82 INT. RUANG KERJA / RUMAH JALAINI - MALAM
Jalaini memegang jidatnya. Dia mengambil peta desa lain. Kemudian peta yang belum ada coretan itu digambari LINGKARAN-LINGKARAN dengan boplen MERAH.
JALAINI
Mayat baru. Kode baru. Bunga baru. Desa baru.
JALAINI menggambar ilustrasi manusia di sawah dekat rel.
JALAINI (cont’d)
Bukti baru.
CUT TO:
83 EXT. SEMAK-SEMAK DEPAN RUMAH 22 - MALAM
Sebuah rumah sepi seperti rumah lainnya.
CUT TO:
84 EXT. PEKARANGAN BELAKANG RUMAH KENANGA - MALAM
Kenanga keluar dari pintu belakang. Dia terbirit-birit ke sumur untuk menimba air. Dia membawa air itu ke kamar kecil.
Jeda.
Kenanga keluar dari kamar kecil. Dia menoleh ke kanan dan kiri. Kemudian dia ke sumur. Dia menoleh-noleh. DIA DIBEKAP. Dia coba berteriak tapi tak terdengar apa pun. Dia diseret. Sandal kirinya lepas.
CUT TO:
85 EXT. PEKARANGAN BELAKANG RUMAH KENANGA - PAGI
Sandal kiri Kenanga masih di tempatnya. Tangan bersarung karet mengambil sandal itu.
SUPERIMPOSE: SELASA, 30 SEPTEMBER 1986
JALAINI
(Mengangkat sandal)
Benar ini sandal Kenanga?
IBU 2
Iya...
JALAINI melongok ke dalam sumur.
KAKI KIRI BUNTUNG MENGAPUNG.
CUT TO:
86 EXT. DEPAN RUMAH KENANGA - SIANG
Jalaini meminum dawet hitam di gelas besar menggunakan sedotan. Pandangannya kosong.
BUDIMAN (O.S.)
Kenapa mayat-mayat terakhir ini ndak bertali? Berarti memang ndak ditenggelamkan?
ANGGORO (O.S.)
Kehabisan tali?
BUDIMAN (O.S.)
Ya aneh. Di sekitar TKP penemuan korban saja hampir rapi. Memangnya pelaku ndak mempersiapkan lagi?
ANGGORO (O.S.)
Bisa jadi karena buru-buru.
BUDIMAN (O.S.)
Terus bunga-bunga yang berbeda tiap mayat? Kemarin bunga melati gambir, sekarang bunga kenanga.
JALAINI
Menurut saya, ini untuk menarik perhatian kita. Itu dimulai dari korban ketiga. Untuk korban keempat dan kelima ini, dia ingin membuktikan bahwa penangkapan penabuh gong itu salah. Jika cendol ini tenggelam, walau warnanya hitam dan santannya putih maka tidak akan terlihat... dari atas. Jika diaduk dalam arti memunculkannya ke permukaan, maka kita akan menyadari bahwa di dalamnya ada cendol. Dan sumur bukanlah gelas transparan.
JALAINI meletakkan gelas.
JALAINI (cont’d)
Dengan mayat yang mengapung begitu, kita menyadari bahwa itu adalah mayat baru.
ANGGORO
Lalu penabuh gong itu?
JALAINI
Kita minta untuk bebaskan.
SFX: BISING MEGAFON.
KADES (V.O.)
Pengumuman. Mulai hari ini hingga akhir bulan Suro, warga dilarang:1. Menggelar hajatan apa saja; 2. Melakukan perjalanan jauh; 3. Pindah rumah; 4. Anak gadis keluar malam-malam. Terima kasih.
JALAINI
(Menoleh ke Anggoro)
Pindah rumah?
BUDIMAN
Iya, memang itu ndak disarankan. Yang disebutkan Pak Kades itu pantangan dalam bulan Suro; desa ini pun pernah melanggar to? Cuma yang terakhir disebutkan itu mungkin khusus terkait kasus ini.
JALAINI
Ya, Pak. Benar.
ANGGORO
Dia sudah pindah kemarin.
CUT TO:
87 INT. KAMAR JALAINI - MALAM
Jalaini masuk kamar lalu menghidupkan lampu. Dia terdiam dan menatap jendela.
FLASH TO:
88 INT. KAMAR JALAINI - PAGI (FLASHBACK)
Ria memunggungi kita di depan jendela. Kemudian dia menghadap ke kanan dan perutnya sudah besar.
RIA
Jika kautanya, apakah aku bahagia mengandung ini yang baru masuk enam bulan? Tentu akan kujawab, ya. Bahagia. Sangat bahagia.
Ria menatap kita. Wajahnya sembab.
RIA (cont’d)
Tapi tepat di usia kandungan enam bulan ini pula, dia tidak akan melihat kakeknya untuk selamanya. Seharusnya ketika dia lahir nanti, dia juga bisa mendapat gendongan dari neneknya di kamar ini. Namun mimpi itu sudah sirna dua bulan lalu. Bahkan anak ini juga tidak akan mendapat kasih sayang oleh seorang wanita yang merawat ibunya seperti anak sendiri karena orang itu sudah tiada karena tenggelam empat bulan lalu. Apakah bahagia bisa berjalan seiring dengan tibanya kesedihan? Apakah bisa?
FLASH TO:
89 INT. KAMAR JALAINI - MALAM
JALAINI
...Mungkin saja...bisa.
Jalaini mematikan lampu.
CUT TO BLACK.