Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
42. EXT/INT. BERANDA INDEKOS DAN KAMAR KOS DIMAS SELANJUTNYA
Setelah memasuki gerbang indekos yang tidak dikunci itu, Dimas masuk buru-buru melewati halaman indekos. Angin malam begitu besar sehingga tubuh Dimas agak menggigil.
Ia lantas buru-buru naik anak tangga. Setelah tiba di lantai dua, Dimas langsung menuju lantai tiga. Tak mengecek kondisi penghuni seperti sebelumnya.
Sebelum naik ke lantai tiga, Dimas menyalakan senter pada ponselnya, lalu naik ke anak tangga. Ia mematikan senter dan segera mengambil kunci kos yang disimpan dalam saku. Ia kembali buru-buru membuka pintu. Namun, kunci terasa mandek dan sulit membuka.
Tak lama, ia mendengar seperti ada seseorang sedang menaiki anak tangga. Ia mendengar langkah kakinya, semakin dekat, semakin dekat.
Dimas tak mau melihat ke arah tangga, ia berusaha tetap fokus pada kunci. Sebentar, Dimas merasakan hembusan angin dingin. Udara yang semula agak pengap, mendadak berubah dingin.
Dimas merasakan seseorang berjalan di belakangnya, lalu melewatinya.
Dimas refleks melihat ke belakang. Ia sedikit terkejut, tatkala melihat seorang perempuan mengenakan piyama berjalan melewatinya. Rambutnya panjang, dikuncir kuda.
Dimas bahkan dengan jelas melihat perempuan itu berjalan ke arah ujung beranda, tepat ke kamar paling ujung.
Dimas setengah percaya dengan kenyataan tersebut. Ia terlihat ragu sambil memegang kunci yang kembali ia keluarkan dari dalam lubang pintu.
Dimas antara ingin menegur perempuan yang tampak tak berbahaya itu, atau langsung masuk ke kamar. Tapi lelaki itu justru melangkah maju sedikit ke arah perempuan.
Laura berhenti melangkah dan menengok ke arahnya.
Mendadak Dimas dan Laura terjebak dalam kecanggungan. Mereka saling tersenyum dan seolah semua yang ditakutkan oleh Dimas hanyalah halusinasinya semata: seperti yang dikatakan oleh Rudi.
Dimas tampak tak percaya. Laura yang jadi ragu pun akhirnya memutuskan untuk pamit. Dimas sesekali masih melihat Laura membuka pintu. Lelaki itu tersenyum dan menggeleng-geleng.
Saat Dimas lebih dulu membuka pintu kamar, ia tak langsung masuk. Dimas justru ingin menuntaskan keraguan di dalam benaknya dengan memberinya pertanyaan lagi.
Dimas menggaruk-garuk kepala
Laura mengangguk.
Mereka berdua pun sama-sama menutup pintu kamar.
43. EXT. BERANDA LANTAI TIGA DAN KAMAR LAURA - PAGI
Minggu pagi Dimas keluar dari kamarnya untuk membuang sampah. Di saat yang sama, ia melihat Laura keluar kamarnya, terlihat kesusahan saat mau membuang sampah ke lantai bawah.
Dimas melihat sampah Laura yang dibungkus plastik sampah bening besar, lebih banyak berisi kayu-kayu, bekas plafon, dan perabotan dari penghuni lama yang masih ada di kamar itu.
Masih dengan senyum sumringah, Laura melewat begitu saja sambil membawa sampah yang banyak dengan menarik plastik sampah tersebut. Dimas tersenyum, dan membuntutinya: melihat gerak-gerik Laura, takut perempuan itu jatuh dan sampah yang banyak itu tumpah berceceran.
Mereka terus menuruni anak tangga bersama dari lantai dua sampai di lantai satu.
Senyum mereka belum juga hilang.
43A. TEMPAT SAMPAH DEPAN INDEKOS - SELANJUTNYA
Dimas tetap membantu Laura ketika meletakkan sampahnya yang besar dan banyak itu.
Dimas tampak kesusahan meletakkan ke tumpukan sampah yang sudah menggunung itu. Beberapa sampah lain tumpah ke sisi jalan.
Laura mengambil beberapa dan meletakkanya kembali.
Melihat Dimas tampak kesusahan mengangkat dan merapikan sampah-sampah yang banyak itu, akhirnya Laura turun tangan juga. Perempuan itu menyingkapkan lengan piyamanya.
Dimas menepuk-nepuk tangannya untuk menghilangkan debu.
Sampah pun berhasil diletakkan di puncak gunung sampah. Dimas dan Laura saling cekikikan.
43B. BERANDA LANTAI TIGA - SELANJUTNYA
Dimas dan Laura saling naik tangga menuju lantai tiga bersama lagi. Mereka terlihat sama-sama kikuk.
Ketika Dimas akan masuk ke kamarnya, Laura berhenti juga di dekat Dimas. Laura melihat keringat memenuhi kening Dimas, Laura pun mengeluarkan sapu tangan dari saku piyamanya.
Dimas tersenyum hangat dan menerima sapu tangan tersebut.
Laura pun memutuskan pergi ke kamarnya.
Dimas tersipu-sipu. Candaannya dibalas dengan jitu.
INTERCUT
43C. EXT. HALAMAN RUMAH UTAMA - SELANJUTNYA
Erlina dan Euis tampak mengernyitkan keningnya tatkala melihat Dimas gembira dan bercakap-cakap sendiri.
Mereka tak melihat siapapun ada di lantai tiga selain Dimas. Termasuk, ketika pandangan mereka terarah pada pintu kamar paling ujung di lantai tersebut.
INTERCUT:
43D. EXT/INT. BERANDA LANTAI TIGA DAN KAMAR KOS DIMAS SELANJUTNYA
Dimas melihat Laura membuka pintu, dan masuk ke kamarnya. Mereka masih saling cekikikan dan tersenyum merekah. Dimas pun masuk ke kamarnya.
Setelah ia menutup pintu kamar, ia mematikan televisi yang sejak semalam nyala. Lalu senyum-senyum sendiri sambil memegang remote televisi.
44. EXT/INT. BERANDA LANTAI TIGA DAN KAMAR KOS DIMAS - SIANG
Beberapa hari selanjutnya, Dimas dari kamarnya bisa melihat Laura hilir-mudik setiap pagi membuang sampah ataupun membeli makanan.
Dimas mulai sengaja membuka pintu kamarnya hanya untuk melihat Laura melewat di depan kamarnya.
Mereka saling bertegur sapa.
44A. INT. KAMAR KOS DIMAS - SUATU HARI/SIANG
Laura mengetuk pintu kamar kos Dimas. Dimas yang sedang rebahan setelah pulang kuliah lantas melirik ke jendela: melihat Laura yang mengetuk pintu kamar, Dimas segera membereskan kamarnya. Ia masukkan ke kolong ranjang beberapa kaos yang berserakan. Ia lipat selimut. Meletakkan mangkuk bekas makan ke kamar mandi agar mejanya terlihat bersih.
Barulah Dimas membukakan pintu.
Dimas menerima sekantung keresek hitam. Ia belum tahu makanan apa yang ada di dalamnya.
Laura berlalu sebentar ke kamarnya. Sementara Dimas menyiapkan meja dan kembali merapikan kamarnya. Ketika ia duduk dan membuka keresek makanan tersebut, ia menemukan Soto Betawi masih hangat. Namun, dua mangkuk yang ia letakkan di kamar mandi masih belum dicuci, dan ia tampak malas mencucinya.
Ketika Laura telah kembali dengan dua kotak es krim, Dimas cengengesan menatapnya.
Laura kembali berlalu ke kamarnya.