Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
ESTABLISH:
Penampakan rumah indekos Erlina tatkala malam hingga pagi.
DISSOLVE TO:
ESTABLISH:
Penampakan gedung perkuliahan tatkala pagi.
CUT TO:
16. INT. DALAM KELAS - PAGI
Dimas mendengarkan dosen menjelaskan tentang sebuah materi Ilmu Komunikasi. Namun, ia merasa mengantuk. Beberapa kali ia harus mengembalikan konsentrasinya.
Lusi, sahabatnya, yang duduk di jajaran paling belakang memperhatikan Dimas yang mengantuk. Ia kemudian pindah posisi duduk, tepat di belakang Dimas, namun Dimas belum menyadarinya.
Dimas semakin mengantuk. Melalui ekor matanya, Dimas melihat sesuatu yang aneh. Ia merasa, bangku di sebelahnya yang sejak tadi kosong kini ada yang mendudukinya. Tapi, orang itu tidak mengenakan pakaian yang lazim digunakan oleh mahasiswa atau mahasiswi.
Dalam keadaan mengantuk itu, Dimas seperti melihat seorang perempuan berambut panjang duduk di kursi tersebut, mengenakan gaun tidur terusan panjang. Perempuan itu menunduk saja. Tangannya terlihat terus memegangi perutnya.
Semakin lama, rasa kantuk Dimas semakin tak tertahankan.
Dimas sesekali melihat darah menggenang di kakinya. Ia baru tersadar saat Lusi menjawilnya.
Kepala Dimas masih terantuk-antuk menahan kantuk.
Dosen berdeham. Dimas segera tersadar dan menoleh ke sampingnya. Tak ada perempuan di kursi kosong itu. Ketika ia menoleh ke belakang, Lusi menunjuk dosen yang tampak kesal melihat Dimas hampir tertidur pulas.
Tatapan Dimas kembali ke buku perkuliahannya. Ia merasakan kepalanya begitu sakit dan berat sekali. Ia pun berusaha tak tertidur.
Setelah jam dinding kelas menunjukkan tanda berakhirnya jam kuliah (setelah perkuliahan berjalan selama satu jam), perkuliahan hari itu pun berakhir: dosen telah merapikan bukunya, lalu pergi dari kelas dengan wajah yang judes.
Dimas tampak memegangi kepalanya yang terasa pusing.
Lusi kemudian diajak mengobrol oleh beberapa kawannya ketika mereka mengajaknya bicara. Sembari itu perempuan itu melihat Dimas mulai membereskan buku ke dalam tas. Masih memegangi kepalanya.
Lusi tampak ingin menyudahi pembicaraan dengan kawannya karena ia ingin segera mengobrol dengan Dimas. Tapi, ketika ia sudah menoleh ke arah bangku lelaki itu, Dimas sudah keluar kelas.
17. EXT. SELASAR KELAS - SELANJUTNYA
Dimas tampak berjalan tergesa-gesa serta gelisah. Ia tak memedulikan beberapa kawannya yang memintanya untuk nongkrong di dekat selasar.
INTERCUT
17A. INT. KELAS - SELANJUTNYA
Lusi masih juga diajak mengobrol oleh kawan-kawannya, (empat perempuan) berencana mengajaknya menonton konser Efek Rumah Kaca. Diam-diam, ia pun mulai cemas dengan Dimas.
INTERCUT
17B. EXT. SELASAR - SELANJUTNYA
Dimas berjalan semakin jauh. Ia telah melalui lorong gedung menuju pintu keluar gedung fakultas dengan kegelisahan yang tak mereda.
INTERCUT
17C. INT/EXT. KELAS DAN SELASAR KELAS - SELANJUTNYA
Lusi memutuskan untuk keluar dari obrolan kawan-kawannya. Ia keluar kelas dan mencari Dimas di selasar. Lusi celingukan.
Ia sama sekali tak peduli ketika beberapa mahasiswa memintanya untuk nongkrong dengan mereka. Namun, sebelum pergi dari mereka, Lusi bermaksud menanyakan keberadaan Dimas terlebih dahulu.
Lelaki itu dan teman-temannya tertawa bersama. Sementara ekspresi Lusi berubah cemberut dan memasang jari tengah ke arah teman-teman mahasiswanya. Ia memutuskan untuk mencarinya seorang diri. Tapi, Dimas tak terlihat lagi.
Lusi setengah lari di selasar.
Ketika Lusi akan melalui lorong gedung pun, ia sama sekali tak melihat Dimas.
Lusi hanya celingukan di sana. Napasnya sedikit terengah-engah.
FADE OUT
FADE IN:
ESTABLISH:
Rumah Indekos putri saat malam. (bukan rumah indekos Erlina)
18. INT. KAMAR KOS RISYA - MALAM
Malam itu gerimis. Angin cukup kencang mendesaukan pepohonan. Risya duduk di kursi belajarnya, mengejarkan tugas kuliah.
Pintu kamar kos Risya diketuk oleh seorang perempuan. Risya lantas membukakan pintu. Ia segera melihat sahabat,
sekaligus tetangga di indekos lamanya tampak menggigil kedinginan di luar.
Sambil menyuruh Laura masuk dan menutup pintu, Risya tampak tergesa mengambil sebuah handuk untuk mengeringkan tubuh sahabatnya.
Laura langsung duduk di kursi belajar, yang semula diduduki oleh Risya.
Risya keluar sebentar dari kamarnya untuk membuat teh. Laura duduk bercangkung di atas kursi. Ia memeluk kedua kakinya sambil terus menggigil. Giginya bergemeletukan. Rambutnya basah. Semuanya basah kuyup.
INTERCUT
18A. INT. DAPUR INDEKOS - SELANJUTNYA
Risya tampak telaten membuatkan minuman untuk Laura. Ia menyiapkan air panas, lalu memasukkan teh ke dalam gelas. Setelah itu, Risya kembali ke kamarnya.
18B. INT. KAMAR RISYA - SELANJUTNYA
Ketika Risya sudah berada di dalam kamarnya lagi, Laura masih duduk menggigil. Risya segera memberikan gelas teh panasnya kepada Laura.
Risya duduk di atas ranjangnya. Ia tersenyum simpati melihat gigil pada tubuh Laura sedikit mereda, meski kecemasannya belumlah reda. Laura pun tersenyum kepadanya.
(Beat)
Air mata Laura semakin banyak keluar. Risya lantas menghambur ke tubuh Laura yang masih basah: ia tak peduli. Ia terus menenangkan sahabatnya.
Risya memeluk Laura tambah erat. Ia mencium kepala Laura yang masih basah.
CUT TO: