngapain ke sini? Siapa yang kasi tau lo? Ah, sudah pasti Mama. Padahal gue udah bilang Papa jangan kasih tau siapa pun aku di sini.

IGO

Nggak, gue gak nanyain sama Mama. Gue cari tau sendiri.

KIKA

Gue gak percaya!

IGO

Gue bisa buktikan!

Igo segera mengeluarkan laptopnya, diiringi tatapan heran dan penasaran dari Kika. 

CU: layar terbuka dan menampilkan hasil obrolan tadi siang antara Ellea Martel dan Harry Putter.

Kika tercengang.

KIKA

(menangkup mulut)

Oh My God! Kok bisa ada di laptop lo? Jangan-jangan lo hacker.

IGO

Gue bukan hacker, gue Harry Putter!

Kika

Serius? Jangan bercanda lo! Apa buktinya kalau lo adalah si Harry yang suka muter-muter itu?

IGO

Ka, cerita lo tentang ketemuan kemarin itu yang bikin gue yakin. Lo, Ellea Martel.

KIKA

(bergumam)

Kok bisa ya kita ketemu lagi. Itu tandanya kita emang jodoh...

IGO

Apa lo bilang?

KIKA

Engh, enggak! Eh, jadi maksud lo apa nyariin gue sampe ke mari?

IGO

Jemput lo pulang.

KIKA

Gue gak mau! Selama bokap lo sadar atas sikapnya selama ini, dan Mama gak berubah, baru gue mau balik.

IGO

Jadi, lo gak kangen gue?

KIKA

Hah?

Obrolan mereka terhenti saat Gina datang.

GINA

Malam-malam gini terima tamu laki-laki. Atau memang sudah kebiasaan? Maaf ya, di rumah ini aturannya beda lagi. Waktu bertamu tidak diperkenankan malam-malam kalau gak penting. Dan gak bisa sembarang orang.

Igo memberi isyarat kedipan kepada Kika. Kika pun mengerti dan membalas kedipannya. Setelah itu Igo pamit pulang.

77. INT. RUMAH ROSA – MALAM

Cast: Igo, Mama Ocha, Papa Juno

di ruang keluarga kini hanya mereka bertiga. Suasananya pun tak sehangat biasanya. Masing-masing tampak termenung. Mama Ocha pun hanya bisa menopang dagu.

IGO

Coba aja seandainya Papa gak sok ngurusin, gak akan gini kejadiannya.

PAPA JUNO

Igo! Lo mau giliran lo yang kena gampar, heh? Abis itu lo mau lari ke mana? Mau ngadu mana? Lo udah gak punya siapa-siapa. Mama lo aja udah gak mau ngurus lagi.Mau sok jagoan? Mau jadi pahlawan? Tau dirilah! Udah untung lo gue tampung dan hidupin.

MAMA OCHA

Mas! Bisa gak pake perasaan dikit? Bener-bener gak punya hati! Makin lama makin jelas aja sifat aslimu.

PAPA JUNO

Jadi, kamu menyesal menikah denganku? Begitu?

MAMA OCHA

Aku bukan menyesal nikah samu kamu, Mas. Aku hanya menyesal karena ternyata sifatmu gak berubah! Egoisnya kebangetan!

Mata Papa Jun melirik tajam ke arah Igo.

PAPA JUNO

Ini gara-gara lo! Lo sukses bikin gue tambah susah. Sekarang lo puas? Puas, kan?

Tangan Papa Jun sudah terangkat dan hampir saja melayang ke muka Igo andai tangan Mama Ocha tak segera menahannya.

MAMA OCHA

Stop! Hentikan! Aku tak suka ada keributan, apalagi kekerasan. Igo, kamu cepat naik! Sekarang juga!

Mama Ocha memerintah dengan lantang. Igo menurut dan segera berlalu menuju kamarnya. Mama Ocha pun melangkah penuh kejengkelan masuk ke kamarnya, lalu terdengar suara anak kunci diputar. Sementara itu Papa Jun terpaku sambil mengeraskan rahangnya. Tak lama kemudian ia meringkuk di sofa, tertidur sambil merasakan kedinginan.

CUT TO

78. INT. RUMAH PAPA BEN – PAGI

Cast: Kika, Papa Ben, Gina, Zia

Kesibukan di ruang makan. Keluarga Ben bersiap untuk sarapan. Baru saja menyuapkan makanannya ke mulut, ponsel Kika berbunyi. Di layar muncul nama Vertigo. Nama yang sengaja disimpan untuk nomor Igo. Baru saja mau mengangkat, Gina sudah berkomentar tak menyenangkan.

GINA

Kalau ke meja makan itu, gak usah bawa-bawa HP segala, gak menghormati orang bersamanya. Pernah diajarin sopan santun atau etika, gak sih?

Kika membatalkan niatnya. Ia fokus pada sarapanya. Namun beberapa menit kemudian, ponsel kembali bersuara. Kika semakin salah tingkah. 

PAPA BEN

Angkat saja. Mingkin penting.

Kika pun berdiri dan permisi menjauh dari meja makan. Ia melakukan pembicaraan telepon di halaman belakang.

IGO (OS)

Semalem gue berantem lagi sama bokap. Gue bingung, Ka! Gue pengen pergi, tapi gak tega ninggalin nyokap lo yang lagi marahan sama bokap. Lo tau gue harus gimana?

KIKA

Go, gue gak bisa jawab saat ini. Hari ini gue mau ke kampus. Kita bisa ketemuan di tempat biasa. Ok?

Setelah menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban Igo lagi, Kika kembali ke ruang makan. Namun bukan melanjutkan makannya, Kika hanya minum, lalu pergi sambil berkata.

KIKA

Pa, aku mau ke kampus. Boleh ikut papa sekalian ke kantor?

Papa Ben hanya mengangguk setuju. Namun Gina menyela.

GINA

Papa harus antar Zia sekolah dulu, lho. Jangan sampai telat lagi. Zia masih kecil, belum bisa naik kendaraan sendiri.

Kika paham, lalu berkata kepada papannya yang tampak kebingunan.

KIKA

Kalau begitu, biar aku pakai motor atau taksi aja, Pa. Kasian jika Zia telat. Bisa nangis dia.

PAPA BEN

Baiklah, Sayang. Hati-hati di jalan ya!

CUT TO

Scene 79 ==>>

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar