Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta di Kamar Sebelah
Suka
Favorit
Bagikan
18. Chapter 18: Mimpi Buruk Berubah Nyata

64A. INT. KAMAR RISYA - MALAM

Risya hanya melamun menatap Dimas meredakan sakitnya sendirian di kursi. 


RISYA
Dimas...Mas.

DIMAS
Aku mau pulang.


Dimas beringsut dari duduknya.


RISYA
Kamu udah nggak sakit? Yakin, mau pulang sekarang?

DIMAS
(senyum lesu)Ya. Sedikit. (beat) Laura, Ra! Kita pulang.


Dimas tak juga mendapatkan jawaban. Lelaki itu langsung kembali murung. Risya jadi ikut prihatin.


DIMAS (CONT'D)
Aku tahu, aku tahu...

RISYA
Kamu udah ingat?

DIMAS
(menggeleng-geleng) Dia sudah meninggal, kan? Itu yang kamu yakini, kan? Yang aku yakini, dia masih hidup.

RISYA
Istirahatlah.

DIMAS
Kalau begitu aku pamit.


Dimas pun pulang sendirian dari indekos Risya. Dimas sempat melirik sesaat ke arah selasar indekos, yang menjadi tempat Laura semula berdiam di sana. Sementara Risya tampak prihatin melihat punggung lelaki itu saat pergi dari kamarnya.


65. INT/EXT. KAMAR DIMAS, BERANDA LANTAI TIGA - SELANJUTNYA

Kamarnya masih gelap.

Ia mengecek ponselnya. Mencari hasil selfienya. Ada. Laura masih ada di ponsel itu. Dia tidak percaya dengan kata-kata Risya.

Dimas tampak menyeka air matanya. Ia kemudian berdiri menatap jendela. Dimas melihat ke jendela kamarnya, menunggu sesuatu. Lama ia berdiri di depan jendela, tapi keinginannya tak terwujud.

Dimas kemudian buru-buru keluar dari kamar, dan berjalan tergesa- di beranda lantai tiga yang gelap.

Matanya tampak nanar.


65A. EXT. DEPAN KAMAR LAURA - SELANJUTNYA

Dimas terengah-engah di depan kamar Laura. Ia berusaha membuka kamar Laura. Dimas sesekali mengetuk pintu tersebut kencang.


DIMAS
Laura!
(beat)
Laura!!

INTERCUT


65B. EXT. HALAMAN DEPAN INDEKOS DAN BALKON LANTAI DUA - SELANJUTNYA

Erlina dan Euis yang terkaget tampak keluar dari rumah utama. Beberapa penghuni kosan di lantai satu dan dua pun mulai keluar ingin melihat sesuatu yang terjadi di lantai tiga.


DIMAS (V.O)
Laura! Buka pintunya! (beat) Laura!!


65C. EXT/INT. DEPAN KAMAR LAURA DAN KAMAR LAURA - SELANJUTNYA

Dimas tampak sedih dan marah. Ia terus mengetuk-ngetuk, tapi tak memperoleh jawaban. Akhirnya, ia berusaha mendobrak pintu kamar Laura. 

Beberapa kali ia dobrak, akhirnya pintu pun terbuka.

Dimas tercengang. Ia hanya melihat kamar rusak, seperti kondisi kamar yang ia lihat saat pertama kali. Plafon rusak, meja belajar rusak dan menjadi sarang kecoak, eternit sarang laba-laba. Dinding lumutan. Lantai kotor.

Dimas lantas terduduk di depan pintu kamar Laura. Ia kembali menangis dan merasakan kepalanya sakit. Semakin lama, ia tak sadarkan diri. Dimas tampak mengejang, seperti orang terkena serangan epilepsi.

Tak lama, Erlina dan Euis tergopoh-gopoh di lantai tiga melihat Dimas terduduk di pintu. Mereka tampak cemas dan takut melihat kondisi Dimas.


ERLINA
Nak Dimas!!


Dimas telah memuntahkan carian berbusa dari mulutnya seraya tubuhnya terus menegang.


ERLINA (CONT'D)
Nak Dimas! Euis panggil Kang Sobir dan beberapa penghuni laki-laki yang bisa mengangkat Nak Dimas ke kamarnya! Jangan lupa ambil sendok atau apapun agar dia nggak menggigit lidahnya! Cepat!

Erlina tampak melap buih dari mulutnya dengan kain daster yang dikenakannya.


EUIS
Iya, Bu. Baik.

Euis langsung lari.


ERLINA
Nak Dimas! Sadarlah! Ya ampun...

CUT TO:


66. INT. BUS - SELANJUTNYA

FLASHBACK

Dimas yang pulang dari indekos Risya tampak terus melamun di kursi paling belakang. Sementara lagu "Waktu yang Tersisa" dari Kla Project terus menemani perjalanannya menuju indekos.

Ketika kondektur menagih ongkos, lelaki itu senyum ramah dan memandang heran.


KONDEKTUR
Saya perhatikan sejak kemarin sendirian terus, Mas? (terkekeh)

DIMAS
(senyum kecut)Ah, nggak...

Setelah kondektur itu pergi, ada sesuatu yang berbeda dengan kondektur itu. Ia merasa sejak kemarin kondektur itu selalu melihat Laura tapi kini pernyataannya sungguh berbeda. Dimas lantas tersadar sesuatu. 

DISSOLVE TO:


67. MONTAGE - TEMPAT BERBEDA

-Dimas tampak selesai makan di warteg. Ketika keluar dari warteg, ia mendapatkan telepon dari mantan kekasihnya, Laura.


DIMAS
Halo...

Mendengar Laura menangis.


LAURA (V.O)
Dimas. 

DIMAS
Apalagi? Aku pikir kita sudah selesai. (beat) Apa kamu mau mengundang aku di pernikahan kamu? Maaf aku nggak mau.

LAURA (V.O)
Bukan itu. Aku ingin kamu jenguk aku di sini. Di kosan baru aku.

DIMAS
Kosan?

LAURA (V.O)
Aku kabur dari rumah. 

DIMAS
(mengembuskan napas) Di mana? (menganguk)

Dimas kemudian naik ke mobil kakak perempuannya. Warna mobilnya merah.


-Mobilnya melaju cepat. Dimas pun tiba di depan rumah indekos Erlina. Ia melihat mobil SUV terparkir di depan. Dari mobilnya, Dimas bisa melihat kekacauan di lantai tiga, tepatnya di kamar paling pojok. Ia melihat tiga laki-laki berpakaian serba hitam ramai-ramai turun dari lantai tiga, masuk ke rumah paling besar (Rumah utama/rumah pemilik indekos).

-Dimas turun dari mobil masuk ke rumah indekos itu. Ia melihat ponselnya: kamar Laura ada di lantai tiga. Dimas tampak mengendap-endap naik ke lantai tiga.

-Dimas tampak ragu melihat kamar paling ujung terbuka. Ia mendengar suara Laura. Ketika masuk, matanya tercengang, tubuhnya bergetar. Ia melihat Laura tergeletak di bawah ranjang. Di perutnya yang tampak buncit itu bersarang dua peluru, dan satu peluru lainnya bersarang di dadanya. Ketika melihat Dimas, tangan Laura menggelepar-gelepar minta tolong. Perutnya mengeluarkan darah. Dimas tahu.

-Dimas seperti patung. Tubuhnya tak bisa bergerak. Ia melihat Laura sekarat di depannya. Laura menggeser tubuhnya sampai ke kaki Dimas.


LAURA
M-Maaf.

Air mata Dimas berlinangan.

-Sebentar, ia mendengar suara air di kamar mandi kamar Laura. Dimas masih mematung: tubuhnya menggigil. Apalagi ketika melihat seorang lelaki berpakaian serba hitam yang tampak kaget melihat Dimas di lokasi kejadian. Lelaki itu menodongkan pistol.


LAURA (CONT'D)
L-Lari...

Dimas terpaku ternyata Laura masih berusaha kuat bertahan. Tapi, lelaki berpakaian hitam itu telah menembakkan satu pelurunya dan Dimas berhasil menghindar dengan lari.

-Dimas terbirit-birit turun ke lantai bawah. Di saat itu, Risya yang tinggal di lantai dua melihatnya setelah mengintip dari kamar.

-Dimas menuju mobil buru-buru. Sementara para pembunuh itu segera mengumpul dan mengejar Dimas. Tapi, mobil Dimas sudah melaju. Dimas melihat dari spionnya: para pembunuh itu sudah menaiki SUV dan ikut mengejarnya juga.

-Mobil mereka kejar-kejaran di jalan.

-Mobil Dimas membelok ke sebuah tanah kosong yang banyak ditumbuhi ilalang. Sebelum akhirnya, mesin mobil Dimas mati. Dimas segera keluar. Ia melihat mobil SUV itu juga berhenti di tepi jalan. Para pembunuh itu berlarian menyusuri ilalang mengejar-ngejar Dimas.

-Dimas berlarian tak menentu. Ia mulai sesak. Dimas kemudian sampai di tebing. Para pembunuh itu masih terus mengejar. Salah satu dari mereka melancarkan tembakan. Hal itu membuat Dimas memilih melompat dari tebing. Para pembunuh lantas tercengang.

-Dimas jatuh ke dahan-dahan pohon dan kepalanya terbentur bebatuan, hingga ia mendarat di tanah dekat kali.

END MONTAGE

FADE TO BLACK

FADE IN:

BACK TO


68. INT. KAMAR DIMAS - PAGI.

PRESENT

Pintu kamar Dimas diketuk oleh seseorang. Pintu Dimas kemudian dibuka oleh Erlina, karena sejak malam pintunya tak dikunci oleh Erlina.

Di sisi Erlina tampak seraut wajah Lusi.

Tak lama Dimas terbangun. Ia masih terduduk lesu di atas ranjangnya.


ERLINA
Nak Dimas, ini ada temannya datang menjenguk. Katanya ini rekan kerja di mini market dan teman kuliahnya?

Dimas mengangguk.

LUSI
Dimas.

DIMAS
Lus.

ERLINA
Saya tinggal, ya?

DIMAS
Makasih, Bu.

Lusi lantas memasuki kamar. Ia duduk di kursi belajar Dimas. Lusi meletakkan sebungkus makanan untuk sarapan Dimas.


LUSI
Bu Erlina udah cerita semuanya. Kamu mendobrak kamar di ujung itu dan bilang kalau Laura tinggal di sana.

DIMAS
(tersenyum kecut)

LUSI
Apa kamu udah ingat semuanya?

Dimas tampak termenung.


DIMAS
Lu udah tahu semuanya? (pelan)

Lusi memberikan botol air mineralnya kepada Dimas. Dimas meminumnya.


LUSI
(mengangguk)Saat lu ngomong, cewek hantu itu ternyata manusia, dan namanya Laura.

DIMAS
Kenapa lu nggak bilang.

LUSI
Karena lu melupakannya, kan? Selama ini? Juga Aldo. Iya, kan? Lagian, kalau gue ngomong juga lu nggak akan percaya.

Kepala Dimas kembali nyeri sedikit.


LUSI (CONT'D)
Gue tahu lu nggak mau denger nama itu. Orang itu terus mengganggu gue akhir-akhir ini. Lu masih ingat saat gue cerita kalau ada orang rapi yang nyariin lu di mini market?

DIMAS
Ya. Itu Aldo, kan?

LUSI
(mengangguk)
(beat)
Apa yang lu ingat, Mas?

DIMAS
Hampir semuanya. Gue tahu, para pembunuh itu orang suruhan Aldo.
(beat)
Dan Laura. Dia hamil karena Aldo membuatnya mabuk saat itu.

LUSI
Ya, gue ingat saat itu dia membawa Laura entah ke hotel atau mana. Itu semua karena ibunya Aldo. Dia dibawah pengaruh ibunya. Kayaknya Tante Wilda kepingin banget Aldo nikah sama Laura, karena Laura anak Pak Jerry.
(beat)
Kamu tahulah dia itu siapa.

DIMAS
(mengangguk-angguk)Ya, ya gue tahu. (terkekeh sinis)
(beat)
Klise, ya?

LUSI
(tersenyum kecut)

Lusi sebentar mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah buku. Di dalam buku itu, Lusi mengambil sebuah foto.


LUSI (CONT'D)
Mungkin lu akan ingat sesuatu.

Dimas memegang foto itu. Di dalam foto itu terdapat dirinya, Lusi, Aldo dan Laura, mantan kekasihnya.


LUSI (CONT'D)
Lu harus hati-hati sama Aldo. Dia kayaknya lagi nyariin lu. Beberapa orang suruhan ibunya selama ini ternyata udah melacak keberadaan lu, dan yang paling gila lagi adalah... dia ingin gue mata-matain lu.

DIMAS
Buat apa?

LUSI
Dia tahu lu amnesia. Dia ingin gue melaporkan keadaan lu, apalagi kalau lu sudah ingat semuanya. Jangan percaya kalau dia mau minta maaf atau apapun. Selama ibunya masih ada, dia nggak akan bisa berkutik. Ibunya pasti akan ngincer lu, karena lu adalah saksi mata atas pembunuhan Laura.

CUT TO:


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar