Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
19. INT. MINI MARKET - SELANJUTNYA
Rudi mencolek Lusi yang sedang berdiri di pintu ruang pegawai. Mereka melihat Dimas yang sedang melayani pembeli di meja kasir: wajah Dimas terlihat begitu murung.
Dimas terus melayani pembeli dengan tampang tak semangat.
19A. EXT. DEPAN MINI MARKET - SELANJUTNYA
Ketika istirahat, Dimas memutuskan keluar mini market, dan menemukan Lusi sedang merokok di teras depan. Perempuan itu tampak menikmati sebatang rokoknya sambil bersenderan di pilar.
Dimas tersenyum kecut kepada Lusi. Lelaki itu kini tampak mengenakan jaketnya dan memeluk tubuhnya, karena angin berembus cukup kencang malam itu.
Dimas menggeleng-geleng. Sementara Lusi diam-diam masih terus memandangnya dengan tatapan selidik. Perempuan itu kembali mengambil sebatang rokok. Ia menawari Dimas, tapi lelaki itu tidak mau.
Lusi menyalakan rokoknya.
Dimas sebentar merenung. Mereka masih berdiri di teras mini market, sambil menatap gerimis yang kemudian datang perlahan-lahan.
Lusi tampak membuang asap rokoknya.
Tak lama, sebuah mobil berwarna merah datang, dan berparkir di depan mini market. Dimas sedikit mengernyitkan keningnya. Ketika mobil itu berhenti berparkir, entah mengapa klaksonnya berbunyi nyaring hingga memekakkan telinga Dimas.
Dimas tampak tak kuat. Ia menutup kedua telinganya. Sang pemilik mobil terlihat agak tersinggung dengan Dimas.
Lusi berusaha menjelaskan kepada pemilik mobil kalau Dimas sedang sakit.
Lusi mendekati Dimas yang kepalanya tampak kesakitan.
Dimas merasakan kepalanya yang kesakitan.
Klakson pun mati.
CUT TO:
20. EXT/INT. HALAMAN RUMAH INDEKOS, LANTAI TIGA, DAN KAMAR DIMAS - SELANJUTNYA
Dimas terlihat turun dari ojek online dan langsung menuju gerbang rumah indekosnya.
Ketika ia hendak memanggil Erlina, pintu rumah utama terbuka dan keluarlah pembantu setia Erlina yang bernama Euis (27 th). Perempuan itu tergopoh-gopoh ke arah gerbang, lalu membukakan pintu tersebut untuk Dimas.
Dimas lantas menuju kamar kosnya. Namun, perasaan aneh segera menguasainya ketika ia menoleh kembali ke arah gerbang, tampak Euis masih berdiri menatapnya dengan senyuman misterius, yang menurutnya cukup aneh.
Dimas tak mau menduga-duga, ia lantas naik ke lantai dua, lalu ke lantai tiga yang masih gelap. Dimas menyalakan senter ponselnya agar bisa menerangi jalannya. Perasaannya mulai tak nyaman ketika menaiki lantai tiga yang terasa pengap dan pekat.
Sesampainya di lantai tiga, Dimas lantas menyalakan lampu luar. Segeralah ia menatap kamar paling ujung tatkala Dimas membuka pintu kamarnya. Tangannya tampak gemetar karena gigil dingin dan rasa merinding yang telah menguasai tubuhnya.
Angin terdengar membesar dari lantai tiga. Pohon besar yang berada persis di depan rumah indekos itu mendesau cukup nyaring, semakin membuat bulu kuduknya berdiri.
Ketika pintu kamarnya berhasil dibuka, Dimas buru-buru masuk dan mengunci kamarnya. Ia menyalakan lampu kamar. Melepas sepatu dan kaos kakinya, kemudian Dimas duduk di atas ranjang. Ia masih merasakan sedikit nyeri di kepalanya.
Tak lama, mendadak dari jendela yang gordennya belum ditarik itu, ia melihat seorang perempuan berambut panjang, dan bergaun tidur terusan putih, melewati kamarnya begitu saja.
Dimas lantas terkesiap. Ia masih bisa mendengar langkah kaki perempuan itu: berjalan cukup pelan.
Dimas yang tampak ragu, memberanikan dirinya untuk mengintip dari jendela. Perempuan itu masih berjalan melalui beranda lantai tiga. Ia masih mendengar langkah kakinya.
Ia yang begitu penasaran, lalu membuka pintu dan melihat ke beranda lantai tiga yang serupa lorong tersebut. Tampak perempuan berambut panjang dan bergaun putih itu berjalan menuju kamar paling ujung. Bahkan perempuan itu membuka pintu kamar yang menurut Erlina tak lagi disewakannya sejak beberapa tahun lamanya.
Dimas bahkan bisa mendengar perempuan itu menutup dan mengunci pintu kamarnya. Lelaki itu mematung di depan kamarnya. Tubuhnya begitu merinding dan dingin.
DISSOLVE TO:
21. EXT. BERANDA LANTAI TIGA - PAGI
BEGIN MONTAGE
-Dimas masih dalam keadaan yang sama: berdiri menatap kamar paling ujung. Di ujung kamar itu, perempuan berambut panjang dan mengenakan gaun tidur bercorak darah, tampak menatap Dimas dari kejauhan.
-Angin berembus kencang di depan rumah indekos. Beberapa daun berguguran.
-Dimas tak bisa bergerak, sementara perempuan itu masih menatapnya. Perempuan itu menangis darah. Kemudian, Dimas melihat dirinya sendiri keluar dari kamar paling ujung itu lalu naik ke pagar pembatas. Mata Dimas terbelalak tatkala melihat dirinya melompat dari lantai tiga. Ketika ia melihat ke bawah, tak ada sosok dirinya lagi.
-Dimas kembali melihat ke ujung beranda lantai tiga. Perempuan itu menghilang. Tapi, ketika ia melihat pantulan bayangannya di jendela kamarnya, Dimas terkejut karena bukan wajahnya yang ia lihat melainkan wajah perempuan berambut panjang kusut itu. Kedua matanya tampak mengeluarkan darah.
-Seorang lelaki berpakaian hitam dengan wajah yang buram, tiba-tiba ada di sampingnya. Dimas ditarik ke dalam kamar paling ujung itu.
-Di dalam kamar, Dimas berdiri di sudut ranjang dan lelaki berpakaian hitam itu menembaki perutnya dua kali, lalu dadanya sekali. Dimas terjatuh di bawah ranjang. Ia melihat perutnya berlumuran darah.
-Gelap perlahan menyertainya.
END MONTAGE
FADE TO BLACK