Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
JALAINI (Original Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
14. PEMBUNUHAN BIDUAN

73 INT. RUANG KERJA - RUMAH JALAINI - MALAM

Lampu teplok menyala.

SUPERIMPOSE: MINGGU, 28 SEPTEMBER 1986

Jalaini menyentuh berkas dengan bagian atas tertulis PENABUH GONG. Dia MELINGKARI TULISAN ITU DENGAN BOLPEN MERAH. Di bawahnya dia tulis 19/9/86. Dia meminum kopi dari cangkirnya. Dia menghirup napas lalu meniup lampu teplok.

MATI. GELAP. Dia berdiri lalu keluar dan menutup pintu.


CUT TO:


74 EXT. PANGGUNG HAJATAN - MALAM

BIDUAN (17) berbaju merah kerlip berdiri di tengah panggung.


BIDUAN

(Bernyanyi dangdut)

Mati aku, ayahku tahu. Aku sedang berjalan dengan pacarku.


CUT TO:


75 INT. RUANG TENGAH - MALAM

Jalaini kemudian membuka pintu KAMAR dan masuk. Dia menutup pintu kembali.


BIDUAN (V.O.)

(Bernyanyi dangdut)

Mati aku, ayahku tahu. Aku sedang berkencan dengan pacarku.


CUT TO BLACK.


76 EXT. PANGGUNG HAJATAN - MALAM

BIDUAN

Terima kasih, semuanya.


PEMBAWA ACARA

Penampilan hebat dari Puspa Melati dengan Mati Aku. Beri tepuk tangan!


SFX: TEPUK TANGAN GEMURUH

BIDUAN turun dari panggung. Kemudian dia ke belakang panggung. Dia menoleh ke arah KITA. Dia menoleh kanan kiri, namun tidak ada orang di sekitarnya. Dia mendekati kita.


FLASH TO:


77 EXT. SAWAH DEKAT REL KERETA API - MALAM

BIDUAN lari dan sesekali menengok ke belakang - ke arah KITA. Dia terengah-engah.


BIDUAN

TULUNG! TUH-TULUNG!


CUT TO BLACK.


FLASH


BIDUAN terengah-engah dan berhenti. Kita semakin dekat. BIDUAN menengok ke kita. BIDUAN lari lagi.


CUT TO BLACK.


SFX: KLAKSON KERETA API


FLASH


Wajah Biduan memandang kita dan dipenuhi cahaya. Dia berbalik dan lari lagi.

SFX: KERETA API sedikit cepat

Biduan melambaikan tangan ke samping (kereta api) sambil berlari. Cahaya dari samping berkedip-kedip.


BIDUAN (cont’d)

TULUNG!


KITA SEMAKIN DEKAT. SEMAKIN DEKAT. BIDUAN MENOLEH TEPAT DI DEPAN KITA. Biduan membuka mulut. Dia kesulitan mengucapkan kata. Matanya melotot. Dia bersama kita bergerak ke tanah berlumpur.

KEPALANYA TERBENTUR LUMPUR. Lumpur memuncrat ke wajahnya.

DARAH MEMUNCRAT KE WAJAHNYA.


CUT TO BLACK.


SFX: KERETA API MENJAUH.


78 INT. LORONG POLRES - PAGI

SUPERIMPOSE: SENIN, 29 SEPTEMBER 1986

JALAINI berjalan bersama Anggoro.


ANGGORO

...Bahkan saya ndak sempat sarapan demi upacara rutin ini.


JALAINI

Ya nanti bisa beli ke kantin kan?


ANGGORO

Ya.

(Menggigit kedua bibir ke dalam)

Sore ini kita ndak ada acara to?


JALAINI

Kenapa?


ANGGORO

Saya... Saya ada perlu bantu pindahan mantan saya dari Wonosobo ke sini. Ke desa Bapak.


JALAINI

Kamu masih hubungan dengan mantan?


ANGGORO

Untuk orang yang jomlo, sah to?


JALAINI

Ya... Tunggu, tadi bilang mau pindah ke desa saya?


ANGGORO

Betul. Yasmin sebenarnya sedesa dengan Pak Ja. Tapi dia merantau sejak setahun lalu dan besok sewa kontrakannya habis.


POLISI 2

Pak! Pak Ja!


CUT TO:


79 INT. RUANG INTEROGASI POLRES - PAGI

JALAINI memandang kita sambil menyentuh MESIN TIK.

JALAINI

Nama?


SAPRI (O.S.)

Sapri.


Jalaini mengetik.


JALAINI

Silakan.

SAPRI

Semalam saya duduk di sebelah jendela.


SFX: MESIN TIK


SAPRI (cont’d)

Kereta baru saja berangkat dari stasiun Kutoarjo karena ada penumpang yang turun situ. Saat saya menoleh ke samping, ada seorang wanita berlari dengan arah yang sama dengan kereta. Dia melambaikan tangan. Saat kereta menjauh, saya melihat ada seseorang di belakangnya. Kemudian mereka jatuh. Setelah itu mereka tidak tampak. Saya coba membangunkan penumpang lain, namun mereka tidak percaya dengan apa yang saya lihat.


JALAINI menghentikan ketikannya. Dia memandang kita.


JALAINI

Pelaku?


Sapri menggeleng.


CUT TO:


80 EXT. SAWAH DEKAT REL KERETA API - PAGI

Meteran ditarik pada sebuah jejak. Mata Jalaini melihat dengan saksama.


JALAINI

28 cm. Ukuran 11.


BUDIMAN

Kalau ukuran sepatu berarti...


JALAINI

Ini sandal jepit. Lihat saja!


ANGGORO

(Jejak telapak kaki di depan jejak yang diselidiki Jalaini)

Ini 21 cm.

Budiman berjalan ke depan.

BUDIMAN

Lihat ini, Bung!

Bekas badan dan kepala serta cipratan DARAH.

JALAINI mengambil manik-manik MERAH di dekat cipratan darah.

POLISI 1

(Berlari)

Bapak-bapak! Di sebelah sana!

Kereta api lewat.


CUT TO:


81 EXT. PEKARANGAN BELAKANG RUMAH 21 - SORE

Perut hingga kemaluan wanita diangkat dari sumur yang di permukaannya terdapat bunga-bunga melati gambir. Jalaini membawanya ke plastik di tanah.


JALAINI

(Mengambil salah satu bunga melati gambir yang menempel)

Mayat baru.


ANGGORO

Tinggal kepala lagi?


JALAINI mengangguk. Dia memperhatikan area pusar korban.


JALAINI

Mirip angka 3.


ANGGORO

Itu angka 4 dalam aksara Jawa.


Jalaini berdiri lalu ke bibir sumur.


JALAINI

(Menunjuk bibir sumur)

Bukti baru.


Di bibir sumur terdapat abu dalam jumlah sedikit. Jalaini memberikan lup pada Budiman. Budiman menunduk dan menggunakan lup itu untuk mengecek. Budiman menutul abu itu dengan tangan yang bersarung karet. Dia menciumnya.


BUDIMAN

Sepertinya rokok. Ada kemenyan, tapi cengkehnya kurang. Atau mungkin ndak ada.


JALAINI

Terus?


BUDIMAN

Lintingan, mungkin.


CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar