Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta di Kamar Sebelah
Suka
Favorit
Bagikan
20. Chapter 20: Perjalanan Terakhir ke Kuburan

75. INT. KAMAR RISYA - SIANG

Risya tampak terengah-engah setelah merapikan kamarnya. Ia kemudian memandang Laura penuh arti. Matanya memerah.


LAURA
Kamu kenapa sih? Kok malah nangis.

RISYA
Nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa.(menyeka air matanya)

Laura kemudian bangkit dari duduknya, dan memeluk sahabatnya itu.


LAURA
Kamu sehat-sehat, ya. Jangan lupa sarapan. Jangan cari cowok yang ganteng (ketawa)

RISYA
(terkikik)Iya. 


Air mata Risya berlinang ke kedua pipinya.


LAURA
Daaag. (melambai tangan)


Laura keluar kamar kos. Ketika Risya ingin melihat punggungnya saat ia pergi ke luar gerbang indekos, Laura sudah menghilang.

Angin kemudian bertiup kencang di pepohonan.

DISSOLVE TO:


76. MONTAGE - TEMPAT BERBEDA/SIANG

-Dimas tampak keluar dari hotel. 

-Dimas berjalan di trotoar membawa kopernya. Ia tampak kepanasan. Keringatnya bercucuran. 

-Dimas menunggu bus di halte.

-Dimas di bus tampak pucat.


ESTABLISH: GEDUNG-GEDUNG PERKANTORAN, PEPOHONAN DI PINGGIR JALAN, DAN ORANG-ORANG DI TROTOAR.


77. EXT. PEMAKAMAN - SORE

Angin berembus kencang di sekitar pemakaman. Pohon-pohon tampak berdesau.

Tampak Dimas dan Sahid, penggali/penjaga kubur selesai menggali kuburan Laura.

Mereka tampak kelelahan. Dimas lantas terengah-engah. Sahid pun demikian, setelah naik ke atas.

Dimas tampak membuka satu-persatu papan.


DIMAS
Lihat, Pak. Bapak bisa lihat sendiri, tidak ada apapun di dalam sini.

SAHID
(menggeleng) Kang.
(beat)
Apa Akang tidak bisa melihat? Akang buta?!

DIMAS
(terkekeh) Saya tahu, Bapak tidak percaya sama saya.

SAHID
Tidak, Kang. Jelas-jelas di sana ada pocong menghadap ke tanah.

DIMAS
Mana, Pak?! Nggak ada.


Sahid yang masih tampak lelah, tak ingin meladeni Dimas yang dianggapnya sedang mempermainkannya.


SAHID
Akang. (beat) Saya tidak mau bercanda. Saya bisa melaporkan Akang ke polisi atau ke warga setempat. Lebih baik Akang sekarang keluar dari dalam, biar saya kubur lagi!

DIMAS
Tapi, Pak. (beat) Sebentar lagi pacar saya datang.

SAHID
(berkerut kening)


Angin kembali mengencang.


DIMAS
Tuh, Pak. (beat) Pacar saya sudah datang. Dia menggendong bayi. Bapak tidak lihat? (tersenyum) Dia sedang jalan ke sini, Pak!


Sahid mulai merasakan sesuatu yang aneh dengan daerah di sekitarnya. Bulu-kuduknya berdiri, dan sayup-sayup penjaga kubur itu mendengar suara bayi menangis.


Sahid lantas menatap serius ke arah Dimas yang tampak menangis haru, tapi tersenyum, seakan sedang melepas kerinduan.


SAHID
Kang...

DIMAS
Pak. Percayalah. (beat) Laura! Aku udah di sini!

Dimas melihat Laura sedang berdiri di tepi kuburan yang sudah digali sambil menggendong bayi. Laura tampak tersenyum kepada Dimas.

Tapi, Sahid tak melihat apa-apa, kecuali tanah yang turun sendiri dan penjaga kubur itu lantas mundur beberapa langkah.

Dimas melihat Laura turun ke liang lahat.

Sahid berkeringat dingin, antara ingin kabur tapi tetap penasaran dengan pemuda itu.


DIMAS (CONT'D)
Pak, Pak!

Sahid berusaha tak ingin menanggapi.


DIMAS (CONT'D)
Pak, tolong ambilkan koper dan tas ransel saya. Masukkan saja ke sini, Pak.


Sahid diam menimbang-nimbang.


DIMAS (CONT'D)
Tolong, Pak.

SAHID
B-Baik.

Sahid akhirnya mengikuti perintah Dimas. Ia melempar koper dan tas ransel Dimas ke dalam liang lahat. Setelah melempar, tak sengaja Sahid melihat Dimas begitu senang tidur dan memeluk jenazah Laura yang mengahadap ke tanah.

Sahid mengernyitkan kening.

Angin kembali membesar. Sahid melihat sebentar ke pepohonan.


SAHID
Kang?


Dimas tidak menjawabnya. Pemuda itu terlihat nyenyak tidur memeluk Laura. Matanya terpejam.


SAHID (CONT'D)
Kang?!


Sahid mengernyitkan keningnya.

Tak lama, Sahid hanya bisa berdiri terpaku, tatkala melihat pocong Laura menengok ke arah Dimas sendiri. Wajahnya tidak buruk, bahkan masih utuh dan terlihat seperti baru dikubur: hanya kedua matanya saja yang menghitam.

Sahid mematung, dan tak bisa berbuat apa-apa ketika wajah pocong Laura menoleh ke arah Sahid. Tersenyum kepadanya.

Angin kembali mendesaukan pepohonan.


SLOW FADE TO BLACK

END

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar