Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Jalaini, polisi anggota Unit Identifikasi yang ditinggal istrinya gantung diri enam bulan lalu dan sedang mengandung anak usia tujuh bulan, dihadapkan dengan kasus mutilasi di desanya. Potongan-potongan tubuh itu ditemukan di sumur-sumur warga dan ternyata adalah kasus pembunuhan berantai.
Identitas para korban sulit diungkap karena ujung jemari tangan mereka dipotong dan hanya kepala mereka yang belum ditemukan. Jejak pelaku sulit diperoleh, bahkan pelaku merusak jejaknya sendiri. Hanya ada simbol pada tiap potongan tubuh korban yang dibuat oleh pelaku.
Jalaini, yang selanjutnya memimpin kasus, dan tim unit identifikasi dikejar waktu dalam mengungkap sebab jumlah korban terus bertambah.
Mampukah Jalaini mengungkap identitas korban? Siapakah pelaku dalam kasus ini? Berhasil ditangkapkah?
__________ Angkara gung ning angga anggung gumulung (Kejahatan besar di dalam tubuh kuat menggelora)
Gegolonganira (Menyatu dengan diri sendiri)
Triloka lekeri kongsi (Menjangkau hingga tiga dunia)
Yen den umbar ambabar dadi rubeda. (Jika dibiarkan akan berkembang menjadi bencana) __________ __________________________________________________________ Genre: Misteri (Kriminal; Detektif) - Thriller (ada sentuhan Horor) Bahasa: Indonesia dan Jawa
Premis
Tentang seorang polisi Unit Identifikasi duda akibat istrinya mati gantung diri yang dihadapkan pada temuan mayat para gadis termutilasi tanpa kepala dan tanpa ujung jemari (tanpa identitas) dan jejak pelaku nyaris bersih di sumur-sumur warga desanya yang masih dikonsumsi, menyelidiki misteri kasus tersebut, dan akhirnya menjadikan seorang dukun sebagai tersangka, padahal dirinyalah pelaku sebenarnya.
Pengenalan Tokoh
JALAINI: Sumur-Sumur Mutilasi Berantai
Potongan-potongan tubuh wanita tanpa busana ditemukan di sumur-sumur warga di sebuah desa di Purworejo pada bulan Suro/ September 1986. Potongan itu pertama kali ditemukan oleh seorang ibu yang sedang mengguyur baju anaknya di ember dengan air yang dia timba dari sumurnya pada tanggal 1 Suro/ 6 September 1986. Bripka Jalaini, 31 tahun, anggota unit Identifikasi Polres Purworejo, yang juga warga desa tersebut dijemput di rumah yang di atas pintu terdapat papan bertulis JALAINI itu untuk menyelidiki kasus tersebut. Bersama dua rekannya, Anggoro dan Budiman, mereka tidak menemukan jejak pelaku maupun ciri khusus pada korban karena ujung jemari tangan dipotong dan kepala belum ditemukan. Ketika dicek di rumah sakit bagian forensik, mayat itu ternyata terdiri dari dua mayat berdasarkan temuan dua macam kode pada setiap potongan. Kode itu adalah angka dalam aksara Jawa. Maka Jalaini bersama rekan-rekannya melanjutkan penyelidikan terutama pada dua keluarga yang mengaku salah satu dari masing-masing anak mereka hilang. Jalaini juga meminta daftar sumur yang ada di desa itu kepada Kades. Esoknya, Kanit Identifikasi akan menunjuk dari mereka untuk memimpin kasus dan ditunjuklah Jalaini karena memiliki pengalaman menangani kasus pembunuhan berantai saat dirinya dinas di Tangerang. Jalaini yang sempat terbayang-bayang peristiwa meninggal istrinya akibat gantung diri saat hamil besar anaknya pada enam bulan sebelumnya, akhirnya menerima kesempatan itu.
Saat Jalaini ke rumah Kades untuk meminta Kades mengerahkan warga mengecek sumur mereka, tiba-tiba ada orang yang teriak. Ternyata pemudi dan pemuda yang dikira korban pulang, berarti korban memang belum bisa diidentifikasi. Hari selanjutnya, Jalaini terjun ke sumur untuk mengevakuasi potongan tubuh wanita. Polisi lain di TKP lain pun mengevakuasi potongan lain dan dapat disimpulkan bahwa kedua korban adalah wanita, namun belum juga ditemukan kepala maupun ujung jemari mereka. Ketika Jalaini dan Anggoro menonton jathilan dan dolalak, Kades memberi informasi terkait sumur tua, namun setelah Jalaini cek, sumur itu terlalu dalam untuk dicek sendirian. Setelah penampilan dolalak pada malam hari, salah satu penarinya izin kencing dan berujung menjadi korban pembunuhan sosok misterius. Esoknya ketika Jalaini makan di rumah tetangganya, seorang warga menjemput Jalaini karena ditemukan potongan mayat lagi; mayat baru. Mayat itu dievakuasi hingga malam. Maka paginya Jalaini meminta bantuan kepada Kanit Identifikasi untuk mengerahkan tim di Polres dan Polsek dalam mengecek sumur-sumur warga dengan tujuan mencari kepala para korban. Ketika pengecekan, Jalaini bersama tim menuju rumah dukun yang sempat menjadi penyembuh saat penari dolalak kesurupan. Namun semua kecurigaan itu sia-sia karena tidak ada bukti bahwa dukun itu terlibat. Hari berikutnya para polisi dikejutkan oleh kelopak-kelopak bunga yang mengapung di permukaan sumur tempat ditemukan masing-masing alat kelamin korban dan berbeda-beda. Namun tidak ada pula jejak pelaku pada lokasi tersebut. Malamnya, Jalaini dikejutkan dengan penampakan kepala penari dolalak. Maka pagi harinya, setelah dia berkhayal sedang sarapan dengan (mantan) istrinya, dia berangkat bersama Anggoro untuk mewawancarai para penari dolalak lain. Setelah itu mereka rapat di Polres bersama Kanit Identifikasi dan Jalaini menduga bahwa pelaku itu adalah penabuh gong yang tidak hanya memiliki keterkaitan dengan pertunjukan dolalak, melainkan juga pertunjukan wayang kulit, malam sebelum kedua korban awal ditemukan. Penabuh gong didatangi oleh Jalaini bersama tim Unit Identifikasi dan Unit Jatanras. Setelah dilakukan interogasi oleh Jalaini, Penabuh Gong ditahan.
Seminggu setelahnya, seorang biduan dikejar oleh sosok misterius hingga dekat rel kereta. Maka pagi harinya ada saksi, penumpang kereta, yang melaporkan tentang kejadian itu. Ternyata benar bahwa terjadi pembunuhan dan mutilasi lagi, namun penemuan mayat dan TKP pembunuhan itu berada di luar desa sebelumnya. Malamnya, Kenanga (gadis yang diduga korban pertama) keluar untuk buang air kecil namun setelah itu dia dibunuh oleh sosok misterius. Dia pun dimutilasi. Oleh karenanya, Kades menginstruksikan kepada warga untuk tidak melanggar pantangan bulan Suro dan melarang gadis keluar saat malam. Bahkan Bupati pun menginstruksikan warganya untuk waspada. Tidak berjeda hari, seorang gadis didatangi oleh sosok misterius dan dibekap lalu dibawa ke hutan. Di hutan, gadis itu bisa lepas dan berlari. Sayangnya, sosok misterius berhasil menebas kepala gadis itu. Esoknya diketahui bahwa itu adalah mantan Anggoro yang baru saja dibantu pindah rumah oleh Anggoro pada salumbari. Sehari setelahnya dan hampir sebulan dari penemuan korban pertama dan kedua, Kanit Identifikasi mengadakan rapat. Di rapat itu, Jalaini menyampaikan bahwa ada dua orang yang dia duga. Dugaan pertama adalah Anggoro. Karena Anggoro tidak terima, maka terjadi adu mulut. Anggoro sempat mengungkit bahwa Jalaini bisa saja berkhayal seperti saat berkhayal terntang istrinya yang sudah meninggal kembali hidup. Jalaini yang tidak terima melancarkan pukulan pada Anggoro. Kanit Identifikasi melerai dan meminta bukti kuat pada Jalaini jika Anggoro itu memang pelaku. Sayangnya bukti itu kurang kuat, apalagi laporan dari dokter forensik bahwa semua korban masih perawan dan tidak ada sperma yang ditemukan pada korban, Oleh karenanya, Kanit Identifikasi mencopot tugas Jalaini sebagai pemimpin kasus dan dialihkan kepada Budiman. Jalaini diultimatum jika dia ikut menangani, maka akan mendapat sanksi mutasi. Sedangkan Anggoro tidak ditahan, namun juga dilarang ikut campur lagi dalam kasus itu.
Jalaini pulang ke rumah dan marah besar. Dia memaki-maki atas khayalan tentang istrinya. Dia memecahkan piring yang sedang digunakannya untuk makan malam. Kemudian dia mengobrak-abrik meja kerjanya. Namun dia akhirnya menyadari bahwa masih ada berkas satu orang lagi yang diduga. Jalaini menenangkan diri dan masuk ke kamar, lalu mematikan lampu. Sementara itu, tetangganya meninggalkan anak gadisnya di rumah sendirian karena salah satu anaknya di luar kota mendadak sakit. Tanpa diduga, malam itu juga rumah itu diketuk yang dikira si gadis adalah orang tuanya. Gadis itu membuka pintu lalu mengikuti sosok misterius. Si gadis dibunuh. Pagi harinya saat Jalaini membakar sampah, tetangganya mencari-cari anak gadisnya. Ternyata salah satu potongan mayat gadis itu digantungkan di tali sumur tetangganya. Jalaini segera menyelidiki. Polisi lain pun tiba yaitu Budiman dan Kanit Identifikasi. Jalaini segera membeberkan tentang dugaan keduanya dan dia yakin karena ada bukti kuat yang tertinggal di TKP yaitu Dukun. Jalaini menambahkan, hal kuat yang menjadikan Dukun itu terduga pelaku bahwa tujuh macam bunga dari setiap gadis erat kaitannya dengan ritual perdukunan. Jalaini dan para polisi lainnya segera ke rumah Dukun yang adu cepat dengan warga yang mau main hakim. Ternyata rumah Dukun kosong. Mereka mendobrak dari pintu belakang dan ditemukan parang yang berlumur darah serta sumur yang disembunyikan di dalam rumah berisi kepala para korban. Tiba-tiba ada keramaian di luar karena Dukun datang. Para polisi segera menyelematkan Dukun dari keroyokan massa dan menahannya. Di kantor, Jalaini melihat bahwa korban-korban sudah bisa diidentifikasi semua. Kemudian dia menemui Dukun yang ada di tahanan. Dia mengatakan bahwa dukun itu palsu. Dukun memandang Jalaini sehingga tampak pantulan Jalaini di matanya. Kemudian Jalaini pulang ke rumah (masih dalam gambar pantulan cermin) yang di pintunya terdapat papan bertulis JALAINI namun terbalik, sehingga dibaca INIAJAL. Jalaini masuk ke kamar dan membuka lemari yang berisi baju-baju para korban dan bersih. Hanya ada satu baju yang masih berlumur darah, baju gadis anak tetangganya. Saat Jalaini memeluk baju itu, baju itu dipakai oleh istrinya yang sedang menggendong bayi. Jalaini tersenyum. Kemudian Jalaini mengguyur baju itu di ember, seperti saat warga yang pertama kali menemukan salah satu potongan mayat korban.