Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
6. INT. KAMAR KOS - SELANJUTNYA
Seorang perempuan bernama Laura (24 tahun) tampak sedang tidur-tiduran di atas ranjang, sambil melihat seekor laba-laba sedang membuat sarang di lampu.
Ia bersenandung lagunya sendiri tatkala melihat kuku-kukunya yang bercat hitam.
Tak lama, temannya yang bernama Risya masuk membawa dua piring. Risya lantas memberikan piring yang satunya untuk Laura, di meja belajar.
Laura terus mengamati laba-laba yang sedang membuat sarang di lampu. Satu tangannya kemudian menggapai lampu tersebut, seolah ingin merusak sarang laba-laba yang mulai terbangun.
Sementara sahabatnya tampak sedang makan sambil melihat-lihat gawainya.
Risya lantas menengok ke arahnya. Laura segera duduk di ranjang yang semula ditidurinya.
Risya langsung cepat-cepat menghabiskan makanannya.
Laura hanya tersenyum sembari turun dari ranjang sahabatnya. Ia berjalan ke arah jendekal kosan Risya, lalu membuka jendela kamar kosnya yang terlihat cukup sulit karena kayu yang merenggang. Ia terlihat bahagia setelah berhasil membukanya. Perempuan itu terus menghirup udara segar dari luar.
Laura tersenyum ke arah sahabatnya.
Tampak piring makanan Laura dihinggapi satu lalat yang mendarat di atas nasi dan sayur asem.
CUT TO:
ESTABLISH:
Suasana jalan pinggir kota.
Bus mulai memasuki daerah sepi. Kanan-kiri jalan hanyalah pepohonan. Sementara hari mulai sore.
DISSOLVE TO:
7. INT. BUS - SORE
Dimas meminta kondektur untuk menghentikan busnya. Ia telah mengenakan tas ranselnya, bersiap untuk turun.
Bus pun kemudian melambat. Dimas berdiri dari kursinya. Kondektur memukul atap bus untuk memberitahu sopir. Ketika bus berhenti dan pintu terbuka, Dimas segera turun dari bus.
7A. EXT. PINGGIR JALAN/PEMAKAMAN - SELANJUTNYA
Dimas segera meminta kondektur untuk mengeluarkan kopornya dari bagasi bus. Setelah kondektur menurunkan kopornya, bus antarkota itu kembali melaju, meninggalkan Dimas di kawasan yang hanya di kelilingi oleh pepohonan.
Dimas mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya. Kertas itu berisi sebuah alamat. Lelaki itu tampak celingukan saat ia melalui pinggir jalan yang sepi.
Ia mulai menyeberang jalan dan melihat kompleks pemakaman terhampar di depan matanya. Dimas lantas meletakkan kopornya di sebuah pohon besar.
Ia melihat lagi secarik kertas. Di dalam kertas itu terdapat peta menuju sebuah kuburan. Saat Dimas mengikuti peta dalam surat, seorang penjaga makam melihat gerak-gerik Dimas yang cukup mencurigakan. Maka, saat penjaga kuburan itu mendekati Dimas, ia lantas berhenti dan hendak menyapa lelaki paruh baya yang bernama Sahid itu.
Dimas lantas membolak-balikkan kertas dan menunjukkan sebuah nama, yang merupakan penghuni kuburan itu.
Dimas memberikan secarik kertas tersebut. Sahid lantas mengambil kacamata yang semula berada di saku kemeja lusuh dan kotor oleh tanah. Ia lalu mulai membaca dengan teliti.
Penjaga kuburan itu mengangguk-angguk sambil membacanya. Ia kemudian tersenyum ramah kepada Dimas.
Dimas tampak kebingungan. Ia mengikuti penjaga kuburan itu, berjalan meliuk-liuk, melewati banyak kuburan.
CUT TO:
8. INT. KAMAR KOS - SIANG
Risya tampak sibuk merapikan kamarnya. Laura masih duduk di sebuah kursi, dekat jendela kamar. Ia melihat sahabatnya merapikan pakaian yang semula bertaburan di atas karpet dan keranjang pakaian.
Tampak pula satu piring kosong dan satu piring yang masih dipenuhi makanan, belum tersentuh oleh Laura.
Risya tampak mendesah kelelahan setelah merapikan kamarnya. Ia kemudian cukup lama memandang Laura penuh arti. Laura pada mulanya tidak menyadari hal itu karena ia sedang melihat pemandangan kebun di luar jendela kamar kos Risya. Sampai kemudian ia menyadari sejak tadi dilihat oleh sahabatnya. Ia melihat mata Risya memerah.
Laura kemudian bangkit dari duduknya, dan memeluk sahabatnya itu.
CUT TO:
9. EXT. PEMAKAMAN - SORE
Mereka masih mencari-cari kuburan seseorang yang sedang dicari oleh Dimas.
Ketika Sahid pergi, Dimas terlihat kebingungan. Ia masih mematung di samping kuburan yang terlihat tak terawat di daerah pemakaman paling ujung.
Angin begitu kencang, menggugurkan daun-daun. Satu pohon kamboja baru saja menjatuhkan bunganya ke atas kuburan. Ilalang-ilalang yang tumbuh di sisi-sisi kuburan tampak melambai-lambai terkena hempasan angin. Dan Dimas masih tercenung, dikuasai keraguan.
Tak lama, Dimas segera memanggil Sahid yang sedang membersihkan rumput kuburan lain agar kembali padanya.
Sahid menoleh dan terlihat heran. Lelaki paruh baya itu lantas menghampiri Dimas yang masih berdiri di samping kuburan. Sebelum itu, ia meletakkan cluritnya lebih dulu di atas gundukan rumput.
Dimas masih ragu.
Sahid terhenyak, seraya mengatur napasnya yang terengah-engah.
Kini, Sahid kehilangan keramahannya kepada Dimas. Lelaki paruh baya itu dikuasai oleh perasaan curiga kepada Dimas. Sementara pemuda di hadapannya, masih saja ragu untuk mengutarakan maksudnya. Apalagi setelah ia menyatakan hal yang mengejutkan penjaga kuburan itu.
Mata Dimas mulai memerah, menahan tangis.
Angin` kembali berembus kencang di sekitar pemakaman. Pepohonan besar yang tumbuh mengelilingi area pemakaman terdengar saling berdesau dan bergemuruh.
Sahid masih tak percaya. Ia terus memandang Dimas curiga.
Angin pun kembali berembus kencang. Dan dua orang itu masih sama-sama mematung, saling berhadapan.
SLOW FADE TO BLACK