Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
JALAINI (Original Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
5. MENEBAK KORBAN

14 INT. MOBIL POLISI — SORE

SUPERIMPOSE: PURWOREJO

ANGGORO menyetir mobil sambil merokok. Dia menawarkan rokok pada Jalaini.


JALAINI

Ada permen?


ANGGORO merogoh saku. Lalu memberikannya pada Jalaini.


ANGGORO

Mumpung harga masih 5 rupiah, Pak.


JALAINI

Memangnya nanti akan jadi harga seratusan rupiah?


ANGGORO

Bisa jadi. Atau bisa saja nanti harganya jadi 200 perak.


JALAINI

(Mengemut permen dan bungkus dikantongi)

Hampir seharga semangkuk bakso sapi dong?


ANGGORO

Pak, Pak Budiman kok ndak mau ikut ke Semarang tadi?


JALAINI

Katanya enggak baik kalau pergi jauh saat bulan Suro.


ANGGORO

Memang sih ada pantangan itu.


JALAINI

Kenapa Saudara melanggar?


ANGGORO

Saya sih menganggap itu mitos saja, Pak. Tapi saya harus menghormati juga to di lingkungan saya. Sementara saya harus profesional pada pekerjaan. Jadi menyesuaikan saja lah. Fleksibel.

(Menunjuk ke depan)

Itu Pak Budiman, bukan?


JALAINI

Iya. Dia memang lebih dulu ke sini. Parkir sebelah situ saja!



CUT TO


15 INT. RUMAH KADES — SORE

Jalaini duduk bersama Anggoro dan Budiman. Ada teh di depan Budiman, sementara di depan Jalaini dan Anggoro kosong.


JALAINI

Sudah ke dua rumah itu, Pak?


BUDIMAN

Ya. Dan keluarga si gadis Kenanga bilang kalau mereka ndak tahu sampai ada orang yang melihat dia bersama pemuda yang bernama Mustofa itu saat malam Satu Suro di tempat penonton pementasan wayang.


ANGGORO

Terus keluarga si pemuda?


BUDIMAN

Mereka juga ndak tahu anaknya pergi dengan siapa malam itu. Anaknya juga ndak bawa barang-barang aneh.


JALAINI

Terkait tahi lalat di punggung?


BUDIMAN

Kenanga punya tanda itu. Keterangan dari keluarganya.


KADES

(Membawa dua gelas teh)

Ini yang manis dan ini yang tawar.


Teh manis diberikan pada Anggoro dan teh tawar diberikan pada Jalaini.


JALAINI

Jadi merepotkan nih, Pak Kades.


KADES

Ndak. Ndak. Istri kebetulan sedang urus dapur-- Oh ya, jadi dua mayat itu kemungkinan hanya Kenanga atau Kenanga dan Mustofa? Nek15.1 Mustofa yang melakukan kok kayane15.2 ndak ya. Dia itu sopan lho.


ANGGORO

Tapi kita ndak tahu di balik itu to, Pak Kades?


KADES

Iya juga-- Eh monggo15.3, monggo diminum.


Jalaini dan Anggoro meminum teh.


KADES

Begini lho, Pak Ja. Samang15.4 kan warga sini juga. Tolonglah benar-benar bisa selesaikan kasus ini. Seumur-umur saya hidup di desa ini, baru ada kasus pembunuhan ini. Malah kasusnya sekejam ini.


JALAINI

Kami berusaha betul untuk menuntaskan kasus ini, Pak. Pak Budiman juga sudah biasa menangani kasus-kasus di kabupaten ini.


KADES

Ya, tapi Pak Ja juga baiknya punya rasa tanggung jawab. Kalau saya jadi Pak Ja, kejadian begini di desa sendiri harus bisa tuntas.

SFX: Pintu diketuk


IBU 2

Pak...


KADES

Monggo, Bu


IBU 2

Pak polisi, itu bukan anak saya to?


JALAINI

(Berjalan menemui IBU 2)

Mohon maaf, Bu. Kami masih perlu menyelidiki lagi. Selain tidak adanya kepala, pakaian para korban juga tidak ada. Kami akan berusaha semaksimal mungkin.


ANGGORO

Namun, kami juga belum bisa pastikan bahwa itu bukan anak ibu.


IBU 2 menangis.


CUT TO:


16 EXT. TERAS RUMAH JALAINI — MALAM

Jalaini membawa tiga cangkir kopi. Dia meletakkannya di meja.


JALAINI

Yang pahit cuma punya saya.


ANGGORO

Bikin sendiri, Pak?


JALAINI

Ya. Mau siapa lagi?


ANGGORO

Ndak tinggal sama istri?


Budiman menoleh ke Anggoro sambil sedikit melotot. Namun Anggoro tidak melihat ke arah Budiman.


JALAINI

Iya seharusnya. Rumah ini miliknya.


Jalaini mengangkat bokongnya dan mengambil dompet dari saku belakangnya. Foto yang sama dengan yang ditempel di cermin lemari kamarnya.


ANGGORO

Cantik, Pak. Kalau sudah punya anak pasti anaknya rupawan juga.


JALAINI

Seharusnya.


ANGGORO

Kenapa sejak tadi seharusnya?


BUDIMAN

(Mengembuskan asap rokok)

Bisa kita sudahi pembahasan ini?


JALAINI

(Menatap Budiman sambil tersenyum lalu menoleh ke Anggoro)

Calon anakku meninggal di dalam kandungan di usia tujuh bulan.


ANGGORO

Wah, sayang banget keguguran di usia janin segitu.


JALAINI

Bukan keguguran.


Anggoro menyernyitkan dahi.


JALAINI (cont’d)

Karena istri saya meninggal saat mengandungnya.


ANGGORO

Oh. Maaf kalau begitu.


JALAINI

Gantung diri.


Mata Anggoro terbelalak. Lalu Anggoro menunduk. Budiman menyesap akhir rokoknya lalu dibuangnya putung ke cawan. Kemudian tangan kirinya menepuk lengan Jalaini.

Jalaini mengangguk.


ANGGORO

Maaf, Pak, sudah menyinggung.


JALAINI

Tidak apa. Sudah enam bulan lalu. Itu saat saya dinas di Tangerang.


BUDIMAN

(Berdeham)

Tadi Pak Kanit bilang, besok akan memilih pemimpin kasus ini.


JALAINI

Paling juga Pak Budiman, kan? Anggota lain sedang urus kasus juga. Di antara kita bertiga, Pak Budiman yang senior.


BUDIMAN

Ya, gimana ya? Sebenarnya sih saya ndak keberatan. Cuma ya gimana ya?


ANGGORO

Kenapa ndak Pak Ja?


JALAINI

Pembunuhan majemuk tidak sesimpel pembunuhan tunggal.


ANGGORO

Ya sudah, tunggu besok. Lagi pula kita ndak tahu siapa yang dipilih Pak Kanit.


Anggoro meminum kopinya.


CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar