Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta di Kamar Sebelah
Suka
Favorit
Bagikan
13. Chapter 13: Dance

44B. INT. KAMAR KOS DIMAS - SELANJUTNYA

Dimas dan Laura makan Soto Betawi dan es krim bersama. Dimas dan Laura kadang cekikikan di sela makan mereka, sambil melihat tayangan televisi.


LAURA
Jadi selama ini kamu mengganggapku hantu? (terkekeh kecil)

DIMAS
Ya, begitulah.


Mereka menahan tawa.

Kemudian meledaklah tawa mereka, sampai Dimas keselek.


LAURA
Lihat, apa hantu bisa makan soto betawi begini?

DIMAS
Nggak. (masih tertawa)


45. INT. KAMAR KOS LAURA - SORE

Pintu kamar Laura dibuka.

Laura menunjukkan kamar kosnya kepada Dimas. Lelaki itu terkesima dengan perubahan yang terjadi pada kamar Laura. Dimas merasa baru kemarin ia melihat kamar itu begitu bobrok tapi kini terlihat rapi.

Dindingnya tampak telah menggunakan wallpaper. Meja belajar Laura yang semula Dimas lihat sebagai sarang kecoak, kini tampak bersih dan baru. Dinding di dekat kamar mandi yang terlihat berlumut kini bersih: dicat baru. Plafon sudah dibenarkan.

Dimas tampak takjub.


DIMAS
Laura, aku nggak percaya kamu melakukannya seorang diri!


Dimas melihat-lihat ke sekeliling kamarnya. Ranjangnya yang berkasur putih nan empuk (Dimas mendudukinya) juga terlihat baru.


DIMAS (CONT.D)
Kamu ini kuli bangunan, ya? Arsitek?

Laura terkakak-kakak. Mereka kemudian duduk bersama di atas ranjang.


LAURA
(menggeleng)Begini. Aku bisa paham kenapa kamu nggak percaya semua ini.

DIMAS
Iyalah. Aku nggak pernah melihat kamu ngangkut-ngangkut barang. Aku pengen sekali lihat perempuan secantik kamu ngecat. Nguli.

LAURA
Apa?

DIMAS
Ya, maksudnya aku pengen sekali lihat kamu kerja berat begitu. (terkekeh malu)

LAURA
(tersipu) Aku nggak ngecat tahu.
(beat) Kamu kan kuliah dari pagi sampai sore. Waktu itulah aku dan beberapa tukang mengerjakan ini.

Dimas termenung sesaat, sambil kedua matanya masih menjelajah ruang kamar yang tampak manis tersebut.


DIMAS
Tapi...

LAURA
Apa?

DIMAS
Bu Erlina nggak pernah bilang apa-apa sama aku.

LAURA
Kamu bilang ke Bu Erlina waktu kamarku belum juga selesai diperbaiki. (senyum)

Dimas mengangguk-angguk. Kemudian mereka saling bertatapan. Terdengar jam dinding di ruangan itu berdetik. Wajah mereka semakin dekat.

Tapi, Laura sebentar menarik tubuhnya dan mereka tidak jadi berdekatan--meski mereka masih duduk di ranjang.

Laura masih tersipu malu, dan Dimas terkagum dengan kecantikannya ketika melihat Laura merapikan helai rambut di sekitar telinganya.

Melalui ponsel pintarnya, Dimas menyetel lagu kemudian. Lagu lama tahun 50/60-an "Rindu Lukisan".


DIMAS
Gimana kalau kita menari sedikit.

Dimas beranajak dari ranjangnya. Ia mengulurkan tangannya pada Laura yang masih duduk di ranjang.


LAURA
Heh? Nari? Nggak, nggak. Aku nggak bisa nari.

DIMAS
Ayolah.

LAURA
Apa kamu jago nari?

DIMAS
Nggak juga. Nggak bisa.

LAURA
(tertawa) Lah, terus?!

DIMAS
Nggak apa-apa. Aku nggak mau kita berada dalam kecanggungan seperti tadi. Rasanya nggak nyaman. Ayo.

Dimas mulai agak malu dan menggaruk-garuk belakang kepalanya. Laura melihat gerak-gerik itu. Sementara musik masih terus berdendang.

Akhirnya, Laura pun beranjak dari ranjang. Ia menerima tangan Dimas.

Mereka mulai menari saling memegang tangan dan pinggang.


LAURA
Aku nggak percaya. Kamu pasti pernah melakukan ini dengan mantan pacarmu.

Tubuh mereka mengikuti lantunan musik.


DIMAS
Entahlah. Asal kamu tahu. Aku ini divonis amnesia oleh dokter beberapa tahun yang lalu, jadi aku nggak tahu apa aku punya seseorang seperti pacar atau bahkan istri. Entah, apa yang menyebabkan aku trauma. Aku bener-bener lupa.

LAURA
Amnesia? Kamu melupakan seseorang? Mantan pacarmu sendiri?!

DIMAS
Ya. Tapi, udahlah. Kita nari aja.

LAURA
(terkikik)

ESTABLISH: -KAMAR KOS LAURA BERSINAR TERANG SENDIRI.

      -DEPAN MINI MARKET.


46. INT. MINI MARKET - MALAM

Dimas terlihat ceria ketika melayani pembeli. Rudi dan Lusi yang sedang berada di dekat rak dan dekat pintu ruang pegawai, sedikit heran dengan perubahan sikapnya.

Apalagi ketika Dimas mulai melayani sepasang kekasih yang pernah membuatnya ingin muntah.

Dimas terlihat tersenyum ramah.


PEMBELI PEREMPUAN
Lagi happy, yah, Mas?

DIMAS
Ah, nggak, biasa aja (senyum cerah).

PEMBELI PEREMPUAN
Sama itunya, ya Mas. Yang seperti biasa.

Pacar pembeli perempuan itu hanya menyenggol kecil pinggangnya karena merasa malu.


DIMAS
Nggak apa-apa, Mas, Mbak. Kondom kan?

PEMBELI PEREMPUAN
I-Iya (tersipu malu)


Tak hanya pasangan itu, para pembeli yang mengantre di belakangnya pun cengengesan sendiri. Termasuk Rudi dan Lusi yang berada di dekat rak.

Setelah pasangan itu keluar dari mini market, Rudi dan Lusi menghampiri Dimas. Rudi membantunya melayani pembeli yang antre. Lusi berdiri di samping Dimas.


LUSI
Ada apa, nih? Bahagia banget tumben!

DIMAS
Nggak ada apa-apa.

RUDI
Iya, kenapa lu?

DIMAS
Nggak ada apa-apa. (beat) Gue bingung. Kemarin gue murung lu bilang aneh, sekarang gue biasa aja lu bilang aneh juga.

LUSI
Nggak. Lu nggak biasa aja. Kelihatan lah. Ini nggak biasa aja.

DIMAS
(senyum-senyum)

46A. RUANG PEGAWAI MINI MARKET - SELANJUTNYA

Dimas, Rudi, dan Lusi duduk di dekat loker. Rudi tampak menikmati secangkir kopi hitam, sementara Lusi mulai mengambil sebatang rokok.

Lusi memantik rokok


LUSI
Jadi? (mengembuskan asap)

DIMAS
Cewek itu... Cewek yang gue anggap hantu selama ini.

LUSI DAN RUDI
(mengangguk)

Lusi dan Rudi tampak antusias.


DIMAS
Dia adalah tetangga kos baru. 

RUDI
Nah, kan bener kata gue. Dia pasti kenalan ibu kos lu.

DIMAS
Bukan, bukan. Dia bukan kenalan Bu Erlina tapi orang yang memang baru ngekos, kayak gue. Waktu gue lihat kamarnya, kamarnya belum diperbaiki dan dia juga belum tinggal di situ.

LUSI
Tapi kata lu, kalau malam, gerbang udah dikunci, kan setelah lu pulang? Sama pembantu ibu kos lu yang orang Sunda itu.

Dimas terdiam.


LUSI (CONT.D)
Gimana cara dia masuk? Tapi, dia bener orang, kan?

DIMAS
Yakinlah. Orang gue lihat dia napak, nggak melayang. Terus gue lihat juga dia makan soto betawi.

RUDI
(ketawa)

Lusi hanya nyengir dan menggeleng-geleng.


DIMAS
Gue serius! Masak gue bohong! Demi kita disamber geledek bareng-bareng!

RUDI
Enak aja lu. Kesamber, kesamber aja sendiri, dah! Udahlah, Lus. Mungkin itu cewek selalu masuk setelah Dimas masuk. Dimas nggak sadar, mungkin karena dia terlalu ketakutan sampai dia berhalusinasi.

LUSI
Terus cara dia memperbaiki kamarnya? (sambil mengembuskan asap rokok)

DIMAS
Gue kuliah pagi sampai sore kan? Nah, jam-jam segitu dia beresin kamarnya. Ngangkut-ngangkutin barang. Gue juga pernah tanya soal ini.

LUSI
Sendirian?

DIMAS
Nggak. Katanya nyewa tukang.

LUSI
Nama ceweknya?

RUDI
Ya, namanya? Siapa tahu gue bisa kenalan?

DIMAS
Dia kayaknya bukan tipe lu Rud.

RUDI
Ah, sialan lu! Gue tahu tu cewek pasti cakep. Siapa namanya?!

DIMAS
Laura

RUDI
Tuhkan, namanya aja cakep. Pasti orangnya juga cakep. Anjing memang lu! Giliran punya cewek cakep pake acara rahasia segala! Anjing lu! tai!

DIMAS
Lah! Kok jadi salah gue! Kocak lu! (terkekeh-kekeh)

Rudi lantas menguyek-uyek rambut Dimas, serta merangkul leher Dimas seolah ia hendak menahan lelaki itu pergi dari sana.

Namun, Lusi yang sudah lama bersahabat dengan Dimas tampak mengerutkan kening sambil tetap mengembuskan asap rokoknya. Ia terus menatap Dimas dengan tatapan heran.

Saat Dimas dan Rudi saling bercanda soal cewek baru tersebut, Rudi dan Dimas pun tersadar kalau Lusi tak ikut larut dalam candaan mereka.


RUDI DAN DIMAS
Kenapa lu?

LUSI
Nggak apa-apa.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar